Liputan6.com, Vatican City - Paus Fransiskus pada menit-menit terakhir memutuskan untuk melewatkan homili atau khotbah-nya pada Misa Minggu Palma di Lapangan Santo Petrus, menghindari pidato yang berat di awal Pekan Suci yang sibuk yang akan menguji kesehatannya yang semakin lemah.
Tertatih-tatih karena lutut yang sakit dan masalah pernapasan yang terus-menerus, Paus Fransiskus juga tidak berpartisipasi dalam prosesi para kardinal mengelilingi obelisk di piazza pada awal misa. Sebaliknya, pria berusia 87 tahun itu memberkati daun palem dan ranting zaitun yang dibawa dari altar.
Baca Juga
Paus Fransiskus diharapkan menyampaikan homili di tengah kebaktian dan teks yang telah disiapkan telah dibagikan kepada para jurnalis. Namun, ketika seorang ajudan memberikan kacamata kepada Paus Fransiskus untuk mulai membaca, pemimpin gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan itu menjelaskan bahwa dia tidak akan menyampaikan pidato, sehingga membuat orang banyak menunggu dalam diam. Demikian seperti dilansir AP, Senin (25/3/2024).
Advertisement
Pejabat Vatikan tidak segera menjelaskan alasannya. Kantor pers Vatikan kemudian mengatakan homili tersebut diganti dengan mengheningkan cipta dan berdoa.
Pejabat Vatikan memperkirakan sekitar 60.000 orang menghadiri misa yang diadakan di bawah langit musim semi yang cerah dan berangin. Paus Fransiskus menghabiskan beberapa menit untuk menyapa mereka dari mobil kepausan dan melakukan beberapa putaran mengelilingi piazza di akhir kebaktian.
Isu Kesehatan Paus Fransiskus
Minggu Palma mengawali pekan sibuk bagi Fransiskus menjelang Minggu Paskah, di mana umat memperingati kebangkitan Kristus. Pada hari Kamis, (28/3), Paus Fransiskus dijadwalkan melakukan perjalanan ke penjara wanita di Roma untuk melakukan ritual tradisional mencuci kaki. Pada hari Jumat (29/3), dia akan memimpin prosesi Jalan Salib yang diterangi obor di Colosseum Roma yang menampilkan kembali penyaliban Kristus.
Hari berikutnya menandai Malam Paskah, di mana Paus Fransiskus memimpin kebaktian malam yang khusyuk di basilika, diikuti dengan Misa Minggu Paskah di Lapangan Santo Petrus dan pemberkatan siang hari.
Jadwal Pekan Suci merupakan tantangan bagi para paus bahkan dalam situasi terbaik sekalipun. Namun, hal itu terutama berlaku pada Paus Fransiskus, yang sepanjang musim dingin terus berjuang melawan apa yang dia dan Vatikan gambarkan sebagai kasus flu, bronkitis, dan pilek. Selama beberapa minggu terakhir, dia kadang-kadang meminta seorang ajudannya untuk membacakan pidato dan katekismusnya dengan lantang agar dia tidak perlu repot lagi.
Pada hari Minggu, tidak ada pengganti yang dipanggil dan homili dilewati begitu saja. Pejabat Vatikan mengatakan teks yang disiapkan dianggap tidak pernah ada. Biasanya, Paus tidak menyampaikan homili pada hari Paskah, namun secara tradisional dia menyampaikan refleksi pada Minggu Palma.
Meski sedang tidak dalam kondisi sakit, Paus Fransiskus selama kerap berbicara dengan berbisik dan terlihat mudah kehabisan napas. Salah satu paru-parunya diangkat ketika dia masih muda karena infeksi pernafasan.
Advertisement
Doa Paus Fransiskus pada Akhir Misa Minggu Palma
Pada saat yang sama tahun lalu, Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit selama tiga hari karena kasus bronkitis akut. Namun, kemudian dia bangkit untuk melewati Pekan Suci.
Paus Fransiskus telah dirawat di rumah sakit dua kali selama masa kepausannya untuk operasi perut, termasuk satu kali rawat inap selama 10 hari pada tahun 2021 untuk mengangkat sebagian usus besarnya.
Pada akhir Misa Minggu Palma, Paus Fransiskus memanjatkan doa panjang untuk perdamaian bagi semua orang yang menderita akibat perang dan agar Tuhan menghibur para korban serangan teroris keji di Moskow.
"Semoga dia mengubah hati mereka yang melindungi, mengatur, dan melakukan tindakan tidak manusiawi yang menyinggung Tuhan, yang memerintahkan kita untuk tidak membunuh," kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus juga meminta umat beriman untuk tidak melupakan penderitaan yang dialami Ukraina. Dia mencatat banyak warga Ukraina yang kini tidak mempunyai listrik sebagai akibat dari serangan intensif terhadap infrastruktur, yang tidak hanya membawa kematian dan penderitaan, namun juga risiko bencana kemanusiaan yang lebih besar lagi.
"Tolong jangan lupakan rakyat Ukraina yang menjadi martir," ujarnya. "Dan mari kita juga memikirkan Jalur Gaza, yang sangat menderita, dan banyak tempat lain yang dilanda perang."