Liputan6.com, Warsawa - Kematian massa ikan di Eropa terus berlanjut. Terkini, 100 ton ikan mati di Polandia.
Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (15/8/2022), studi toksikologi komprehensif hingga kini masih berlangsung setelah 10 ton ikan mati dikeluarkan dari Sungai Oder.
Advertisement
Baca Juga
Ratusan sukarelawan bekerja keras membantu mengumpulkam ikan-ikan yang mati di sungai di sepanjang sisi Jerman. Sementara para nelayan menyampaikan keprihatinan mereka.
“Saya telah memancing di sini selama 40 tahun dan tidak pernah mengalami hal ini dalam sekala seperti sekarang ini,” ujar Helmut Zahn kepada penyiar RTL.
Menteri Dalam Negeri Polandia mengatakan akan memberi hadiah 1 juta zlotys atau sekitar 3,2 miliar rupiah kepada siapa pun yang dapat membantu melacak mereka yang bertanggung jawab atas pencemaran sungai itu.
Sungai Oder mengalir dari Republik Ceko ke perbatasan antara Polandia dan Jerman, sebelum mengalir jauh ke Laut Baltik.
Menteri Lingkungan Hidup Polandia Anna Moskwa Sabtu lalu (13/8) mengatakan uji laboratorium setelah kematian massal ikan di Sungai Oder itu memang mendeteksi tingkat salinitas yang tinggi, tetapi tidak menemukan merkuri yang meracuni perairan itu. Ditambahkan, analisis sampel air sungai yang diambil di Polandia dan Jerman mengungkapkan adanya peningkatan kadar garam.
Moskwa mengatakan otoritas veteriner di Polandia telah menguji tujuh spesies ikan yang mati dan mengesampingkan merkuri sebagai penyebab kematian, tetapi masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap zat lain. Hasil tes dari Jerman, ujarnya, juga tidak menunjukkan kandungan merkuri yang tinggi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kematian Ikan Sapu Sapu di Sungai Kalibaru
Beralih ke Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta melibatkan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) untuk menyelidiki penyebab kematian ribuan ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan usai kejadian kematian massal ikan sapu-sapu di Sungai Kalibaru Timur pada 11 Juli 2022, pihaknya mengambil sampel air sungai di lokasi kejadian pada hari yang sama. Sampel tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) DKI Jakarta untuk dianalisis lebih lanjut.
Asep menyatakan dari hasil analisis memang terjadi peningkatan nilai cukup tajam pada hari kejadian untuk beberapa parameter kualitas air jika dibandingkan dengan data kisaran hasil pemantauan rutin serta baku mutu.
"DLH, secara rutin melakukan pemantauan kualitas air sungai pada empat periode mewakili musim hujan, kemarau, dan peralihan antarmusim di 120 titik pemantauan di seluruh Jakarta," kata Asep dalam keterangannya, Sabtu (30/7).
Beberapa parameter kualitas air yang ditemukan adanya peningkatan cukup tajam. Diantaranya BOD yang pada saat kejadian bernilai 68 mg/L (baku mutu 3 mg/L), COD 309 mg/L (baku mutu 25 mg/L), dan Fecal Coliform 1.400.000 MPN/100ml (baku mutu 1.000 MPN/100ml).
Asep mengungkapkan berdasarkan kajian PPLH IPB, penyebab kematian massal ikan sapu-sapu saat itu diduga kuat berasal dari aktivitas domestik yang tidak biasa, seperti pembuangan limbah dengan debit yang sangat besar atau kejadian khusus lainnya.
Namun, Asep menampik jika kematian massal ikan sapu-sapu ini disebabkan langsung dari pembuangan limbah kurban.
“Apabila penyebab kematian diduga akibat pembuangan limbah kurban, maka hal ini dapat saja terjadi pada banyak ruas sungai yang ada di DKI Jakarta,” kata Asep.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Diduga karena Limbah
Asep menjelaskan karena kejadian kematian massal ikan hanya terjadi hanya pada skala lokal di salah satu ruas Sungai Kalibaru Timur, kemungkinan adanya kejadian tidak biasa berupa pembuangan limbah dengan debit sangat besar atau konsentrasi limbah sangat tinggi.
"Kemudian tersebar langsung ke dalam ruas sungai tersebut yang dapat menyebabkan adanya perubahan drastis kualitas air, sehingga menjadi penyebab kematian massal Ikan Sapu Sapu yang hidup di area tersebut," jelasnya.
Langkah lebih lanjut yang akan dilakukan Dinas Lingkungan Hidup, ungkap dia, melakukan inventarisasi sumber pencemaran domestik, baik yang berasal dari permukiman, perkantoran, industri skala kecil-menengah, industri skala besar dan aktivitas lainnya di ruas sungai tersebut.
“Apabila teridentifikasi penyebab lebih dominan dari aktivitas rumah tangga, maka lokasi tersebut dapat menjadi prioritas pembuatan IPAL Komunal atau ekoriparian berkolaborasi dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (DPHK),” katanya.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat sekitar bantaran sungai agar bijak dalam pengelolaan limbah domestik.
Kesadaran Lingkungan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengundang Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas di DKI Jakarta untuk berdiskusi sekaligus mendengarkan gagasan terkait Jakarta ke depan. Pertemuan itu berlangsung di Balai Kota DKI Jakarta.
Anies mengaku senang dapat berdiskusi dengan para mahasiswa yang disebutnya dengan para pemilik masa depan. Adapun dalam pertemuan itu, kata Anies dibahas sejumlah hal dari ruang ketiga, transportasi publik, hingga kualitas lingkungan hidup.
"Kemarin kami mengundang para Ketua BEM/Himpunan Mahasiswa Universitas/Perguruan Tinggi di Jakarta untuk berdiskusi terkait Jakarta ke depan, mulai dari ruang ketiga, mobilitas warga, transformasi transportasi publik, kualitas lingkungan hidup dan masih banyak lagi," kata Anies melalui akun resmi Instagram @aniesbaswedan, Kamis (11/8).
Anies menyatakan Jakarta mempunyai sejarah yang panjang, tetapi masa depan Jakarta jauh lebih panjang. Menurut Anies masukan dari para mahasiswa yang punya pemikiran jangka panjang penting didengarkan untuk diterjemahkan sebagai sebuah rumusan perencanaan pembangunan.
"Jakarta memiliki sejarah yang panjang, tetapi masa depannya jauh lebih panjang lagi. Maka dari itu kami ingin mendapat masukan dari teman-teman yang memiliki mimpi dan pemikiran jangka panjang, untuk nantinya akan diterjemahkan dalam sebuah perencanaan," jelas Anies.
Advertisement