Apa Itu Friday the 13th dan Fobia Triskaidekaphobia, Awal Kengerian?

Sejumlah sumber menyebut, hari dan tanggal ini, Friday the 13th dianggap sial dalam takhayul Barat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Jan 2023, 14:58 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2023, 14:58 WIB
Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik)
Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Friday the 13th terjadi lagi. Hari ini, Jumat tanggal 13. Momok mengerikan di baliknya pun mulai kembali menyeruak. Horor!

Apa itu Friday the 13th? Sejumlah sumber menyebut, hari dan tanggal ini dianggap sial dalam takhayul Barat.

Sejumlah orang mengkhawatirkan hal-hal buruk akan menimpa: kaki patah, pasar saham yang anjlok, atau sesuatu bisa memicu Perang Dunia III.

Benarkah orang yang harus mengkhawatirkan hari ini? Ilmuwan punya penjelasannya.

"Jika tak ada yang repot-repot mengajarkan kita tentang takhayul negatif seperti Friday the 13th, hidup kita mungkin lebih baik," kata Stuart Vyse, dosen psikologi Connecticut College, New London, Amerika Serikat.

Rasa takut yang berlebihan itulah permasalahan utamanya.

Meski dianggap irasional, namun ketakutan terhadap legenda keramat Jumat tanggal 13 telah menjadi salah satu pembahasan serius di ranah psikologi, di mana gejalanya disebut dengan istilah paraskevidekatriaphobia.

Stuart Vyse menambahkan, orang-orang yang percaya takhayul Friday the 13th mungkin menderita triskaidekaphobia atau takut pada nomor 13. Atau fobia terhadap Jumat tanggal 13, yang disebut paraskavedekatriaphobia atau paraskevidekatriaphobia.

Merekalah yang 'bertanggung jawab' menurunkan ketakutan itu pada anak-anak mereka.

Tak hanya itu, buku, film-film makin melestarikan ketakutan terhadap hari Jumat yang kebetulan jatuh pada tanggal 13. Masih ingat film horor Friday the 13th yang tenar pada tahun 1980-an? Itu salah satunya.

Menariknya, ketakutan terhadap asosiasi hari dan tanggal tersebut mengalami sedikit perbedaan untuk beberapa wilayah di dunia


Kenapa Jumat Tanggal 13 Dianggap Mengerikan?

Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik/brgfx)
Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik/brgfx)

Kenapa Jumat tanggal 13 dianggap begitu mengerikan? Ada yang menyebut, mitos tersebut berawal dari acara makan-makan Dewa Norse di Valhalla yang berujung pertempuran. Sebanyak 13 dewa saling memalu, membuat Bumi jatuh ke dalam kegelapan dan mengalami musim dingin pertamanya.

Kemudian terkait Perjamuan Terakhir saat Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati Yesus, adalah orang ke-13 yang duduk di meja. Sementara Yesus disalibkan pada hari Jumat.

Juga, konon, di hari Jumat Hawa menggoda Adam dengan 'buah terlarang'.

Atau menurut versi buku Da Vinci Code karya Dan Brown yang menyebut, pada Jumat 13 Oktober 1307, terjadi perburuan dan pembantaian terhadap para Ksatria Templar.

Momok kengerian tak berhenti sampai di situ.

Dalam kacamata numerologi, 13 adalah angka yang sangat kuat dan "angka pergolakan" -- yang jika digunakan untuk tujuan egois akan berujung malapetaka. Sebaliknya, membuka pintu mistis bagi peluang pembaharuan.

Thomas Fernsler, ilmuwan dari Mathematics and Science Education Resource Center, University of Delaware, Newark, mengatakan angka 13 'menderita' karena posisinya setelah angka 12.

Mengapa? Menurut Fernsler, para numerolog menganggap angka 12 sebagai angka yang 'lengkap': ada 12 bulan dalam setahun, 12 tanda zodiak, 12 murid Yesus, 12 dewa Olympus.

Namun, interpretasi soal angka 13 tidaklah universal. Di Spanyol dan Yunani, Selasa tanggal 13 dianggap hari keberuntungan. Sementara orang Italia menganggap 13 sebagai angka keberuntungan, sebaliknya Jumat tanggal 17 membawa nasib buruk .

