Papua Nugini Blak-blakan Terlibat Pembicaraan Awal dengan China soal Kerja Sama Pertahanan

Menurut menlu Papua Nugini, China mendekatinya pada September 2023 dengan tawaran membantu meningkatkan kapasitas kepolisiannya melalui pelatihan, peralatan, dan teknologi pengawasan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Jan 2024, 17:04 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2024, 17:04 WIB
ilustrasi bendera Papua Nugini (AFP Photo)
ilustrasi bendera Papua Nugini (AFP Photo)

Liputan6.com, Port Moresby - Papua Nugini mengaku sedang dalam pembicaraan awal dengan China mengenai potensi kesepakatan keamanan. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Papua Nugini Justin Tkachenko kepada Reuters pada Senin (29/1/2024).

Menurut Tkachenko, China mendekati Papua Nugini pada September 2023 dengan tawaran membantu meningkatkan kapasitas kepolisian negara itu melalui pelatihan, peralatan, dan teknologi pengawasan. Pembicaraan berlanjut pekan lalu.

"Kami berurusan dengan China pada tahap ini hanya pada tingkat ekonomi dan perdagangan. Mereka adalah salah satu mitra dagang terbesar kami, namun mereka menawarkan bantuan dalam hal kepolisian dan keamanan dalam negeri kami," tutur Tkachenko, seperti dilansir The Guardian.

Papua Nugini, kata Tkachenko, akan menilai apakah China menawarkan duplikat bantuan keamanan dan kepolisian yang sudah ditawarkan oleh Australia dan Amerika Serikat (AS).

"Ini masih dalam tahap awal perundingan dengan komisaris polisi dan menteri keamanan dalam negeri," katanya, seraya menambahkan, "Mereka telah menawarkannya kepada kami, namun kami belum menerimanya saat ini."

Pilih AS dan Australia Sebagai Mitra Keamanan

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape pasca penandatanganan perjanjian keamanan di Port Moresby pada Senin (22/5/2023). (Dok. AP)
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape pasca penandatanganan perjanjian keamanan di Port Moresby pada Senin (22/5/2023). (Dok. AP)

Papua Nugini menandatangani perjanjian keamanan senilai 200 juta dolar Australia dengan Australia bulan lalu untuk meningkatkan kapasitas kepolisian mereka dan beberapa hari kemudian Perdana Menteri James Marape mengatakan dalam konferensi investasi di Sydney bahwa dia belum mengadakan pembicaraan dengan China mengenai keamanan ketika dia mengunjungi Beijing pada Oktober 2023.

Dia mengatakan, "Papua Nugini telah memilih Australia dan AS sebagai mitra keamanan."

Kerusuhan di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby, pada awal Januari menyebabkan sedikitnya 16 orang tewas dan toko-toko ritel besar dibakar dan dijarah, setelah polisi mengadakan aksi mogok terkait gaji. Pemerintahan Marape meminta pasukan pertahanan Papua Nugini untuk memulihkan ketertiban, namun tidak meminta bantuan Australia.

Adapun Papua Nugini mencapai perjanjian kerja sama pertahanan dengan AS selama kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Mei, yang memberikan akses militer AS ke pelabuhan dan bandara Papua Nugini.

Rebutan Pengaruh di Pasifik

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Tkachenko mengatakan lebih lanjut tidak akan melakukan apa pun yang membahayakan hubungan pertahanan dan keamanannya dengan Australia atau AS dan bukan merupakan pihak netral.

Kerusuhan di Kepulauan Solomon yang berdekatan pada tahun 2021 menyebabkan China melakukan perjanjian keamanan dan kepolisian dengan pemerintahan Manasseh Sogavare setahun kemudian, sehingga membuat AS dan Australia khawatir.

Menteri Pasifik Australia Pat Conroy juga menjanjikan bantuan kepolisian senilai 35 juta dolar Australia ke negara tetangganya, Timor Leste, pada Senin dalam kunjungan resminya, di tengah kekhawatiran di Canberra bahwa Beijing kembali secara agresif menargetkan sektor kepolisian dan keamanan di Pasifik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya