Kala Iran Disebut Tidak Berperang dengan AS, Tapi Juga Tak Berdamai

Akhir pekan lalu, militer Amerika Serikat menyerang markas milisi Perlawanan Islam di Irak yang disokong Iran. Namun baik Teheran atau Washington tidak terkesan ingin melanjutkan eskalasi perang.

diperbarui 09 Feb 2024, 10:27 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2024, 10:27 WIB
Ilustrasi bendera Iran (pixabay)
Ilustrasi bendera Iran (pixabay)

, Teheran - Akhir Januari lalu pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Yordania diserang, tiga orang tentaranya dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut, 

Kini AS mengklaim telah mengidentifikasi dalang serangan yang menewaskan tiga orang serdadunya di pangkalan militer di Yordania.

"Kami yakin, serangan ini direncanakan, dibiayai dan dilancarkan oleh sebuah organisasi payung bernama Islamic Resistance in Iraq (IRI)/Perlawanan Islam di Irak," kata direktur komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby seperti dikutip dari DW Indonesia, Jumat (9/2/2024).

Serangan udara pada akhir pekan di Irak dan Suriah diniatkan untuk melumpuhkan kapasitas tempur IRI yang belakangan kian berani mengusik keberadaan pasukan AS di kawasan.

Sejak tahun 2023 lalu, IRI atau al Muqawamah al Islamiyah fi al Iraq mulai melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Yordania, Suriah dan Irak. Mereka termasuk bagian Poros Perlawanan atau Axis of Ressistance yang disokong militer Iran, dan dikenal dekat dengan organisasi teror Kataib Hezbollah yang juga beroperasi di Irak.

Iran Bantah Terlibat

Pemerintah di Teheran sebaliknya menepis dugaan keterlibatan dalam serangan terhadap militer AS. "Kami tidak menginginkan perang, tapi kami juga tidak takut terhadap peperangan," kata komandan Garda Revolusi, Jenderal Hossein Salami.

"Kami bukan kaum pecinta perang. Kami membela diri dan martabat kami," ujarnya seperti dikutip kantor berita IRNA.

Menteri Luar Negeri iran Amir Abdollahian juga ikut mengimbau AS untuk menahan diri dari aksi saling tuduh dan sebaliknya mengupayakan solusi politik.

Menurut Hamidreza Azizi, pakar Iran di lembaga penelitian Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik Berlin, SWP, terlalu sepele jika menganggap tindakan masing-masing kelompok sepenuhnya bisa dikendalikan oleh Iran. "Namun begitu, dimensi eskalasi oleh Poros Perlawanan menyiratkan sebuah koordinasi tingkat tinggi", ujarnya.

 

Misi Iran di AS Juga Bantah Tudingan Keterlibatan Serangan di Yordania

Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Sebelumnya, Misi Iran untuk AS juga mengeluarkan pernyataan yang menegaskan, "Iran tidak ada hubungannya dan tidak terlibat dalam serangan terhadap pangkalan AS."

Pernyataan Misi Iran untuk AS menambahkan, "Ada konflik antara pasukan AS dan kelompok perlawanan di kawasan, yang membalas serangan balasan."

Serangan tersebut merupakan eskalasi besar dari situasi yang sudah tegang di Timur Tengah, di mana perang di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 26.000 warga Palestina, yang kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan.

Analisa Ahli Soal Konflik Teranyar AS-Iran

Ilustrasi bendera Iran (unsplash)
Ilustrasi bendera Iran (unsplash)

Menurut riset teranyar lembaga penelitian konflik International Crisis Group, ICG, Iran pun diduga terlibat dalam serangan terhadap pangkalan militer AS di al Tanf, Suriah, akhir Januari lalu. Walupun begitu, tidak ada cara memastikan apakah serangan dikoordinasikan dengan Teheran.

Analisa ICG mencatat, Washington mencurigai niat Iran membebaskan koridor darat Timur-Barat yang menghubungkannya dengan Irak dan Suriah lewat jalan darat, selain jalur udara yang sudah ada. Melalui koridor tersebut, Iran diyakini akan mampu memasok senjata hingga ke pesisir Laut Tengah di Lebanon.

Iran sebaliknya ingin mencegah AS menguasai jalur darat Utara-Selatan dari Turki, Yordania hingga ke Teluk Akaba, tulis ICG, karena akan memutus jalur suplai dari Iran ke Timur Tengah.

Azizi menilai, eskalasi serangan oleh Poros Perlawanan diniatkan untuk menggerakkan AS agar mendesak Israel menghentikan perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Namun serangan terkoordinasi terhadap militer AS tidak seharusnya pula menelan korban jiwa. "Iran dan sekutunya paham, bahwa kematian serdadu akan mengundang reaksi yang lebih dramatis dari Washington. Dan Teheran tidak sedang menginginkan perang terbuka dengan AS."

Iran Rutin Pasok Senjata ke Kelompok Poros Perlawanan

Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI
Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI

"Selama ini, Iran merawat Poros Perlawanan dengan rutin memasok senjata atau memberikan bantuan logistik dan keuangan. Atas dasar ini bisa diasumsikan, keputusan untuk menyerang AS dan Israel sebagai reaksi Perang Gaza diambil dan dikoordinasikan secara kolektif dengan dukungan Iran," Hamidreza Azizi, pakar Iran di lembaga penelitian Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik Berlin, SWP, menambahkan.

Kendati demikian, setiap kelompok menikmati otonomi tinggi dari Iran, terutama dalam urusan menentukan sasaran serangan. "Sebab itu sangat sulit menilai seberapa jauh keterlibatan Iran," kata Azizi yang hingga 2020 masih mengajar sebagai dosen di Teheran.

Keraguan juga disuarakan analis keamanan Iran, Ali Fathollah Nejad. Menurutnya, eskalasi kekerasan di Timur Tengah "disadari oleh Teheran" bisa mengancam kelangsungan republik Islam Iran."

Pemerintah di Teheran memastikan tidak terlibat dalam konflik terbuka dengan AS atau Israel, kata pendiri Berliner Center for Middle East and Global Order, CMEG, di Swiss itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya