COVID-19 Naik Lagi di China, Pulau Hainan Akan Lockdown?

COVID-19 kembali naik di China. Hainan dibayangi lockdown.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Agu 2022, 18:08 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2022, 18:06 WIB
FOTO: Shanghai Akan Kembali Dibuka
Para komuter yang mengenakan masker menunggu di persimpangan kawasan pusat bisnis di Beijing, China, Selasa (31/5/2022). Penguncian COVID-19 di Shanghai telah mencekik ekonomi nasional dan sebagian besar mengurung jutaan orang di rumah mereka. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Beijing - Gelombang COVID-19 di China membuat kasus naik ke jumlah tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Menurut media pemerintah China, ada 3.424 kasus pada Kamis (19/8/2022).

Dilaporkan Global Times, peningkatan kasus terjadi karena varian-varian Omicron. Jumlah turis pada musim panas juga memberi pengaruh pada naiknya kasus. Hingga kini, China masih memegang kebijakan zero-COVID sehingga gelombang baru ini diperkirakan bisa cepat diatasi.

Pakar juga menilai penyebaran terkini tidak akan berpengaruh besar pada ekonomi China tahun ini, sebab gelombang ini tidak mengubah fundamental ekonomi China.

National Health Commission (NHC) berkata ada 25 kawasan level provinsi yang mengalami epidemi saat ini.

Provinsi Hainan, pulau di selatan China, adalah lokasi dengan kasus harian tertinggi dengan 496 kasus baru pada Kamis ini. Ada pula 1.522 kasus tak bergejala. Sejak 1 Agustus 2022, Hainan mencatat 13.763 kasus.

Tingginya kasus di Hainan membuat kekhawatiran bahwa pulau itu akan mengalami lockdown ketat seperti Shanghai pada beberapa waktu lalu.

Lu Hongzhou, kepala Third People's Hospital di Hainan, berkata Hainan tidak akan mengalami lockdown. Ia meyakini Hainan masih punya kapabilitas testing yang kuat untuk menjegal lockdown.

Pejabat kesehatan setempat juga berkata kasus-kasus baru sudah mulai menurun. Mereka yakin penyebaran di Hainan masih terkendali. Provinsi Hainan juga telah membuat rumah sakit sementara (makeshift) yang memiliki 22.200 kasus untuk kasus virus corona.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Putra Presiden Jokowi, Gibran, Dinyatakan Positif COVID-19

Gibran Rakabuming kenakan Jersey Persis
Gibran Rakabuming kenakan Jersey Persis

Beralih ke dalam negeri, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, untuk ketiga kalinya dinyatakan positif COVID-19. Kali ini tak cuma Gibran, tapi sang istri Selvi Ananda dan anak sulungnya, Jan Ethes Srinarendra, juga terpapar COVID-19.

Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakoso, menjelaskan hasil positif itu diketahui usai Gibran melakukan tes swab pada Rabu (17/8/2022) sore. Diketahui, saat itu asisten rumah tangga di rumah pribadinya terpapar COVID-19. 

“Di rumah ada yang positif, terus setelah upacara bendera 17 Agustus itu sorenya beliaunya swab dan hasilnya positif. Rabu malam hasilnya sudah keluar,” jelas Teguh di Solo, Jumat (19/8/2022).

Seperti diketahui, pada pertengahan Juli 2021 lalu, Gibran positif COVID-19. Gibran kedua kali positif pada 5 Maret 2022.

Namun, Teguh belum mengetahui apakah La Lembah, anak kedua Gibran juga terpapar COVID-19.

“Kan yang kena pembantunya, akhirnya kena satu keluarga, ada Ibu Selvi, ada Pak Wali, ada Mas Jan Ethes. Kalau adiknya kemarin itu Bu Ning (kepala dinkes) belum menyampaikan kondisinya” ucap wakil Gibran.

Saat ini Gibran dan keluarganya menjalani isolasi mandiri di kediaman pribadinya. Hal ini berbeda dengan kondisi Gibran yang terpapar sebelumnya karena keluarganya tidak terpapar, sehingga harus menjalani isolasi mandiri di rumah dinasnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Jubir Wiku: Menuju Endemi, Asah Kemampuan Kelola Risiko Penularan COVID-19

Wiku Adisasmito
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (28/7/2022). (Dok Satgas Penanganan COVID-19)

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan bahwa dalam menuju endemi COVID-19 semua pihak perlu terus mengasah kemampuan mengelola risiko penularan masing-masing secara kolektif.

“Tugas kita bersama saat ini khususnya menuju endemi COVID-19 yaitu terus mengasah kemampuan mengelola risiko penularan masing-masing secara kolektif,” ujar Wiku dalam konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kamis (18/8).

Hal ini bertujuan untuk mempertebal lapisan proteksi dari berbagai ancaman penularan, lanjutnya.

“Kita sepatutnya banyak melakukan refleksi dari beberapa fenomena seperti kembali terinfeksinya seseorang setelah divaksinasi atau setelah sembuh. Hal ini karena semakin kompleksnya karakteristik virus penyebab COVID-19 yang terus berubah.”

Perubahan karakteristik virus yang kompleks menunjukkan bahwa proteksi yang dibutuhkan juga semakin besar.

Ia pun mengumpamakan, untuk terhindar dari hujan secara sempurna maka memakai payung saja tidak cukup. Begitu pula untuk menjamin tak terpapar sedikit pun dari virus yang masih menyebar di komunitas maka proteksi yang lebih lengkap amat diperlukan.

 

 


Apa yang Diperlukan?

FOTO: Pemerintah Umumkan Pelonggaran Pemakaian Masker di Luar Ruangan
Sejumlah warga menyeberang jalan di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kebijakan pelonggaran penggunaan masker karena situasi pandemi COVID-19 di Indonesia sudah menunjukkan perbaikan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Turut dijelaskan bahwa modalitas untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat di masa COVID-19 dapat dibagi menjadi 2 yakni modalitas kolektif dan individu.

Modalitas kolektif meliputi:

-Kekebalan komunitas dari vaksinasi dan infeksi alamiah.

-Ketersediaan vaksin.

-Ketersediaan pengobatan.

-Kebijakan sektoral  di masa pandemi yang spesifik.

Sedangkan modalitas individu meliputi:

-Budaya perilaku hidup bersih dan sehat dalam berbagai aktivitas.

-Proteksi maksimal oleh populasi berisiko khususnya yang tidak bisa divaksinasi.

Wiku juga menyinggung soal hasil sero survei pada Juli 2022 yang menunjukkan bahwa 98,7 persen masyarakat sudah memiliki antibodi. Namun, perlu digarisbawahi bahwa antibodi pun memiliki jangka waktu.

“Sehingga diperlukan penguat agar keduanya tetap cukup dalam tubuh sehingga vaksinasi booster menjadi penting untuk setiap orang yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.”

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya