Liputan6.com, Brussel - Para pemimpin kesehatan Eropa pada Kamis kemarin menyuarakan keprihatinan mereka atas potensi lonjakan infeksi virus yang mempengaruhi pernapasan di seluruh wilayah musim dingin.
Pihaknya juga menyerukan perlindungan yang lebih baik bagi penduduk, terutama yang paling rentan, dikutip dari Xinhua, Jumat (2/12/2022)
Akibat kekhawatiran akan penyebaran virus pernapasan syncytial (RSV) meningkat dan COVID-19 tetap menjadi ancaman, musim influenza (flu) 2022-2023 telah dimulai lebih awal di kawasan Eropa, menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh European Komisaris Kesehatan dan Keamanan Pangan Stella Kyriakides.
Advertisement
Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge dan Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) Andrea Ammon juga menyetujui hal tersebut.
"Wilayah Organisasi Kesehatan Dunia Eropa saat ini mengalami peningkatan sirkulasi influenza dan RSV. Bersama dengan COVID-19, virus ini diperkirakan akan berdampak besar pada layanan kesehatan dan populasi kita pada musim dingin ini," kata pernyataan itu.
Mereka juga menyoroti virus influenza saat ini (A dan B), yang meningkat di berbagai bagian wilayah, di antara semua kelompok umur.
Mereka yang berusia 55 tahun ke atas sangat rentan.
Penyebab lain yang perlu dikhawatirkan adalah lonjakan RSV, virus pernapasan yang menyebabkan bronkitis atau pneumonia dan bisa berakibat fatal, terutama pada bayi dan orang tua.
Kasus RSV "juga meningkat sejak Oktober, dengan sekitar 20 negara dan wilayah mengalami aktivitas RSV yang intensif."
Angka Masuk Rumah Sakit
Sementara tingkat kasus, masuk rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU), dan tingkat kematian semuanya saat ini rendah dibandingkan dengan 12 bulan sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa "situasi ini dapat berubah ketika varian baru muncul, dan penyakit ini terus membebani sumber daya kesehatan."
"Dengan dampak lanjutan dari pandemi COVID-19 dan sirkulasi serta dampak kesehatan dari patogen pernapasan lainnya, sulit untuk memprediksi bagaimana periode musim dingin akan berkembang," kata pernyataan itu.
Para pemimpin juga merekomendasikan agar dokter mempertimbangkan pengobatan antivirus dini dan profilaksis untuk influenza, RSV, dan COVID-19 bagi mereka yang berisiko penyakit parah untuk mencegah hal yang tak diinginkan dan mengurangi beban sistem perawatan kesehatan.
"Kami tidak bisa mengatakannya dengan cukup: vaksinasi menyelamatkan nyawa. Ini mengurangi kemungkinan terinfeksi dan mengurangi risiko penyakit parah akibat COVID-19 dan influenza musiman," kata dokumen itu.
Advertisement
Jelang Musim Dingin, Invasi Rusia ke Ukraina Diprediksi Bikin Eropa Alami Krisis Energi
Kemudian, Eropa akan menghadapi krisis energi yang lebih parah tahun depan setelah tangki-tangki gas alamnya terkuras habis menjelang musim dingin, kata kepala Badan Energi Internasional pada Rabu (5/10), saat Uni Eropa tengah mencari cara untuk mengatasi krisis tersebut.
Pasca invasi Rusia, negara-negara di Eropa mengisi tangki-tangki penyimpanan gasnya hingga sekitar 90 persen dari total kapasitasnya. Hal tersebut karena Rusia memotong pasokan gas untuk Eropa sebagai tanggapan atas sanksi Eropa terhadap Rusia setelah invasi Moskow ke Kiev.
Harga gas yang melonjak setelah invasi sebenarnya telah menurun. Tetapi, penurunan itu tidak akan lama karena setiap negara berlomba-lomba membeli gas alam cair (LNG) dan alternatif lain untuk mendapatkan pengiriman melalui pipa Rusia.
Kini, Uni Eropa sedang mempertimbangkan batas harga gas, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (6/10/2022).
“Dengan penyimpanan gas hampir mencapai 90 persen, Eropa akan bertahan di musim dingin yang akan datang selama tidak ada gejolak politik atau masalah teknis,” kata Fatih Birol, eksekutif IEA.
Tantangan Eropa sesungguhnya akan dihadapi pada Februari atau Maret, satu penyimpanan gas perlu diisi ulang setelah permintaan yang menguras hingga 25-30 persen tingginya. Terlebih, secara historis, Eropa mengandalkan Rusia untuk sekitar 40 persen gas alamnya.
"Musim dingin ini sulit tetapi musim dingin berikutnya mungkin akan sangat sulit," kata Birol kepada para jurnalis di Finlandia.
Intervensi Berlin
Pemerintah Eropa telah berupaya untuk meminimalisasi dampak buruk untuk konsumen, dan pada Rabu, Jerman mengatakan, akan mensubsidi tagihan listrik di 2023 dengan membayar sekitar US$ 12,8 miliar untuk biaya pemakaian yang dipungut oleh empat perusahaan jaringan transmisi tegangan tinggi (TSOs).
Biaya tersebut merupakan bagian dari tagihan listrik, terhitung sekitar 10 persen dari keseluruhan biaya untuk pelanggan ritel dan sepertiga untuk perusahaan industri di sektor-sektor seperti baja atau bahan kimia.
Menteri ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa intervensi Berlin menstabilkan biaya, menyebut akan naik tiga kali lipat, mengingat harga listrik skala besar yang melambung tinggi dan meningkatnya biaya operasional untuk TSO.
Sampai perang Ukraina pecah pada akhir Februari, pipa Nord Stream 1 di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman adalah salah satu sumber utama gas Eropa barat.
Nord Stream 1 terdiri dari dua jalur terpisah seperti halnya Nord Stream 2, yang diisi dengan gas, tetapi tak pernah diizinkan untuk mengirim pasokan ke Eropa karena Jerman menangguhkan otorisasi tepat sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Tiga dari empat jalur dinonaktifkan dan Barat serta Rusia memandang hal tersebut sebagai sabotase yang menyebabkan kebocoran besar. Pihak berwenang Denmark juga mengatakan bahwa jalur keempat sedang mengalami penurunan tekanan pada Selasa (4/10).
Advertisement