Apapun, jika Anda tak punya alasan untuk mengira sesuatu yang buruk akan terjadi hari ini, Jumat tanggal 13, atau hari lainnya, Anda mungkin akan beruntung. Semua berawal dari pikiran.


Horor di Jumat Tanggal 13, Takhayul Ganggu Perilaku?

Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik)
Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik)

Seperti dimuat Herald Sun, Jumat 13 September 2013, salah satu kajian terkemuka terkait hal ini pernah dipublikasikan dalam British Medical Journal pada 1993. Studi tersebut menemukan risiko kecelakaan pada Friday the 13th lebih tinggi dari hari Jumat biasa.

Namun, bukan berarti takhayul itu benar. Studi serupa yang dilakukan Profeor Simo Nayha dari University of Oulu, Finlandia pada 2004 menemukan, wanita, khususnya, lebih berisiko meninggal dalam kecelakaan di tanggal itu, dibanding Jumat lainnya.

Kesimpulannya, "Friday the 13th mungkin berbahaya bagi perempuan, lebih karena rasa cemas yang ditimbulkan takhayul tersebut," kata dia.

Profesor Nayha mengatakan, takhayul dapat mengganggu perilaku, "Dengan cara yang dapat merusak fungsi psikis dan psikomotorik, terutama dalam situasi yang menuntut konsentrasi."

Di Amerika ada sekitar 20 juta orang yang mengalami kecemasan berlebih tiap Jumat tanggal 13. Sementara, pihak layanan darurat Australia justru mengatakan, tak ada istimewa dengan hari ini. "Bagi kami seperti hari-hari biasa," kata juru bicara Ambulance Service, New South Wales, Australia.

Jumlah penumpang pesawat pun tak lantas berkurang. "Jumat tanggal 13 tidak mempengaruhi booking Qantas sama sekali," kata juru bicara maskapai itu.


Kutukan Kesatria Templar?

Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik)
Ilustrasi Friday the 13th. (Freepik)

Sementara itu, salah satu tetua (Grand Master) Kesatria Templar, Jacques de Molay, menyatakan kutukan ketika dirinya hendak dihukum bakar di depan Katedral Notre Dame terbukti.

"Tuhan tahu siapa yang salah dan telah berbuat dosa. Segera akan terjadi malapetaka bagi mereka yang telah menyiksa kami hingga mati," ujarnya mengutuk.

Menurut cerita dari mulut ke mulut di tengah masyarakat Prancis, bahwa setiap Jumat berikutnya di tanggal 13, nasib buruk akan menimpa mereka yang tidak mempercayai apa yang telah dibela oleh para Kesatria Templar.

Konon, kutukan itu terbukti juga ke keturunan Phillip IV, Louis XVI yang dihukum penggal pada 21 Januari 1793 pukul 05.00.

"Aku mati dalam keadaan tak bersalah atas kejahatan yang dituduhkan padaku. Aku memaafkan mereka yang telah menyebabkan kematianku; dan berdoa pada Tuhan semoga darah yang akan kalian tumpahkan tak akan menodai Prancis," demikian seruan Louis XVI, berdasarkan kesaksian rohaniwan Henry Essex Edgeworth yang mendampinginya sebelum eksekusi, seperti dikutip dari situs eyewitnesstohistory.com.

Louis XVI kembali membuka mulutnya, namun kata-kata yang terlontar kemudian diredam gemuruh suara drum. Ia lalu diantar ke guillotine yang berada di dekatnya.

Dan pada pukul 10.22, dengan satu hentakan pisau besar, kepalanya terpisah dari raga.

Salah satu petugas mengambil kepala Louis XVI, menunjukkannya ke kerumunan orang. Suara pekikan ribuan orang menyusul gaduh. "Vive la Nation! Vive la Republique!," begitu teriak mereka.

Di tengah hiruk pikuk itu, konon, seorang laki-laki tak dikenal mencelupkan tangannya ke genangan darah Louis XVI di bawah pisau guillotine, mengibaskannya ke arah kerumunan orang, dan berteriak, "Jacques de Molay, tu es vengé!" -- Jacques de Molay, dendammu telah terbalaskan.

infografis journal
infografis journal Fakta Film Horor Digemari Masyarakat Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).  
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya