Kisah Keajaiban 4 Bocah Bertahan Hidup 40 Hari di Hutan Amazon Pasca Kecelakaan Pesawat: Mengandalkan Pengetahuan Leluhur

Keempat bocah tersebut hilang di Hutan Amazon setelah mengalami kecelakaan pesawat pada 1 Mei 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Jun 2023, 18:54 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2023, 11:07 WIB
Foto yang disebarkan oleh militer Kolombia menunjukkan anak-anak korban kecelakaan pesawat Cessna 206 pada 1 Mei 2023 berhasil ditemukan dalam kondisi selamat di Hutan Amazon. (Dok. militer Kolombia)
Foto yang disebarkan oleh militer Kolombia menunjukkan anak-anak korban kecelakaan pesawat Cessna 206 pada 1 Mei 2023 berhasil ditemukan dalam kondisi selamat di Hutan Amazon. (Dok. militer Kolombia)

Liputan6.com, Bogota - Pada Jumat (9/6/2023), di tengah malam di jantung hutan Kolombia, radio tentara berbunyi: "Keajaiban, keajaiban, keajaiban, keajaiban."

Kode tersebut mengungkapkan bahwa empat anak yang hilang di Hutan Amazon selama 40 hari seluruhnya telah ditemukan dalam kondisi hidup.

Anak-anak, yang merupakan anggota masyarakat adat Huitoto itu, hilang sejak pesawat Cessna 206 yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan pada dini hari tanggal 1 Mei 2023. Tragedi itu membunuh ibu mereka, satu pilot, dan seorang co-pilot, meninggalkan anak-anak yang masing-masing berusia 13, sembilan, empat, dan 11 bulan, terdampar di daerah yang penuh dengan nyamuk, ular, bahkan jaguar.

Tim penyelamat awalnya mengkhawatirkan yang terburuk, namun jejak kaki, buah-buahan liar yang dimakan sebagian, dan petunjuk lain segera memberi mereka harapan bahwa anak-anak itu kemungkinan masih hidup setelah meninggalkan lokasi kecelakaan pesawat untuk mencari bantuan.

Selama enam pekan, keempat anak tersebut berjuang melawan ketidakmungkinan yang oleh Presiden Kolombia Gustavo Petro disebut sebagai contoh kelangsungan hidup total yang akan dikenang dalam sejarah.

'Anak Hutan'

Berasal dari kelompok adat Huitoto, keempat anak Keluarga Mucutuy tersebut tidak asing dengan aktivitas berburu hingga memancing. Sang kakek, Fidencio Valencia, mengatakan bahwa anak tertua, Lesly dan Soleiny, sangat mengenal hutan.

Sementara bibi para bocah tersebut, Damarys Mucutuy, menuturkan bahwa keluarga mereka secara teratur memainkan "survival game" atau "permainan bertahan hidup".

"Saat bermain, kami mendirikan seperti kemah kecil," kenangnya seperti dilansir BBC, Senin (12/6/2023). "Lesly yang berusia 13 tahun tahu buah apa yang tidak boleh dimakan karena banyak buah beracun di hutan. Dan dia juga tahu cara merawat bayi."

Pasca kecelakaan, Lesly pun membangun tempat berlindung darurat dari dahan yang disatukannya dengan menggunakan karet rambutnya. Dia juga menemukan Farina atau tepung singkong di antara reruntuhan pesawat.

Menurut salah satu tokoh adat yang ikut dalam pencarian, Edwin Paki, anak-anak itu bertahan hidup dengan Farina sampai itu habis dan setelahnya mereka memakan biji-bijian.

"Ada buah yang mirip markisa, namanya avichure," kata Paki. "Mereka mencari pohon avichure sekitar satu setengah kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat."

Ketua Colombian Institute of Family Welfare Astrid Caceres mengungkapkan bahwa periode anak-anak itu menghilang terjadi saat "hutan sedang panen".

Di luar urusan makan, tetap saja anak-anak tersebut menghadapi tantangan signifikan untuk bertahan hidup di lingkungan yang tidak ramah.

Pada satu waktu, kata Presiden Petro, anak-anak tersebut bahkan harus membela diri dari anjing liar.

