Pelurus Rambut L'Oreal Disebut Picu Kanker Rahim, Wanita AS Gugat Perusahaan

Wanita AS yang terkena kanker rahim menggugat L'Oreal.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 26 Okt 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2022, 08:30 WIB
Memicu Penyakit Kanker
Ilustrasi Penyakit Kanker Credit: pexels,com/Tom

Liputan6.com, Chicago - Seorang wanita Amerika Serikat menggugat L'Oreal karena produk pelurus rambutnya disebut memicu kanker rahim. Wanita itu mengaku memakai produk L'Oreal sejak tahun 2000. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Rabu (26/10/2022), perempuan asal Missouri, Amerika Serikat, menggugat L’Oreal SA. Perempuan itu mengaku dirinya menderita kanker rahim akibat penggunaan produk pelurus rambut dari perusahaan tersebut.

Gugatan yang dilayangkan pada Jumat (21/10) di pengadilan federal Chicago itu diajukan beberapa hari setelah sebuah penelitian oleh Institut Nasional Keselamatan Kesehatan Lingkungan AS (NIEHS) menemukan bahwa produk pelurus rambut dapat secara signifikan meningkatkan risiko kanker rahim bagi orang-orang yang sering menggunakannya.

Penggugat, Jennifer Mitchell, mengaku didiagnosa menderita kanker rahim pada 2018, setelah menggunakan produk-produk L’Oreal sejak tahun 2000, ketika ia berusia 10 tahun. Ia meminta pengadilan untuk memerintahkan L’Oreal membayar uang ganti rugi dalam jumlah yang tidak ditentukan dan untuk membayar biaya pemantauan kesehatannya.

Ben Crump dan Diandra Debrosse Zimmermann, para pengacara Mitchell, mengatakan bahwa firma mereka sudah memiliki klien lain yang mengalami hal serupa.

“Jenny Mitchell adalah perempuan pertama yang didiagnosa kanker rahim yang maju dan mengajukan gugatan terhadap perusahaan yang memproduksi produk pelurus rambut kimiawi tersebut,” kata Crump di luar gedung pengadilan federal di Chicago pada Senin (24/10).

“Dan pengacara Zimmermann dan saya, kami mewakili banyak perempuan lain yang sekarang maju setelah mengetahui temuan-temuan ilmiah yang mengatakan bahwa terdapat kaitan antara penggunaan produk pelurus kimiawi dan kanker rahim,” ujarnya.


L'Oreal Belum Komentar

Rambut Panjang - Vania
Ilustrasi Rambut Panjang/https://unsplash.com/Lucy Dimitrova

L’Oreal tidak segera menanggapi permohonan untuk memberikan tanggapan.

Kanker rahim sendiri merupakan kanker ginekologi paling umum di Amerika Serikat, menurut data pemerintah federal, dengan jumlahnya yang terus meningkat, khususnya di kalangan perempuan kulit hitam. 

Peneliti NIEHS Che-Jung Chang mengatakan minggu lalu bahwa penelitian baru itu bisa sangat relevan bagi perempuan kulit hitam karena mereka cenderung menggunakan produk pelurus rambut lebih sering dan dimulai pada usia lebih dini daripada orang-orang dari ras lain.

Mitchell, yang merupakan seorang perempuan kulit hitam, menuduh L’Oreal secara sengaja memasarkan produk pelurus rambutnya kepada perempuan dan anak-anak perempuan kulit hitam dan gagal memperingatkan risikonya, meskipun tahu sejak setidaknya tahun 2015 bahwa produk-produk itu mengandung bahan kimia yang berpotensi berbahaya.


Risiko Kanker Rahim

Ilustrasi Rambut
Ilustrasi rambut. (dok. Unsplash.com/Suhyeon Choi @by_syeoni)

Sebelumnya dilaporkan, para ilmuwan mengungkap detail baru mengenai hubungan antara penggunaan produk pelurus rambut tertentu, seperti pelemas kimia dan produk pengepresan, dengan peningkatan risiko kanker pada perempuan. Penelitian yang berlangsung sebelumnya menunjukkan bahan kimia pelurus rambut dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker terkait hormon tertentu, termasuk kanker payudara dan ovarium.

