Serangan Rusia Hantam Konvoi Kemanusiaan di Ukraina, 23 Orang Tewas

Serangan Rusia menewaskan 23 orang saat konvoi kemanusiaan di Zaporizhzhia.

oleh Resha Febriyana Putri diperbarui 30 Sep 2022, 18:05 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2022, 18:05 WIB
FOTO: Tentara Ukraina Gempur Posisi Rusia Pakai Senjata AS
Tentara Ukraina memindahkan howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) ke posisi untuk menembaki posisi Rusia di wilayah Donbas, Ukraina, 18 Juni 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Liputan6.com, Kyiv - Serangan Rusia di kota Zaporizhzhia, Ukraina, menewaskan sedikitnya 23 orang dan melukai puluhan lainnya, ungkap seorang pejabat, pada Jumat (30/9/2022). Serangan itu terjadi hanya beberapa jam sebelum Rusia berencana mencaplok lebih banyak wilayah Ukraina, dalam eskalasi perang yang telah berlangsung selama tujuh bulan.

Gubernur wilayah Zaporizhzhia, Oleksandr Starukh membuat pengumuman dalam sebuah pernyataan online. Dia mengatakan setidaknya ada 28 orang terluka ketika pasukan Rusia menargetkan konvoi kemanusiaan yang menuju ke wilayah yang dikuasai Rusia.

Dia memposting gambar-gambar kendaraan yang terbakar dan mayat-mayat yang tergeletak di jalan. Rusia tidak akan mengakui serangan itu.

Serangan terjadi ketika Rusia bersiap untuk mencaplok empat wilayah Ukraina setelah pemungutan suara referendum yang dikritik internasional dan ditodong senjata sebagai bagian dari invasi ke Ukraina. Wilayah tersebut termasuk daerah-daerah di dekat Zaporizhzhia, tetapi bukan kota itu sendiri, namun tetap berada di tangan Ukraina.

Starukh mengatakan, mereka yang berada dalam konvoi tersebut berencana melakukan perjalanan ke wilayah yang dikuasai Rusia untuk menjemput kerabat mereka dan kemudian membawa mereka ke tempat yang aman. Dia mengatakan, tim penyelamat telah berada di lokasi serangan.

Aneksasi - dan konser perayaan yang direncanakan serta demonstrasi di Moskow dan wilayah-wilayah yang dikuasai - akan dilakukan hanya beberapa hari setelah para pemilih diduga menyetujui "referendum" yang dikelola Rusia, di mana para pejabat Ukraina dan Barat telah mengecam sebagai ilegal, dipaksakan, dan dicurangi.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Kamis 29 September bahwa empat wilayah Ukraina - Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia - akan bergabung dengan Rusia dalam upacara Kremlin yang dihadiri Presiden Vladimir Putin, yang diperkirakan akan memberikan pidato besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sanksi Terhadap Rusia

Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia dari Wilayah Kharkiv
Amunisi Rusia berserakan di lantai pabrik yang ditinggalkan di Izium, wilayah Kharkiv, Ukraina, 13 September 2022. Anthony Blinken menyatakan terlalu dini menjelaskan apa yang terjadi sekarang di Kharkiv. (Ukrainian Military Unit Kholodnyi Yar, Iryna Rybakova via AP)

Peskov mengatakan, para administrator pro-Moskow di daerah-daerah tersebut akan menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan Rusia di Aula St. George's Hall.

Sebagai tanggapan yang jelas, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengadakan pertemuan darurat pada Jumat (30/9) di Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasionalnya. Zelensky juga berusaha memanfaatkan sentimen anti-perang di Rusia dengan mengeluarkan video khusus yang ditujukan kepada etnis minoritas Rusia, terutama mereka yang berada di Dagestan, salah satu daerah miskin di negara itu di Kaukasus Utara.

"Anda tidak harus mati di Ukraina," katanya, mengenakan hoodie hitam yang bertuliskan dalam bahasa Inggris "I'm Ukrainian" dan berdiri di depan sebuah plakat di Kyiv yang mengenang apa yang disebutnya sebagai pahlawan Dagestan.

Dia menyerukan kepada etnis minoritas untuk menolak mobilisasi.

