Liputan6.com, Jakarta - Mikroplastik ternyata telah melintasi begitu banyak batas sehingga sulit untuk dipantau.
Sebagai tanda bahaya dari gaya hidup konsumtif manusia, mikroplastik telah mencapai seluruh pelosok bumi, dari Palung Mariana hingga puncak Gunung Everest, demikian melansir dari Euronews, Sabtu (20/7/2024).
Baca Juga
Partikel-partikel plastik kecil yang terurai ini telah masuk ke dalam awan dan ditemukan terkubur dalam sisa-sisa arkeologis yang dianggap 'murni'.
Advertisement
Mikroplastik ini juga menantang gagasan manusia mengenai ketidakberdayaan tubuh dan menyusup ke setiap organ.
Apa yang mungkin dianggap sebagai bagian 'paling murni' dari kehidupan manusia, seperti plasenta, bayi, ASI, ternyata belakangan diketahui juga mengandung mikroplastik.
Jadi, tidak mengherankan jika testis manusia juga mengandung mikroplastik, seperti yang ditegaskan oleh penelitian paling komprehensif tentang mikroplastik dan skrotum.
Tidak banyak yang diketahui tentang apa yang dilakukan mikroplastik terhadap tubuh kita. Namun, dalam kasus testis, penelitian baru menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menurunkan jumlah sperma.
"Keberadaan mikroplastik dan nanoplastik yang meluas menimbulkan kekhawatiran tentang potensi dampaknya pada sistem reproduksi manusia," kata studi yang dipublikasikan di jurnal Toxicological Sciences.
"Data masih terbatas mengenai mikroplastik dalam sistem reproduksi manusia dan potensi konsekuensinya terhadap kualitas sperma."
Untuk mengetahui lebih lanjut, para ilmuwan menguji 23 testis manusia, dan 47 testis dari anjing peliharaan. Polusi mikroplastik ditemukan di semua 70 sampel, meskipun dengan "variabilitas antarindividu yang signifikan."
Testis manusia diambil dari otopsi yang dilakukan pada tahun 2016, dengan rentang usia pria mulai dari 16 hingga 88 tahun saat mereka meninggal. Sedangkan testis anjing diperoleh setelah operasi pengebirian di praktik kedokteran hewan.
Para peneliti melarutkan sampel jaringan untuk melihat apakah ada partikel plastik kecil yang tersisa.
Ternyata ada, dan konsentrasi plastik terungkap hampir tiga kali lebih tinggi pada testis manusia dibandingkan dengan testis anjing, dengan 330 mikrogram per gram jaringan dibandingkan dengan 123 mikrogram pada anjing.
Â
Jumlah Sperma Sebagian Pria yang Berkurang
Tidak mengherankan bahwa polietilena, plastik yang paling umum diproduksi dan digunakan untuk kemasan seperti kantong plastik, merupakan mikroplastik yang paling sering ditemukan. Disusul oleh PVC (polivinil klorida) yang digunakan untuk segala hal mulai dari botol hingga pipa.
Karena testis manusia tersebut telah diawetkan, tidak ada pembacaan jumlah sperma yang dapat diambil.
Namun pada testis anjing, jumlah sperma lebih rendah pada sampel dengan kontaminasi PVC yang lebih tinggi.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan hubungan tersebut, kata para peneliti, tetapi tanda-tandanya memang mengarah ke sana.
Jumlah sperma pada pria di dunia bagian barat telah berkurang lebih dari setengahnya dalam beberapa dekade terakhir, dengan polusi udara dan paparan pestisida sering disebut sebagai faktor penyebab.
Â
Advertisement
Ahli: Ukuran Penis juga Bisa Menyusut
Seorang ahli meyakini bahwa polusi tidak hanya menurunkan jumlah sperma, tetapi juga menyebabkan penis yang menyusut.
"Pada awalnya, saya meragukan apakah mikroplastik bisa menembus sistem reproduksi," kata Prof Xiaozhong Yu, salah satu penulis studi baru tersebut kepada surat kabar The Guardian di Inggris.
"Saat pertama kali menerima hasil untuk anjing, saya terkejut. Saya bahkan lebih terkejut ketika menerima hasil untuk manusia."
"PVC dapat melepaskan banyak bahan kimia yang mengganggu spermatogenesis dan mengandung bahan kimia yang menyebabkan gangguan endokrin," jelas Yu, yang bekerja di University of New Mexico di Amerika Serikat.
Sebuah studi yang lebih kecil di Tiongkok tahun lalu juga menemukan mikroplastik dalam enam testis manusia dan 30 sampel semen.
Dampak Mikroplastik pada Kesehatan Manusia
Mikroplastik, yang merupakan partikel plastik dengan ukuran kurang dari 5 milimeter telah menjadi masalah lingkungan yang serius dalam beberapa dekade terakhir ini.
Temuan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di laut, pada hewan dan tumbuhan, serta dalam air keran dan juga air kemasan, seperti dikutip dari New York Post.
Penelitian dari Universitas New Mexico juga menunjukkan bahwa mikroplastik juga dapat memasuki tubuh manusia dan berpindah ke bagian tubuh lainnya. Para peneliti dari universitas ini memberikan tikus air minum dengan jumlah mikroplastik yang diperkirakan ditelan manusia setiap minggunya.
Hasilnya menunjukkan bahwa mikroplastik ini berpindah dari usus tikus ke jaringan lain di tubuh, termasuk ginjal, hati, dan otak. Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang terpapar mikroplastik menunjukkan tanda-tanda perubahan fisik setelah beberapa minggu.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan mikroplastik seumur hidup pada manusia juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serupa. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia.
Mikroplastik dapat mengubah sel kekebalan yang disebut makrofag, yang bertanggung jawab untuk melindungi tubuh manusia dari partikel asing.
Perubahan pada sel kekebalan ini dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh manusia, yang pada akhirnya dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Penelitian selanjutnya oleh tim peneliti ini akan mengkaji bagaimana pola makan mempengaruhi penyerapan mikroplastik oleh tubuh.
Advertisement