Dikutip dari CNN, Rabu (19/10), kini, sebuah studi baru menghubungkan penggunaan produk pelurus rambut dengan peningkatan risiko kanker rahim. Perempuan kulit hitam mungkin lebih terpengaruh karena penggunaan produk yang lebih tinggi, jelas para peneliti.

Studi yang diterbitkan pada Senin, 17 Oktober 2022, di Journal of National Cancer Institute, memperkirakan bahwa di antara perempuan yang tidak menggunakan produk kimia pelurus rambut dalam 12 bulan terakhir, 1,6 persen di antaranya menderita kanker rahim pada usia 70, sedangkan sekitar 4 persen dari perempuan yang sering menggunakan produk pelurus rambut tersebut menderita kanker rahim pada usia 70.

Temuan itu "juga mengomunikasikan bahwa kanker rahim memang jarang terjadi. Namun, menjadi lebih berisiko memang menimbulkan beberapa kekhawatiran," kata Chandra Jackson, seorang penulis studi dan peneliti di National Institute of EnvironMental Health Sciences.

"Dalam penelitian ini, perempuan yang sering menggunakan (produk pelurus rambut) dalam satu tahun terakhir berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker rahim," katanya. Seringnya penggunaan didefinisikan sebagai lebih dari empat kali pada tahun sebelumnya.

 


Tak Semua Produk

Rambut
Ilustrasi Rambut Sehat dan Terawat Credit: pexels.com/Ciara

Para peneliti menemukan hubungan yang kuat antara produk pelurus rambut dan kasus kanker rahim, tetapi penggunaan produk rambut lainnya, seperti pewarna dan pengeritingan, tidak terkait dengan kanker rahim. Data penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan antara produk pelurus rambut dan kasus kanker rahim paling menonjol pada perempuan kulit hitam, yang hanya 7,4 persen dari peserta penelitian, tetapi 59,9 persen dari mereka yang melaporkan pernah menggunakan pelurus.

Beberapa faktor kemungkinan berperan dalam seringnya penggunaan produk pelurus rambut, yakni standar kecantikan yang Eropasentris, tekanan sosial yang ditempatkan pada perempuan kulit hitam dan Latina di tempat kerja terkait dengan agresi mikro dan ancaman diskriminasi, bersama dengan fleksibilitas yang diinginkan dalam mengubah gaya rambut dan ekspresi diri. "Intinya adalah beban paparan tampak lebih tinggi di antara perempuan kulit hitam," kata Jackson.

"Berdasarkan bagian utama literatur di bidang ini, kita tahu bahwa produk rambut yang dipasarkan langsung ke anak-anak dan perempuan kulit hitam telah terbukti mengandung banyak bahan kimia yang terkait dengan hormon pengganggu, dan produk-produk yang dipasarkan untuk perempuan kulit hitam juga telah terbukti memiliki formulasi kimia yang lebih keras," lanjutnya.

Studi baru ini mencakup data pada hampir 34.000 perempuan di Amerika Serikat, berusia 35 hingga 74 tahun, yang menyelesaikan kuesioner tentang penggunaan produk rambut tertentu, termasuk pengeritingan, pewarna, pelemas, dan pelurus. Para peneliti dari National Institutes of Health juga melacak kejadian diagnosis kanker dalam kelompok studi.

Jackson juga menyebut perempuan kulit hitam cenderung menggunakan banyak produk secara bersamaan. "Hal ini dapat menyebabkan tubuh perempuan kulit hitam mengandung bahan kimia yang mengganggu hormon," tambahnya.

Infografis Kenali Gejalanya dan Jurus Redam Covid-19 Omicron XBB
Infografis Kenali Gejalanya dan Jurus Redam Covid-19 Omicron XBB (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya