Liputan6.com, Jakarta - Warga Palestina di Gaza yang jadi korban tewas perang Israel-Hamas dilaporkan telah mencapai 9.000 lebih. Tindakan Israel dianggap telah mencapai batas ekstrem, bahkan mencapai tahap genosida terhadap rakyat Palestina.
Berkaca dari kondisi tersebut, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun mempertanyakan peran hukum HAM Internasional dalam menghentikan serangan Israel di Gaza.
Baca Juga
"Israel terus-menerus menyerang rakyat kami di Gaza, yang ingin saya pertanyakan, di manakah hukum HAM internasional? Di manakah hak asasi manusia di negara-negara yang terus-menerus bicara mengenai hak asasi manusia?" ujar Dubes Al-Shun dalam aksi solidaritas untuk warga Palestina di Kedubes Palestina, yang diadakan oleh Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI), Kamis (2/11/2023) malam.
Advertisement
Dubes Al-Shun mengkritik kinerja majelis PBB yang tidak melakukan tanggung jawabnya, meskipun serangan yang dilancarkan Israel telah menewaskan ribuan orang di Jalur Gaza.
"Sudah lebih dari ribuan orang yang mati syahid atas serangan ini dan kebanyakan dari mereka terdiri dari anak-anak yang tak berdosa dan juga wanita. Tetapi apa yang terjadi? Dunia terus-menerus diam saja bahkan majelis PBB tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya," tutur Dubes Al-Shun.
Rakyat Palestina memiliki hak untuk membela diri dan untuk merdeka, seperti yang ditekankan oleh Dubes Al-Shun, "Kami rakyat Palestina memiliki hak untuk membela diri dan hak untuk merdeka, Israel tidak punya hak untuk melakukan agresi militer tersebut kepada rakyat kami."
Dino Patti Djalal Mengecam Kekerasan di Gaza dan Mendorong Solusi Damai
Sementara itu, Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, menyoroti hilangnya rasa kemanusiaan dalam konflik di Gaza.
"How did we lose our sense of humanity? Where is the humanity in this conflict?" tutur Dino.
Dino mengecam serangan Israel yang telah yang merugikan dan menewaskan warga sipil.
"Seakan-akan kalau gedung dibom, gedungnya runtuh Israel bilang mereka dapat 12 Hamas tapi 700 rakyat sipil tewas seakan-akan itu sudah biasa, tidak perlu ditangisi, suatu hal yang wajar. Korban sipil dalam perang tidak dapat diterima," ujar Dino.
Selanjutnya, Dino menekankan bahwa konflik yang sedang terjadi adalah persoalan politik, bukan agama. Ia menyatakan bahwa solusi damai adalah satu-satunya jalan keluar dari konflik yang telah berlangsung lama ini.
"PBB sudah mengeluarkan suatu resolusi yaitu harus ada gencatan senjata segera, dan agar blokade ini segera diakhiri. FPCI mendorong dan mendukung resolusi PBB ini dan kita berharap negara-negara di dunia tapi terutama Israel dapat mendengar suara masyarakat dunia ini dan mematuhinya," jelas Dino.
Advertisement
Mendesak Gencatan Senjata dalam Konflik Gaza
Dino Patti Djalal juga menyorot urgensi dari gencatan senjata dalam konflik yang melanda Jalur Gaza. Menurutnya, gencatan senjata merupakan hal dapat menjadi solusi untuk jangka pendek.
"Yang jelas untuk jangka pendek, gencatan senjata harus dilaksanakan, karena yang mengakibatkan sepuluh ribu orang lebih tewas akibat serangan bertubi-tubi, collective punishment yang dilakukan oleh Israel," ujar Dino.
Namun sayangnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menolak wacana gencatan senjata. PM Israel berkomitmen untuk melanjutkan perang di Gaza dengan cara yang dianggap membabi buta.
Menurut Dino, jika serangan di Gaza terus berlanjut, maka kerusakan akan semakin besar, dengan lebih banyak nyawa yang akan menjadi korban.
"Kalau ini terus dilakukan maka akibatnya sudah dapat ditebak yaitu semakin banyak gunung-gunung yang akan hancur, rakyat sipil akan banyak menjadi korban, termasuk lansia, wanita, dan anak-anak, jadi kunci utamanya adalah gencatan senjata," jelas Dino.
Dino juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh Dewan Keamanan PBB, terutama karena adanya veto dari negara-negara yang mendukung Israel.
"DK PBB sudah bisa dikatakan lumpuh karena adanya veto dari negara yang tidak menyetujui dan jelas mendukung Israel, jadi yang diserukan oleh resolusi majelis umum PBB adalah seruan moral yang berisi nurani dari mayoritas masyarakat dunia, termasuk Indonesia," ungkap Dino.
Aksi Solidaritas untuk Warga Palestina
Sebelumnya, sejumlah masyarakat berkumpul di halaman Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, untuk melakukan aksi solidaritas untuk mendukung warga Palestina pada Kamis malam.
Mereka menyalakan lilin dan berdoa bersama untuk warga Palestina. Aksi solidaritas ini dinisiasi oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina yang tengah menghadapi konflik dengan Israel.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, sejumlah perwakilan negara sahabat seperti Maroko, Sudan dan Kenya terlihat ikut serta dalam aksi solidaritas tersebut.
Konflik antara Israel dan Palestina telah terjadi dalam waktu yang sangat lama, menyebabkan penderitaan dan kerugian besar. Salah satu wilayah yang paling terpengaruh adalah Gaza, di mana para warganya mengalami kesulitan besar akibat terbatasnya akses ekonomi dan bantuan kemanusiaan.
Ketua FPCI, Dino Patti Djalal, pada kesempatan tersebut juga mengungkap kepedihan yang sedang dialami oleh warga Palestina di Gaza.
"Pada saat kita berkumpul sekarang ini, ada anak yang sedang menangis tidak tahu apakah dia akan hidup besok, ada ibu yang menangisi kepergian suami atau anaknya, ada orang-orang di rumah sakit yang tidak lagi memiliki obat dan rumah sakitnya juga tidak berfungsi," ujar Dino.
Dengan latar belakang tersebut, aksi solidaritas ini kemudian digelar dengan harapan agar masyarakat yang hadir dapat secara kolektif mengirimkan pesan belas kasih dan solidaritas kepada rakyat Palestina di masa-masa yang mencekam ini.
Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, mengapresiasi peran Indonesia yang selalu berpihak pada Palestina.
"Indonesia selalu bersama dengan kemerdekaan dan kebebasan, dan kami menginginkan kebebasan dan bukan kematian, kami menginginkan hidup dan merdeka dari penjajahan," tutur Dubes Al-Shun.
Advertisement