Liputan6.com, Gaza - Gaza mengalami pemadaman komunikasi total ketiga sejak dimulainya perang pada 7 Oktober. Militer Israel pada Minggu (5/11/2023) malam mengumumkan mereka mengepung Kota Gaza dan membaginya menjadi dua.
"Saat ini ada Gaza Utara dan Gaza Selatan," ujar juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP, Senin (6/11).
Baca Juga
Dia menyebut pembagian ini merupakan tahapan penting dalam perang Hamas Vs Israel. Media Israel melaporkan bahwa pasukan Israel diperkirakan akan memasuki Kota Gaza dalam waktu 48 jam.
Advertisement
Padamnya komunikasi di Gaza, yang dilaporkan oleh kelompok advokasi akses internet netBlocks.org dan dikonfirmasi oleh perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, semakin mempersulit penyampaian kabar terbaru terkait serangan militer Israel.
"Kami kehilangan komunikasi dengan sebagian besar anggota tim UNRWA," ungkap juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina Juliette Touma.
Pemadaman komunikasi pertama di Gaza sejak 7 Oktober berlangsung selama 36 jam dan yang kedua terjadi selama beberapa jam.
Pada Minggu, pesawat-pesawat tempur Israel dilaporkan menyerang dua kamp pengungsi di Gaza tengah. Otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa serangan menewaskan sedikitnya 53 orang dan melukai puluhan lainnya.
Serangan udara yang menghantam kamp pengungsi Maghazi menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai 34 lainnya. Kamp tersebut berada di zona di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina mencari perlindungan.
Seorang reporter AP di rumah sakit terdekat melihat delapan anak tewas, termasuk seorang bayi, dibawa ke rumah sakit setelah serangan tersebut. Seorang anak yang selamat digiring menyusuri koridor, pakaiannya tertutup debu.
Arafat Abu Mashaia, yang tinggal di kamp tersebut, mengatakan serangan udara Israel meratakan beberapa rumah bertingkat di mana orang-orang yang terpaksa keluar dari wilayah lain di Gaza berlindung.
"Itu benar-benar pembantaian," kata dia. "Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapapun yang mengatakan ada perlawanan (pejuang) di sini."
Belum ada komentar langsung dari militer Israel.
Serangan udara lainnya menghantam sebuah rumah dekat sebuah sekolah di kamp pengungsi Bureij. Staf di Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan kepada AP bahwa sedikitnya 13 orang tewas. Kamp itu juga diserang pada Kamis (2/11).
Otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa lebih dari 9.700 warga Palestina tewas di wilayah tersebut sejak 7 Oktober, lebih dari 4.000 di antaranya adalah anak-anak.
Jumlah korban kemungkinan akan meningkat ketika pasukan Israel bergerak maju ke lingkungan perkotaan yang padat.
Israel Abaikan Seruan AS
Israel bersikeras akan melanjutkan serangannya untuk menghancurkan Hamas dengan membombardir Gaza, meski sekutu utamanya Amerika Serikat (AS) meminta jeda kemanusiaan demi memungkinkan pemberian bantuan kepada warga sipil Gaza yang sekarat.
Hamas, menurut Israel, menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Namun, kritikus mengatakan serangan Israel seringkali tidak proporsional, mengingat banyaknya warga sipil yang tewas.
Di lapangan, pasukan Israel di Gaza melaporkan menemukan simpanan senjata, termasuk bahan peledak, drone bunuh diri, dan rudal.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat yang diduduki pada Minggu, sehari setelah bertemu dengan para menteri luar negeri Arab.
Abbas, yang tidak memiliki wewenang di Gaza sejak Hamas mengambil alih kekuasaan pada tahun 2007, mengatakan bahwa Otoritas Palestina hanya akan mengambil kendali atas Gaza sebagai bagian dari solusi politik komprehensif untuk membentuk Negara Palestina merdeka yang mencakup Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Pernyataan Abbas dinilai semakin mempersempit pilihan siapa yang akan memerintah Gaza jika Israel berhasil menggulingkan Hamas. Perundingan perdamaian terakhir dengan Israel gagal lebih dari satu dekade lalu dan saat ini pemerintahan Israel didominasi oleh penentang negara Palestina.
Advertisement
Israel dan AS Menentang Gencatan Senjata
Kunjungan Blinken ke Timur Tengah termasuk Irak, di mana dia bertemu dengan Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani dan menekankan perlunya mencegah penyebaran perang.
Para pemimpin Arab sendiri telah menyerukan gencatan senjata segera. Namun, seperti halnya Israel, AS menentang gencatan senjata yang menurut mereka akan menguntungkan Hamas.
Blinken mengatakan bahwa gencatan senjata hanya akan membiarkan Hamas tetap berada di tempatnya, dapat berkumpul kembali, dan mengulangi apa yang dilakukannya pada 7 Oktober.
Adapun sebagian besar lingkungan perumahan di Gaza utara telah diratakan dalam serangan udara. Kantor urusan kemanusiaan PBB mengatakan lebih dari separuh penduduk yang tersisa, diperkirakan berjumlah sekitar 300.000 orang, berlindung di fasilitas yang dikelola PBB.
Pesawat-pesawat Israel pada hari Minggu kembali menjatuhkan selebaran yang mendesak warga sipil untuk menuju ke selatan. Militer Israel mengatakan koridor satu arah akan terus berlanjut bagi warga untuk mengungsi ke Gaza selatan.
Ketegangan Meluas
PBB mengatakan sekitar 1,5 juta orang di Gaza atau 70 persen populasi, telah meninggalkan rumah mereka. Makanan, air dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk generator listrik rumah sakit hampir habis. Tidak ada bahan bakar yang datang selama hampir satu bulan.
Perang telah memicu ketegangan yang lebih luas, di mana Israel dan kelompok militan Lebanon, Hezbollah, terlibat baku tembak di sepanjang perbatasan.
Empat warga sipil dikabarkan tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon selatan pada Minggu malam, termasuk tiga anak-anak. Militer Israel mengklaim pihaknya menyerang sasaran Hezbollah sebagai respons terhadap tembakan anti-tank yang menewaskan seorang warga sipil Israel. Hezbollah mengaku menembakkan roket Grad dari Lebanon selatan ke Israel sebagai tanggapannya.
Di Tepi Barat yang diduduki, Kementerian Kesehatan Palestina, mengungkapkan bahwa setidaknya dua warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Abu Dis, tepat di luar Yerusalem. Setidaknya 150 warga Palestina di Tepi Barat telah terbunuh sejak perang terbaru dimulai.
Banyak warga Israel yang menyerukan agar Netanyahu mengundurkan diri. Netanyahu menolak bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.
Para arkeolog forensik dan pihak lain masih mencari sisa-sisa korban serangan 7 Oktober di Israel selatan. Berdasarkan tradisi agama Yahudi, bagian-bagian tubuh harus disimpan bersama untuk penguburan yang layak.
"Kami harus mencoba dan mengumpulkan semua potongan, semua darah," kata Yitzchak Ben Shitrit, seorang operator penyelamatan.
Sementara itu, militer Israel mengatakan 29 tentaranya tewas selama operasi darat di Gaza.
Advertisement