AS dan sekutu-sekutunya telah berjanji untuk mengadopsi lebih banyak sanksi dari yang telah mereka jatuhkan terhadap Rusia dan menawarkan jutaan dolar dalam bentuk dukungan ekstra untuk Ukraina, ketika Kremlin menduplikasi buku pedoman aneksasi yang diikuti ketika memasukkan Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014.

Putin pada Jumat dini hari (30/9) mengeluarkan dekrit yang mengakui kemerdekaan wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, langkah yang telah diambilnya pada Februari terkait Luhansk dan Donetsk, dan sebelumnya untuk Krimea.

Ukraina telah mengulangi sumpahnya untuk merebut kembali keempat wilayah tersebut, serta Krimea.

 


Mempertahankan Wilayah

Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia dari Wilayah Kharkiv
Seorang tentara Ukraina berdiri di atas bendera Rusia di Izium, wilayah Kharkiv, Ukraina, 13 September 2022. Pasukan Rusia tampak meninggalkan Kota Izium dan Svatove di Luhansk usai pasukan Ukraina memulai serangan baru ke arah timur melalui Kharkiv. (AP Photo/Kostiantyn Liberov)

Sementara itu, Rusia berjanji untuk mempertahankan semua wilayahnya - termasuk wilayah yang baru dianeksasi - dengan segala cara yang tersedia, termasuk senjata nuklir.

Yang meningkatkan ketegangan adalah mobilisasi militer parsial Rusia dan tuduhan sabotase dua jaringan pipa Rusia di dasar Laut Baltik yang dirancang untuk memasok gas alam ke Eropa.

Yang menambah kesengsaraan Kremlin adalah keberhasilan Ukraina dalam merebut kembali beberapa tanah yang dianeksasi Rusia dan masalah dengan mobilisasi yang diakui Presiden Vladimir Putin pada Kamis (29/9).

Pendukung Barat Ukraina telah menggambarkan referendum yang dikelola secara bertahap tentang apakah akan hidup di bawah kekuasaan Rusia sebagai perampasan tanah yang didasarkan pada kebohongan.

Mereka mengatakan beberapa orang dipaksa untuk memberikan suara di bawah todongan senjata dalam pemilihan tanpa pengamat independen di wilayah yang ribuan penduduknya telah melarikan diri atau dideportasi secara paksa.

 


Melanggar Piagam PBB

Perang Ukraina memaksa lebih banyak perpisahan yang tidak diinginkan
Balok beton dengan karung pasir menutupi jalan di Odesa, Ukraina selatan, dengan latar belakang berdiri Katedral Preobrazhensky, pada 22 Maret 2022. Perang Rusia yang tak henti-hentinya di Ukraina memaksa lebih banyak pengungsi untuk meninggalkan rumah mereka. (AP Photo/Petros Giannakouris)

Dalam bahasa yang luar biasa kuat, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan kepada wartawan pada Kamis (29/9) di New York bahwa aneksasi Rusia akan melanggar Piagam PBB dan "tidak memiliki nilai hukum."

Dia menggambarkan langkah itu sebagai "eskalasi berbahaya" dan mengatakan itu "tidak boleh diterima."

"Setiap keputusan Rusia untuk maju akan semakin membahayakan prospek perdamaian," ujar Guterres.

Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memegang hak veto, Rusia memikul "tanggung jawab khusus" untuk menghormati Piagam PBB, tutur sekretaris jenderal.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mengatakan, Guterres menyampaikan pesan itu kepada duta besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, pada Rabu (28/9).

Sebagai pukulan besar bagi upaya perang Rusia, Institut Studi Perang yang berbasis di Washington mengatakan pasukan Ukraina mungkin akan segera mengepung Lyman, 160 kilometer (100 mil) tenggara Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.

"Runtuhnya kantung Lyman kemungkinan akan sangat berpengaruh pada pengelompokan Rusia" di wilayah Donetsk utara dan Luhansk barat serta "dapat memungkinkan pasukan Ukraina mengancam posisi Rusia di sepanjang wilayah Luhansk barat", demikian ungkap lembaga tersebut, mengutip laporan Rusia.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya