Â
Liputan6.com, Gaza - Serangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan 193 warga Palestina dalam 24 jam terakhir. Hal tersebut diumumkan otoritas kesehatan Gaza pada Sabtu (2/12/2023) waktu setempat.
Baca Juga
Dengan demikian, total korban tewas menjadi 15.207 orang dalam 56 hari sejak dimulainya serangan Israel ke Jalur Gaza, sementara 40.652 lainnya terluka.
Advertisement
Dilansir Middle East Eye, mayoritas korban tewas adalah warga sipil, termasuk 6.150 anak-anak, 4.000 perempuan, 206 staf medis, dan 70 jurnalis.
Lebih dari 6.500 orang masih hilang, sebagian besar diyakini tewas dan terkubur di bawah reruntuhan.
"Israel terus memperluas sasarannya terhadap warga sipil setelah berakhirnya gencatan senjata dan tidak membiarkan satu inci pun di Jalur Gaza tanpa pengboman," kata juru bicara otoritas kesehatan Jalur Gaza Ashraf al-Qudra.
Total di atas diduga belum termasuk dengan jumlah korban tewas akibat pengeboman terbaru yang dilancarkan Israel di kamp pengungsi Jabalia dan wilayah Shujaiya di Kota Gaza. Laporan Middle East Eye menyebutkan korban tewas di Jabalia mencapai setidaknya 100 orang, sementara di Shujaiya juga ratusan orang.
Dalam perkembangan lainnya, badan intelijen Israel, Mossad, mengirim tim ke Doha pada Sabtu untuk melakukan pembicaraan dengan Qatar yang bertindak sebagai mediator gencatan senjata.
Pembicaraan disebut akan fokus pada formula untuk melepaskan sisa sandera yang masih ditawan Hamas. Namun, perundingan dilaporkan menemui jalan buntu.
"Karena perundingan menemui jalan buntu dan mengikuti instruksi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kepala Mossad David Barnea memerintahkan tim perunding di Doha untuk pulang," demikian pernyataan kantor Netanyahu.
​
Rencana Keji Netanyahu
Surat kabar Israel Hayom pada Jumat (1/12) melaporkan bahwa Netanyahu menginstruksikan menteri perencanaan strategis dan pembantu dekatnya, Ron Dermer, memikirkan rencana berikutnya di Gaza. Bahkan, jika perlu, rencana yang memungkinkan pelarian massal warga Palestina ke negara-negara Eropa dan Afrika melalui jalur laut.
Rencana tersebut, menurut Israel Hayom, sedang diedarkan secara sangat rahasia mengingat dampaknya yang sangat besar. Netanyahu sendiri melihat rencana itu sebagai tujuan strategis.
Laporan Israel Hayom menyebutkan pula bahwa Netanyahu berusaha melaksanakan rencana tersebut tanpa harus menghadapi konfrontasi dengan Amerika Serikat, komunitas internasional dan Mesir, yang dengan tegas menentangnya.
Israel telah menempatkan Gaza di bawah blokade sejak tahun 2007, dengan ketat mereka mengontrol berapa banyak makanan, air, dan listrik yang dapat diterima wilayah tersebut dan apakah ada warga yang dapat meninggalkan wilayah kantong tersebut.
Advertisement
Israel dan Hizbullah Saling Serang
Ketegangan pasca gagalnya perpanjangan gencatan senjata juga diwarnai baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon.
Angkatan udara dan artileri Israel menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon, kata militer Israek, setelah roket ditembakkan ke sejumlah pos terdepan di dekat perbatasan.
Hizbullah mengatakan pihaknya menembakkan roket ke setidaknya lima posisi Israel. Militer Israel sebelumnya mengatakan dua mortir yang diluncurkan dari Lebanon jatuh di daerah terbuka di Shomera.
Militer Israel mengaku pihaknya melakukan penembakan di dekat Naqoura setelah melihat aktivitas yang tidak biasa di daerah tersebut.