Swedia Kembali Lanjutkan Pendanaan Badan PBB untuk Palestina

Swedia berjanji memberikan dana awal sebesar USD 20 juta setelah menerima jaminan dari UNRWA mengenai pemeriksaan tambahan atas pengeluaran dan personelnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Mar 2024, 12:06 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2024, 12:06 WIB
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Unjuk rasa dilakukan bertepatan dengan Hari Oposisi di Majelis Rendah Inggris untuk menyuarakan gencatan senjata di Gaza. (HENRY NICHOLLS/AFP)

Liputan6.com, Stockholm - Swedia pada Sabtu (9/3/2024) mengumumkan mereka mencabut pembekuan bantuan untuk badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Keputusan ini diambil setelah PBB memperingatkan Dewan Keamanan PBB pekan lalu tentang kelaparan yang akan segera terjadi di Jalur Gaza.

Negara Nordik tersebut berjanji memberikan dana awal sebesar USD 20 juta setelah menerima jaminan dari UNRWA mengenai pemeriksaan tambahan atas pengeluaran dan personelnya.

"Pemerintah telah mengalokasikan sekitar USD 38,7 juta kepada UNRWA untuk tahun 2024. Keputusan hari ini menyangkut pembayaran pertama sebesar USD 19,4 juta," kata pemerintah Swedia, seperti dilansir Anadolu, Minggu (10/3).

"Badan tersebut (UNRWA) berjanji untuk mengizinkan pengendalian, audit independen, untuk memperkuat pengawasan internal dan pengendalian ekstra terhadap personelnya."

Menyusul tuduhan Israel bahwa beberapa anggota UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023, Swedia dan banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, dan Australia, telah menghentikan pembayaran ke UNRWA pada akhir Januari, sambil menunggu penyelidikan.

Keputusan Swedia juga diambil setelah Komisi Eropa awal bulan ini mengatakan akan mengeluarkan USD 54,7 juta dana UNRWA.

Kata UNRWA soal Israel

Ilustrasi bendera Kanada (AFP/Geoff Robins)
Ilustrasi bendera Kanada (AFP/Geoff Robins)

Sebelum Swedia, Kanada pada Jumat (8/3) juga mengumumkan hal serupa bahwa mereka melanjutkan pendanaan terhadap UNRWA dengan alasan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide mendesak dunia untuk mendukung UNRWA karena sekarang adalah waktu yang keliru untuk menghentikan pendanaan terhadap UNRWA.

"Jika keputusan ini tidak dibatalkan, kita menghadapi risiko serius memperburuk krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza," kata Eide.

Ketua UNRWA Philippe Lazzarini seperti dilansir harian Swiss Tages-Anzeiger menuduh Israel memiliki tujuan politik jangka panjang untuk menghancurkan badan yang dipimpinnya dan gagasan bahwa warga Palestina adalah pengungsi yang mempunyai hak untuk kembali ke rumah mereka suatu hari nanti.

"Saat ini, kita sedang menghadapi kampanye Israel yang diperluas dan terkonsentrasi, yang bertujuan menghancurkan UNRWA," tutur Lazzarini bulan lalu.

Israel Gunakan Kelaparan Sebagai Senjata Perang

Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyebutkan, sejak Israel melancarkan perang brutal di Jalur Gaza, hampir 31.000 warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas. Sementara itu, puluhan ribu lainnya terluka, hilang, atau tidak terhitung jumlahnya.

Terkait bencana kelaparan, PBB mendesak tindakan segera untuk mencegah bencana kemanusiaan di wilayah di mana banyak anggota Dewan Keamanan PBB memperingatkan Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

"Setidaknya 576.000 orang di Jalur Gaza – seperempat dari jumlah penduduk – selangkah lagi menuju kelaparan," tutur Ramesh Rajasingham, direktur koordinasi di Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.

PBB menggarisbawahi bahwa para ahli ketahanan pangan memperingatkan kehancuran total pertanian di Gaza Utara pada Mei jika kondisi terus berlanjut.

"Sayangnya, betapapun suramnya gambaran yang kita lihat saat ini, masih terdapat kemungkinan terjadinya kerusakan lebih lanjut," ungkap Rajasingham.

Infografis Ragam Tanggapan Bocah Palestina Sekarat dan Mati Kelaparan di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah). (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Bocah Palestina Sekarat dan Mati Kelaparan di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah). (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya