Liputan6.com, Baghdad - Irak kembali melakukan proses eksekusi mati terhadap sejumlah tahanan.
"Irak menggantung tiga orang yang dihukum karena pemboman tahun 2016, yang menewaskan lebih dari 320 orang di distrik perbelanjaan Baghdad dan diklaim oleh kelompok ISIS," kata kantor perdana menteri pada Senin (28 Agustus) seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), Selasa (29/8/2023).
Baca Juga
Pengeboman tersebut merupakan salah satu yang paling mematikan di dunia setelah serangan 11 September 2001 (9/11) di Amerika Serikat.
Advertisement
Setidaknya 323 orang tewas dalam pemboman mobil yang memicu kebakaran hebat di kawasan perbelanjaan Karrada di Baghdad pada 3 Juli 2016, saat kawasan tersebut dipenuhi orang-orang menjelang perayaan Idul Fitri yang mengakhiri bulan suci Ramadhan.
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, dalam pertemuan dengan keluarga korban, memberi tahu mereka "hukuman mati yang sah dijatuhkan terhadap tiga penjahat utama yang dinyatakan bersalah atas keterlibatan mereka dalam pemboman teroris", kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
Ini adalah salah satu serangan paling mematikan yang pernah melanda Irak.
Mayor Jenderal Polisi Talib Khalil Rahi saat itu mengatakan minibus yang ditumpangi pelaku ledakan bom telah memuat bahan peledak plastik dan amonium nitrat.
Ledakan bom awalnya hanya menewaskan sedikit orang, namun api menyebar dan menjebak orang-orang di dalam pusat perbelanjaan yang tidak memiliki pintu darurat, kata Rahi pada konferensi pers beberapa hari kemudian.
Kebakaran yang berkobar membuat sulit untuk mengidentifikasi korban tewas.
Menteri Dalam Negeri Mohammed Ghabban mengundurkan diri setelah ledakan tersebut.
Tak Ada Detail, Hukuman Mati hanya Disebut pada Minggu dan Senin Pagi
Sumber pemerintah mengatakan kepada AFP bahwa Alzawbaee termasuk di antara mereka yang dihukum mati.
Namun pernyataan dari kantor PM Sudani tidak menyebutkan nama mereka yang dieksekusi atau menyebutkan kapan mereka dijatuhi hukuman. Hanya dikatakan bahwa eksekusi tersebut dilakukan pada Minggu malam dan Senin pagi.
ISIS telah menguasai wilayah yang luas di utara dan barat Bagdad pada tahun 2014, namun pada saat ledakan di Karrada, pasukan Irak telah merebut kembali wilayah yang signifikan dari para militan tersebut, yang membalas serangan terhadap warga sipil.
Pemerintah Irak menyatakan kemenangan melawan ISIS pada akhir tahun 2017 setelah kampanye militer yang didukung oleh koalisi militer pimpinan Amerika Serikat.
Pada Oktober 2021 Irak mengumumkan penangkapan di luar negeri terhadap orang yang dikatakan sebagai tersangka utama di balik ledakan Karrada. Perdana Menteri saat itu Mustafa al-Kadhemi mengatakan Ghazwan Alzawbaee adalah "pelaku utama" dalam serangan itu "dan banyak serangan lainnya."
Advertisement
PBB: ISIS Masih Memiliki 5.000 - 7.000 Anggota Serta Pendukung di Irak dan Suriah
PBB memperkirakan dalam sebuah laporan pada Maret bahwa ISIS masih memiliki "5.000 hingga 7.000 anggota dan pendukung" di Irak dan negara tetangga Suriah, "kira-kira setengahnya adalah militan".
Sel-sel ISIS terus menargetkan pasukan keamanan dan warga sipil di kedua negara namun laporan PBB mengatakan ISIS telah banyak dikuras akibat “operasi kontra-terorisme yang berkelanjutan” di kedua sisi perbatasan.
Selama beberapa tahun, pengadilan Irak telah menjatuhkan ratusan hukuman mati serta hukuman penjara seumur hidup berdasarkan hukum pidana untuk keanggotaan dalam "kelompok teroris"".
Pengadilan Irak juga menjatuhkan hukuman mati untuk pembunuhan yang disengaja.
Pada tahun 2022 Irak mengeksekusi lebih dari 11 orang, lebih sedikit dibandingkan Amerika Serikat, dan menjatuhkan hukuman mati kepada lebih dari 41 orang, menurut laporan Amnesty International.