Liputan6.com, Modi'in - Seorang pria Palestina tewas ditembak mati setelah melukai delapan orang Israel dengan menusuk dan menyemprotkan air merica pada Kamis malam, kata polisi Israel.
Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa insiden yang terjadi di persimpangan jalan utama di luar Kota Modi'in, tepat di sebelah zona antara Israel dan Tepi Barat yang diduduki itu adalah "serangan teror."
Baca Juga
Saksi mata mengatakan kepada berita Kan TV milik negara bahwa tersangka mendekati mobil di persimpangan dan berusaha membuka pintu mereka lalu menikam orang-orang di dalamnya.
Advertisement
Dikutip dari laman Xinhua, Jumat (23/9/2022), dua orang ditikam dan enam disemprot oleh tersangka, semuanya luka ringan, kata layanan penyelamat Magen David Adom Israel dalam sebuah pernyataan.
Seorang petugas polisi yang sedang tidak bertugas dan berada di tempat kejadian menembak tersangka dan membunuhnya, kata polisi.
Polisi mengidentifikasi tersangka sebagai warga kota Ramallah Tepi Barat.
Itu adalah insiden terbaru dalam meningkatnya insiden kekerasan antara Israel dan Palestina di Tepi Barat.
Juga pada Kamis 22 September, polisi mengatakan pihaknya meningkatkan pasukan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dan militer telah mengirim batalion tambahan ke daerah itu menjelang hari raya Yahudi, waktu yang sering memicu lebih banyak ketegangan.
Palestina Andalkan Dukungan Dunia di Sidang Umum PBB Atasi Pendudukan Israel
Di tengah konflik kedua negara, belum lama ini Palestina mengandalkan dukungan dari Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) untuk perjuangan Palestina menyelamatkan the two-state solution atau solusi dua negara, yang terancam oleh kebijakan Israel.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang saat ini berada di New York untuk berpartisipasi dalam sesi ke-77 UNGA, telah mengadakan serangkaian pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Raja Yordania Abdullah II, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Menteri Luar Negeri Norwegia Anken.
“Merupakan kesempatan penting untuk menjelaskan penyebab Palestina dan situasi sulit di wilayah Palestina,” kata Ziad Abu Amr, anggota Organisasi Pembebasan Palestina dan wakil Perdana Menteri, kepada Voice of Palestine.
Abu Amr yang mendampingi Abbas mengatakan bahwa pertemuan itu membahas tuntutan rakyat Palestina untuk mengakhiri pendudukan Israel, demikian dikutip dari laman Xinhua, Kamis (22/9/2022).
Kemudian untuk mengakui negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya dan mempertahankan solusi dua negara.
"Dalam pertemuannya, Presiden Abbas menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya terhadap kelanjutan pendudukan Israel dan untuk memberikan perlindungan internasional bagi rakyat Palestina," kata Abu Amr.
Menurut pejabat Palestina, Abbas dijadwalkan berpidato di UNGA pada Jumat besok.
"Pidato Presiden Abbas di hadapan Majelis Umum PBB akan menjadi penting dalam menentukan tindakan serius di lapangan," kata Abu Amr.
Advertisement
Palestina Mengaku Siap Bekerja
Abbas sebelumnya menyatakan bahwa pihak Palestina siap bekerja sepanjang tahun untuk membatasi perbatasan dan mengakhiri semua masalah di bawah naungan Kuartet Internasional resolusi PBB.
Utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa pidato Presiden Abbas akan mencakup "kemarahan Palestina terkait upaya pendudukan Israel."
Mansour menambahkan bahwa pidato tersebut akan membahas upaya Palestina di PBB untuk melestarikan solusi dua negara.
Palestina ingin mendirikan negara merdeka bersama Israel di wilayah Palestina yang diduduki Israel pada tahun 1967, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sejak 2014, ketika pembicaraan damai langsung antara Israel dan Palestina telah berhenti.
Pendekatan Internasional
Palestina sedang mencari pendekatan yang berbeda dari masyarakat internasional untuk menemukan solusi yang serius dan cepat untuk menangani konflik Palestina-Israel.
Pada Selasa, Guterres dan para pemimpin banyak negara menyampaikan pidato selama UNGA, menekankan pentingnya menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
Kementerian Luar Negeri Palestina meminta masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah mengakhiri pemukiman Israel dan pendudukan wilayah negara Palestina, termasuk Yerusalem Timur.
Memungkinkan rakyat Palestina untuk menggunakan hak mereka menentukan nasib sendiri di tanah air "adalah kunci untuk mencapai keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan itu," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan kepada Xinhua.
"Keberadaan dan kelanjutan pendudukan adalah alasan utama untuk semua ketegangan dan kampanye eskalasi yang ada di arena konflik," kata pernyataan itu.
Advertisement