Liputan6.com, Beirut - Cucu Sekretaris Jenderal (sekjen) Hizbullah Hassan Nasrallah dilaporkan terbunuh pada akhir pekan lalu dalam serangan Israel di Lebanon selatan.
Kelompok yang didukung Iran tersebut mengumumkan bahwa Abbas Ahmed Khalil adalah salah satu militan yang terbunuh "dalam perjalanan menuju Yerusalem", sebuah ungkapan yang digunakan Hizbullah untuk menggambarkan mereka yang terbunuh oleh serangan Israel sejak dimulainya perang Israel Vs Hamas di Gaza.
Baca Juga
Beberapa jam setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan awal pengeboman Israel di Gaza, Hizbullah mengumumkan dimulainya serangannya terhadap Israel hingga gencatan senjata tercapai.
Advertisement
Laporan Israel, yang mengutip media oposisi Suriah, mengatakan Khalil adalah satu dari tiga militan Hizbullah yang terbunuh di Lebanon selatan selama akhir pekan.
Al Arabiya English yang dikutip Selasa (5/4/2024) kabarnya tidak dapat memverifikasi secara independen apakah Khalil adalah cucu Nasrallah.
Adapun Putra Nasrallah, Hadi, diketahui terbunuh dalam bentrokan dengan Israel pada tahun 1997. Hassan Nasrallah mengatakan dia bangga putranya "syahid" pada saat itu dan bersumpah untuk terus memerangi Israel.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam bentrokan lintas batas paling intens sejak perang habis-habisan pada bulan Juli 2006 setelah penculikan tentara Israel oleh Hizbullah.
Presiden Joe Biden telah menugaskan utusan AS Amos Hochstein untuk menemukan solusi atas bentrokan tersebut, dan Washington memperingatkan bahwa perang apa pun antara keduanya tidak akan terjadi di kedua negara.
Israel ingin senjata dan anggota Hizbullah menjauh dari perbatasan, sementara Hizbullah mengatakan gencatan senjata di Gaza akan mengakhiri serangan mereka.​
Israel Menolak Berhenti Serang Hizbullah Sekalipun Capai Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Hamas
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant pada Minggu (25/2/2024) berjanji meningkatkan serangan terhadap kelompok militan Hizbullah di Lebanon sekalipun jika gencatan senjata tercapai dengan Hamas.
Hizbullah sejatinya telah mengatakan mereka akan menghentikan serangan yang hampir setiap hari dilakukan terhadap Israel jika gencatan senjata tercapai di Jalur Gaza.
Namun, Menhan Gallant menuturkan bahwa siapa pun yang berpikir gencatan senjata di Jalur Gaza juga akan berlaku di front utara "salah".
"Kami akan terus melakukan serangan ... sampai kami mencapai tujuan kami," kata Gallant, seperti dilansir AP, Senin (26/2).
Gallant mengklaim tujuan mereka sederhana: mengusir Hizbullah dari perbatasan Israel, baik melalui perjanjian diplomatik atau dengan kekerasan.
Hizbullah mulai menyerang Israel setelah perang Hamas Vs Israel meletus pada 7 Oktober 2023. Puluhan ribu warga sipil di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon telah mengungsi akibat siklus serangan roket dan rudal Hizbullah yang terus berlanjut serta serangan udara dan tembakan artileri Israel.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidatonya awal bulan ini mengatakan bahwa kelompok tersebut akan mematuhi gencatan senjata di Lebanon selatan jika gencatan senjata dicapai di Jalur Gaza. Namun, dia menegaskan pihaknya akan melanjutkan dan meningkatkan serangan jika Israel terus melakukan serangan di Lebanon setelah ada kesepakatan dengan Hamas.
Advertisement
Israel Klaim Melemahkan Hizbullah
Seorang pejabat keamanan Lebanon mengatakan pada Minggu bahwa lima anggota Hizbullah tewas dalam dua serangan udara Israel terhadap truk di daerah perbatasan antara Lebanon dan Suriah. Pejabat tersebut berbicara tanpa mau disebutkan namanya karena tidak berwenang membagi informasi tersebut kepada wartawan.
Hizbullah mengumumkan bahwa tiga anteknya tewas, namun tidak memberi rincian lebih lanjut di mana.
Militer Israel tidak mengakui serangan di perbatasan Lebanon-Suriah, namun mengumumkan mereka telah menyerang beberapa lokasi di Lebanon selatan sebagai tanggapan atas peluncuran rudal dan menargetkan "sel teroris" di Kota Blida.
Gallant menyebutkan penargetan Israel terhadap komandan Hizbullah telah secara signifikan melemahkan kemampuan kelompok tersebut untuk menyerang Israel.
Sekitar 200 anggota Hizbullah dan 35 warga sipil di Lebanon dilaporkan tewas dalam hampir lima bulan bentrokan tingkat rendah setiap hari antara kelompok militan Lebanon dan pasukan Israel dengan latar belakang perang Hamas Vs Israel.
Di pihak Israel, sembilan tentara dan sembilan warga sipil tewas dalam serangan Hizbullah.
Sebagian besar pertempuran antara Hizbullah dan Israel terbatas pada wilayah yang berjarak beberapa kilometer di kedua sisi perbatasan.
Usulan Prancis
Di sisi lain, para diplomat dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah mengajukan serangkaian proposal dengan harapan menghasilkan kesepakatan yang dapat meredakan konflik perbatasan.
Gagasan-gagasan tersebut sebagian besar bergantung pada mundurnya Hizbullah beberapa kilometer dari perbatasan, peningkatan kehadiran tentara Lebanon di wilayah perbatasan, dan negosiasi mengenai titik-titik perbatasan yang disebut Lebanon telah diduduki Israel sejak penarikan pasukannya dari pada tahun 2000.
Pada akhirnya, rencana tersebut dapat mengarah pada demarkasi perbatasan darat antara Lebanon dan Israel, menyusul kesepakatan perbatasan laut yang dicapai pada tahun 2022.
Usulan terbaru, yang diajukan oleh Prancis, akan melibatkan penarikan pasukan Hizbullah 10 kilometer dari perbatasan, kata seorang pejabat pemerintah Lebanon yang berbicara tanpa menyebut nama karena tidak berwenang untuk membahas perundingan tersebut.
Lebanon masih mempelajari usulan tersebut dan para pejabat Hizbullah telah mengindikasikan bahwa mereka bersedia mempertimbangkannya, namun baik pejabat pemerintah maupun Hizbullah mengatakan tidak akan ada kesepakatan di perbatasan sebelum ada gencatan senjata di Gaza.
Advertisement