Liputan6.com, Gaza - Para pejabat otoritas kesehatan Jalur Gaza dan seorang saksi mata mengatakan kepada CBS News bahwa lima orang tewas pada Jumat (8/3/2024), setelah setidaknya satu parasut pada paket bantuan via udara gagal mengembang dan jatuh menimpa mereka.
Orang-orang tersebut berada di kamp pengungsi Al-Shati di Gaza Utara dan peristiwa itu sendiri terjadi sekitar pukul 11.30 waktu setempat.
Baca Juga
Melansir CBS News, Sabtu (9/3), korban tewas termasuk dua anak laki-laki, sementara itu 11 lainnya terluka. Usia pasti para korban tidak jelas, namun mereka yang terluka dikatakan berusia antara 30 dan 50 tahun.
Advertisement
Amerika Serikat (AS), Yordania, Mesir, Prancis, Belanda, dan Belgia mengirimkan bantuan via udara untuk Jalur Gaza pada Jumat dalam upaya memberikan pasokan, termasuk makanan yang sangat dibutuhkan, di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di sana.
Komando Pusat AS (CENTCOM) pada Jumat malam menyatakan kematian tersebut bukan disebabkan oleh bantuan via udara AS.
"Kami mengetahui laporan mengenai warga sipil yang tewas akibat penerjunan bantuan kemanusiaan,” kata CENTCOM via X alias Twitter. "Kami menyatakan simpati kepada keluarga mereka yang tewas. Bertentangan dengan beberapa laporan, ini bukan akibat dari bantuan via udara AS."
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan sekelompok besar paket bantuan yang berparasut melayang di langit dan salah satu paket yang parasutnya belum sepenuhnya terbuka, jatuh jauh lebih cepat dibandingkan paket lainnya.
Dunia Tidak Berdiam Diri
Bantuan via udara telah menuai kritik dari badan-badan bantuan internasional dan pihak lain karena dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan merendahkan martabat warga Jalur Gaza.
PBB memperingatkan potensi kelaparan yang meluas di antara sekitar 2,3 juta penduduk Jalur Gaza dan koordinator bantuan kemanusiaan utama badan global tersebut, Martin Griffiths, mengatakan pada Jumat bahwa bantuan via udara adalah pilihan terakhir.
"Semua pihak yang prihatin dengan situasi di Gaza harus memberikan tekanan pada pemerintah Israel untuk memberikan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke daratan dan tidak menghalangi konvoi," ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Kamis (7/3), seraya menambahkan bantuan via udara bagus, namun tidak cukup.
Para pejabat AS mengakui kepada CBS News bahwa bantuan via udara tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar di Jalur Gaza. Namun mereka menggarisbawahi, langkah ini adalah pernyataan bahwa dunia tidak hanya berdiam diri ketika bencana kelaparan terjadi.
Advertisement
AS Akan Bangun Dermaga Sementara
Penerjunan bantuan udara pada Jumat terjadi satu hari setelah Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa militer AS akan membangun dermaga sementara di pantai Gaza yang mampu menerima pengiriman bantuan kemanusiaan termasuk makanan, air, obat-obatan, dan tempat penampungan sementara, untuk meningkatkan aliran barang-barang ke wilayah kantong tersebut.
Dua pejabat AS menuturkan kepada CBS News bahwa rencana saat ini adalah dermaga tersebut akan dipasang oleh Brigade Transportasi ke-7 Angkatan Darat AS, yang berbasis di Ft. Story, Virginia. Kapal-kapal yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut masih berlabuh di Virginia pada Jumat, dan para pejabat menjelaskan bahwa diperlukan waktu berminggu-minggu sebelum proyek tersebut dapat berjalan.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat mengatakan pada Jumat bahwa Israel menyambut baik rencana itu. Dia menambahkan hal itu akan memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, setelah pemeriksaan keamanan dilakukan sesuai dengan standar Israel.
Haiat mengungkapkan lebih jauh Israel akan melanjutkan perjuangan melawan Hamas sampai kelompok yang menguasai Jalur Gaza tersebut musnah dan semua sandera kembali, sambil memfasilitasi penyediaan bantuan kemanusiaan sesuai dengan aturan perang dan berkoordinasi dengan AS dan sekutu Israel di seluruh dunia.