Pemimpin kelompok Guanano di Vaupes, bagian tenggara Kolombia tempat anak-anak tersebut dibesarkan, mengungkapkan bahwa bocah-bocah itu dibesarkan oleh nenek mereka yang merupakan seorang tetua adat yang dihormati secara luas.

"Mereka menggunakan apa yang mereka pelajari di masyarakat, mengandalkan pengetahuan leluhur untuk bertahan hidup," ujarnya.

Ibarat Pencarian Kutu di Karpet

Ilustrasi Hutan
Ilustrasi Hutan, Pohon, Pepohonan. Kredit: jplenio via Pixabay

Saat pencarian berlanjut, para pejabat di Bogota mendapat tekanan karena dinilai lamban. Presiden Petro juga menghadapi kritik setelah kantornya mempublikasikan twit palsu yang mengatakan bahwa anak-anak itu telah ditemukan.

Pihak berwenang menjatuhkan 10.000 selebaran dengan tips bertahan hidup yang ditulis dalam bahasa Spanyol dan bahasa pribumi Huitoto, serta helikopter membunyikan pesan dari nenek mereka lewat pengeras suara untuk meyakinkan anak-anak tersebut bahwa mereka sedang dalam pencarian.

Namun, tanpa sepengetahuan media, pencarian oleh tentara semakin menemukan titik terang.

"Dalam beberapa kesempatan, tim penyelamat lewat dalam jarak 20 hingga 50 meter dari tempat anak-anak itu ditemukan," kata komandan pencarian Jenderal Pedro Sanchez.

Pada saat anak-anak ditemukan, sekitar 150 tentara dan 200 sukarelawan dari kelompok masyarakat adat setempat terlibat dalam operasi tersebut, yang menyisir area seluas lebih dari 300 km persegi.

"Ini bukan pencarian jarum di tumpukan jerami, ini pencarian kutu kecil di karpet yang luas karena mereka terus bergerak," kata Jenderal Sanchez.

Dan pada Jumat, setelah pencarian selama lebih dari sebulan, anjing spesialis penyelamat menemukan anak-anak tersebut.

"Kata-kata pertama dari putri tertua Lesly, yang menggendong adik bayinya adalah 'Saya lapar'," kata salah satu penyelamat kepada RTVC Kolombia.

Adapun salah satu anak laki-laki, yang sedang berbaring, bangkit, dan mengatakan, "Ibu saya sudah meninggal".

Sebuah video yang dibagikan oleh Kementerian Pertahanan Kolombia memperlihatkan anak-anak tersebut diangkat ke dalam helikopter untuk kemudian diterbangkan ke Bogota, di mana ambulans membawa mereka ke rumah sakit untuk perawatan medis lebih lanjut.

Keluarga anak-anak tersebut berterima kasih kepada militer Kolombia karena terus melakukan pencarian meskipun kemungkinan kecil untuk bertahan hidup, dan mereka mendesak pemerintah untuk membawa pulang anak-anak tersebut secepat mungkin.

"Saya tidak pernah kehilangan harapan, saya selalu mendukung pencarian. Saya merasa sangat senang, saya berterima kasih kepada Presiden Petro dan 'orang-orang sebangsa' saya yang melewati begitu banyak kesulitan," kata nenek para bocah tersebut.

Presiden Petro juga memuji upaya tentara dan para sukarelawan, menyebutnya sebagai "pertemuan pengetahuan: pribumi dan militer". Dia menambahkan bahwa "inilah jalan perdamaian yang sebenarnya".

Secara khusus, Presiden Petro memuji keempat anak korban kecelakaan pesawat tersebut.

"Mereka adalah anak-anak hutan dan sekarang mereka juga anak-anak Kolombia," ujarnya.

Alex Rufino, ahli pribumi, mengatakan kisah sebenarnya terletak pada "hubungan spiritual mereka dengan alam".

"Hutan tidak hanya hijau, tetapi ada energi kuno yang berhubungan dengan populasi," tutur Rufino.

"Sulit untuk memahami ini, saya tahu, tetapi ini adalah kesempatan yang baik bagi masyarakat, umat manusia, untuk belajar tentang perbedaan pandangan... Ibu yang sama, yang menjadi arwah setelah kecelakaan itu, melindungi mereka. Dan baru sekarang dia akan mulai beristirahat."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya