Liputan6.com, Minsk - Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang berkuasa sejak tahun 1994, mengatakan pada Minggu (25/2/2024) bahwa dia bermaksud mencalonkan diri kembali tahun depan. Hal tersebut dapat memperpanjang masa pemerintahannya hingga 36 tahun.
Dia berbicara saat Belarus, tetangga dan sekutu Rusia, mengadakan pemilu parlemen yang dikecam sebagai sebuah kepalsuan oleh pihak oposisi dan Barat.
Baca Juga
"Katakan kepada mereka bahwa saya akan mencalonkan diri pada pemilu (2025)," kata Lukashenko, menurut saluran media sosial yang dijalankan oleh timnya, seperti dilansir BBC, Senin (26/2).
Advertisement
Pemungutan suara pada Minggu adalah pemungutan suara nasional pertama sejak pemilu presiden tahun 2020, yang memicu protes besar-besaran terhadap Lukashenko. Dia diyakini secara luas telah mencurangi hasil pemilu untuk memperpanjang pemerintahannya.
Sejak saat itu, Presiden Lukashenko dilaporkan telah mengatur tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, dengan memenjarakan ratusan penentangnya dan memaksa ribuan orang mengungsi.
Tidak ada kandidat oposisi yang nyata dalam pemilu parlemen pada Minggu.
Lawan Lukashenko di pengasingan mendesak warga Belarus untuk tinggal di rumah dan memboikot pemungutan suara tersebut.
Lukashenko memperingatkan pihak berwenang telah belajar dari pengalaman sejak protes tahun 2020. Dia mengatakan tidak akan ada pemberontakan selama pemilu pada Minggu.
Boikot dari Pengasingan
Bulan lalu, dinas keamanan KGB Belarus mengatur serangkaian penggerebekan yang menurut kelompok hak asasi manusia menargetkan keluarga tahanan politik.
Kelompok hak asasi manusia terkemuka, Viasna, menyebutkan bahwa saat ini terdapat 1.419 tahanan politik di penjara Belarus.
Pemimpin oposisi di pengasingan, Svetlana Tikhanovskaya, mengunggah video di media sosial yang berisi pesan memboikot pemilu.
"Mari kita perjelas: upaya rezim untuk menggunakan pemilu palsu ini untuk melegitimasi kekuasaannya tidak akan berhasil," kata Tikhanovskaya.
"Rakyat Belarus menyadari kepalsuan ini."
Tikhanovskaya mendesak komunitas internasional untuk tidak mengakui hasil pemungutan suara.
Advertisement
Dukungan Tak Goyah untuk Rusia
Amerika Serikat turut mengecam pemungutan suara tersebut sebagai pemilu parlemen palsu.
"Tidak mungkin mengadakan pemilu yang bebas dan adil dalam iklim ketakutan dan dengan lebih dari 1.400 tahanan politik. Kami mendukung aspirasi demokrasi rakyat Belarus," tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Matthew Miller di X alias Twitter.
Lukashenko telah membuat negaranya yang tertutup di Eropa Timur semakin terisolasi sejak dia mengizinkan Rusia menggunakan wilayah Belarus untuk melancarkan serangan terhadap Ukraina dua tahun lalu.
Rezim Minsk sangat bergantung pada Moskow untuk mendapatkan dukungan politik dan ekonomi.
"Kami akan selalu bersama Rusia," kata Lukashenko pada Minggu.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)