Kemlu Gelar Lokakarya Laut China Selatan ke-32, Jadi Wadah Diskusi dan Kolaborasi Hadapi Potensi Konflik

Lokakarya yang diadakan sejak tahun 1990 di Bali, Indonesia, menjadi bentuk komitmen kerja sama Kemlu RI untuk menggali potensi di Laut China Selatan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Agu 2023, 11:38 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2023, 11:37 WIB
Opening Session Lokakarya Pengelolaan Potensi Konflik di Laut China Selatan Ke-32 pada Kamis (24/8/2023).
Opening Session Lokakarya Pengelolaan Potensi Konflik di Laut China Selatan Ke-32 pada Kamis (24/8/2023).

Liputan6.com, Banten - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI kembali menggelar Lokakarya Pengelolaan Potensi Konflik di Laut China Selatan ke-32, wadah diskusi dan kolaborasi dalam menghadapi potensi konflik di kawasan tersebut. 

"Kami menyelenggarakan lokakarya ke-32 sebagai lokakarya tentang penanganan potensi konflik di Laut China Selatan pasca masa pandemi COVID-19," kata Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN), Kementerian Luar Negeri Indonesia, Dr Yayan GH Mulyana saat membuka acara tersebut di Banten secara virtual, Kamis (24/8/2023). 

"Kita harus memperkuat kolaborasi dan kerja sama di antara para peserta untuk mengatasi tantangan bersama," imbuhnya.  

Melalui forum diskusi tersebut, Yayan menyebut ada tiga fokus kerja sama yang diharapkan dari para peserta.

  • Pertama, kerja sama dalam mengatasi pencemaran laut. Ini termasuk mendorong perlindungan dan konservasi laut serta memantau perubahan permukaan laut. 
  • Kedua, kerja sama terkait ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai karya penelitian ilmiah kelautan. 
  • Terakhir, ekonomi dan pembangunan yang meliputi pengkajian stok perikanan, pengembangan pulau-pulau berkelanjutan, dan geowisata.

Meskipun lokakarya tahun ini dilakukan secara hybrid, Yayan meyakini bahwa forum tersebut tetap bisa menghasilkan dialog yang membawa dampak positif dan konkret. 

"Saya yakin bahwa lokakarya ini akan terus menjadi platform penting untuk menghasilkan ide-ide kolaboratif dan inisiatif yang terprogram," katanya menambahkan. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Diadakan Sejak Tahun 1990

Kapal perusak milik AS berlayar ke Laut China Selatan (AFP/US Navy)
Kapal perusak milik AS berlayar ke Laut China Selatan (AFP/US Navy)

Kegiatan tahun ini turut mengundang 12 participating parties, yakni Brunei Darussalam, China, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Taiwan. 

Yayan menyebutkan bahwa lokakarya ini sudah diadakan sejak tahun 1990 di Bali, Indonesia, menjadi bentuk komitmen kerja sama untuk menggali potensi di Laut China Selatan. 

"Lokakarya ini telah membuktikan dirinya sebagai saksi sejarah bahwa meskipun dengan situasi yang terus berkembang, para peserta telah menunjukkan komitmen atau kerja sama yang kuat dan abadi serta komitmen untuk persahabatan dan musyawarah, bekerja sama dan menjajaki potensi kerja sama di wilayah Laut China Selatan," sebut Yayan. 

Sejak penyelenggaraan pertamanya, lokakarya ini melibatkan pemerintah tetapi juga swasta dan akademisi (1,5 track). Acara ini secara konsisten menjadi wadah dialog dan kerja sama di berbagai proyek sebagai sarana membangun sikap saling mengerti untuk mencapai tujuan bersama di kawasan Laut China Selatan yang damai, stabil dan sejahtera.

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya