Liputan6.com, Beirut - Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah bersuara untuk pertama kalinya pasca serangan Hamas 7 Oktober yang memicu perang dengan Israel hingga detik ini. Pada saat bersamaan, eskalasi juga terjadi antara Hezbollah dan Israel di sepanjang perbatasan.
Seperti dilansir Al Jazeera, Sabtu (4/11/2023), Hezbollah mengklaim 57 pasukannya tewas dalam pertempuran dengan Israel. Sementara itu, Israel mencatat masing-masing enam kematian tentaranya dan warga sipilnya.
Baca Juga
Sejak kabar bahwa Nasrallah akan berpidato muncul, banyak yang memprediksi dia akan mengumumkan langkah Hezbollah terkait perang Hamas Vs Israel. Namun, pidatonya dinilai menunjukkan bahwa dia menahan diri.
Advertisement
Nasrallah memulai pidatonya dengan menyanjung pasukannya dan kelompok lainnya yang tewas dalam pertempuran melawan Israel. Dia mengaku berduka atas warga sipil yang terbunuh.
Pemimpin Hezbollah itu kemudian berterima kasih kepada apa yang disebutnya "tangan-tangan kuat dan berani dari Irak dan Yaman yang kini terlibat dalam perang suci ini". Pernyataannya disebut jelas merujuk pada kelompok bersenjata di kedua negara, termasuk Houthi di Yaman, yang merupakan sekutu Hezbollah dan telah melancarkan serangan melawan Israel atau Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir.
Dia menggambarkan serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan, yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang, sebagai "peristiwa besar yang mengguncang penindasan … pendudukan … rezim zionis dan para pendukungnya di Washington dan London".
"Operasi tersebut 100 persen dilakukan oleh orang Palestina, baik dari segi keputusan maupun pelaksanaannya," tegas Nasrallah dalam pidatonya yang disiarkan pada Jumat (3/11), menjawab pertanyaan soal keterlibatan Hezbollah dalam serangan Hamas.
"Elemen kerahasiaan adalah kunci keberhasilan operasi ini, ini merupakan sebuah kejutan, kejutan yang mengejutkan, tidak seperti apa yang diasumsikan oleh banyak orang."
Murni Perjuangan Palestina
Tidak hanya menampik keterlibatan Hezbollah, Nasrallah juga menyatakan bahwa serangan Hamas tidak ada kaitannya dengan pihak lain.
"Operasi ini tidak ada hubungannya dengan keputusan atau langkah apapun yang diambil oleh faksi lain dalam poros perlawanan," ungkap Nasrallah, merujuk pada koalisi anti-Israel yang dipimpin Iran di kawasan.
"Setiap saat ketika terjadi pertempuran, mereka mulai bicara soal program nuklir Iran, negosiasi AS-Iran. Kenyataannya, kerahasiaan seputar seluruh operasi pada 7 Oktober membuktikan bahwa serangan itu semata-mata tentang perjuangan Palestina dan tidak ada hubungannya dengan masalah internasional atau regional."
Dia menuturkan lebih lanjut, "Sejak revolusi Iran … (Iran) selalu secara terbuka menerima dan mendukung faksi-faksi perlawanan di Lebanon, Palestina, dan di wilayah tersebut. Namun, mereka tidak menjalankan wewenang atau kendali apapun terhadap faksi-faksi tersebut atau kepemimpinan mereka. Dan apa yang terjadi … membuktikan fakta ini."
Advertisement
AS Bertanggung Jawab Atas Perang di Gaza
Nasrallah menyalahkan AS atas berlanjutnya kekerasan di Gaza.
"Gaza dan warga Gaza terguncang akibat pengeboman udara yang biadab, ganas, brutal, kejam, dan tanpa ampun," kata dia.
Dia menyebut AS "berdiam diri" menghadapi pembunuhan ribuan bayi dan anak-anak di Gaza oleh rudal Israel. Tanggapan AS, kata dia, mengungkap kemunafikan Barat terhadap isu-isu seperti demokrasi dan supremasi hukum.
"AS sepenuhnya bertanggung jawab atas perang yang berkecamuk di Gaza, melawan orang-orang yang tidak bersenjata dan tidak berdaya," tutur Nasrallah.
Dikutip dari Middle East Eye, Nasrallah menyerukan AS untuk mengakhiri perang.
"Kepentingan Anda, tentara Anda, armada Anda akan menjadi korban terbesar dalam perang regional," ujarnya mengingatkan AS akan serangan mematikan terhadap pasukan mereka di Lebanon pada tahun 1980-an.
Desak Arab dan Muslim Putus Pasokan Minyak hingga Gas ke Israel
Nasrallah menjelaskan bahwa Hezbollah memasuki perang Hamas Vs Israel, sehari setelah serangan Hamas terjadi.
"Beberapa orang mengklaim bahwa kami akan terlibat dalam perang. Saya beritahu Anda, kami telah terlibat dalam pertempuran ini sejak 8 Oktober," kata Nasrallah.
"Perlawanan Islam di Lebanon mulai beroperasi keesokan harinya."
"Apa yang terjadi di front kami sangat penting dan signifikan," klaim Nasrallah, seraya mengaku bahwa konflik di perbatasan dengan Israel adalah yang terpanas sejak tahun 1948.
"Saya jamin ini bukanlah akhir. Ini tidak akan cukup."
Dalam pidatonya, Nasrallah menyerukan negara-negara Arab lainnya untuk membantu Gaza.
"Kami menyerukan negara-negara Arab dan muslim untuk memutus pasokan minyak dan gas serta makanan dari Israel," ujar Nasrallah, menggemakan tuntutan yang dibuat Iran awal pekan ini.
Advertisement