Liputan6.com, Beirut - Sejak perang baru pecah antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023, kelompok Hizbullah di Lebanon menyatakan solidaritas dengan Hamas melalui aksi militer. Mereka menembakkan rudal, mortir, roket, dan drone peledak ke Israel utara hampir setiap hari, mendorong Israel membalas.
Pada akhir Agustus 2024, pertempuran meningkat, berisiko memicu perang habis-habisan. Namun, baik Israel maupun Hizbullah memiliki alasan untuk menghindari konflik besar-besaran. Demikian seperti dilansir CNA, Rabu (28/8/2024).
Baca Juga
Apa itu Hizbullah?
Advertisement
Muslim syiah di Lebanon membentuk apa yang kemudian menjadi Hizbullah pada tahun 1982 sebagai reaksi atas pendudukan Israel di wilayah selatan negara itu.
Gerakan ini terinspirasi oleh Revolusi Islam 1979 di Iran, yang mayoritas penduduknya syiah. Hizbullah sangat dipengaruhi oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Muslim syiah dan sunni masing-masing mencakup sekitar 30 persen dari populasi Lebanon.
Karena terpisah dari militer Lebanon, Hizbullah dapat menyerang target tanpa memancing reaksi yang akan ditimbulkan oleh tindakan semacam itu oleh negara. Meski demikian, Israel dan Hizbullah telah bertempur berulang kali, termasuk perang pada tahun 2006.
Seperti Hamas, Hizbullah ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai organisasi teroris. Kelompok tersebut diduga berada di balik sejumlah serangan besar terhadap target AS pada tahun 1980-an.
Bagaimana Iran mendukung Hizbullah?
Menurut Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS, Iran menyediakan Hizbullah sebagian besar pendanaan, pelatihan, senjata, dan bahan peledak, serta bantuan politik, diplomatik, moneter, dan organisasi.
Kemlu AS juga menuturkan Hizbullah memperoleh pendanaan dari sumber legal dan ilegal, termasuk penyelundupan barang, pemalsuan paspor, perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penipuan kartu kredit, imigrasi, dan bank.
Hizbullah pernah mengatakan di masa lalu bahwa semua sumber dayanya berasal dari Iran dan telah berulang kali membantah terlibat dalam perdagangan narkoba.
Bagaimana Peta Kekuatan Hizbullah?
Hizbullah telah berkembang menjadi milisi paling kuat di Timur Tengah dan sekutu terpenting Iran. Para pemimpinnya membantu mempertahankan jaringan kelompok militan yang beraliansi dengan Iran, termasuk pemberontak Houthi di Yaman.
Mengutip CNA, kekuatan tempur Hizbullah lebih besar, lebih bersenjata lengkap, dan lebih teruji dalam pertempuran dibanding Hamas, yang juga didukung oleh Iran.
Hizbullah mengaku memiliki 100.000 pejuang. Militer Israel memperkirakan mereka memiliki 20.000 hingga 25.000 pejuang tetap ditambah puluhan ribu pasukan cadangan.
Hamas dilaporkan memiliki sekitar 30.000 pejuang di Jalur Gaza sebelum perang, namun Israel mengatakan telah menewaskan sekitar 15.000 orang dalam pertempuran yang berlangsung hingga saat ini.
Menurut intelijen Israel, persenjataan Hizbullah berisi lebih dari 70.000 roket dan rudal, termasuk rudal jarak jauh dan rudal berpemandu presisi.
Israel memperkirakan sebelum perang saat ini bahwa Hamas dan kelompok militan lainnya di Jalur Gaza memiliki sekitar 10.000 roket jarak pendek dan menengah.
Para pejuang Hizbullah memperoleh pengalaman tempur yang signifikan selama perang saudara Suriah, ketika mereka bertempur bersama pasukan Iran dan Rusia untuk membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad menang melawan pemberontak.
Itu penting bagi Hizbullah karena Suriah telah menjadi rute bagi milisi untuk menerima materi militer dari Iran, yang tidak memiliki perbatasan dengan Lebanon.
Apa Peran Hizbullah di Lebanon?
Hizbullah adalah kekuatan yang kuat di Lebanon. Mereka mengoperasikan jaringan besar layanan sosial yang telah memperkuat basis dukungannya saat negara itu mengalami krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.
Kelompok ini juga aktif secara politik dan bersama sekutunya, memegang mayoritas di parlemen Lebanon dari tahun 2018 hingga 2022.
Aliansi Hizbullah dengan Gerakan Amal, yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri, memastikan bahwa mereka bersama-sama mewakili sebagian besar komunitas syiah di negara itu.
Hizbullah juga memiliki hubungan dekat dengan partai Kristen yang didirikan oleh mantan Presiden Michel Aoun.
Sebelum perang saudara Suriah dimulai pada tahun 2011, Hizbullah telah mempromosikan dirinya sebagai kekuatan yang didedikasikan untuk memerangi Israel dan membela yang tertindas, terlepas dari latar belakang mereka.
Namun sejak terlibat dalam perang Suriah, kelompok ini dipandang oleh banyak muslim sunni sebagai kelompok syiah yang menuruti perintah Iran di wilayah tersebut.
Advertisement
Eskalasi Terbaru Hizbullah dan Israel
Pesawat tempur Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon selatan pada tanggal 25 Agustus, menghancurkan ribuan peluncur rudal Hizbullah.
Pejabat Israel menyebut operasi itu sebagai tindakan pencegahan dan mengatakan bahwa operasi itu berdasarkan intelijen bahwa Hizbullah akan melancarkan serangan besar untuk membalas Israel yang telah membunuh komandannya Fuad Shukr dalam serangan udara di Beirut pada 30 Juli.
Setelah itu, Hizbullah menembakkan 320 roket dan pesawat nirawak dalam apa yang dikatakannya sebagai respons awal terhadap pembunuhan itu dan mengatakan bahwa persediaan rudal balistiknya tetap aman meskipun ada serangan udara Israel.
Serangan pada 25 Agustus menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah, namun pada tengah hari kedua belah pihak telah melanjutkan pertukaran tembakan terbatas seperti biasa.
Akankah Hizbullah dan Israel maju ke perang skala penuh?
Hizbullah dan Israel, serta Iran, memiliki insentif untuk menghindari skenario seperti itu. Sementara AS dan Prancis berupaya mencari solusi diplomatik untuk mengakhiri pertempuran, yang melibatkan pemindahan pasukan Hizbullah dari perbatasan dan Israel mengakhiri penerbangan militer di atas Lebanon.
Hizbullah secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak akan menegosiasikan persyaratan apa pun tanpa gencatan senjata di Jalur Gaza.
Bagi Israel, pertikaian baru dengan Hizbullah berarti berperang di dua front.
Pertempuran melawan Hamas di Jalur Gaza telah membebani negara itu. Perang menimbulkan biaya finansial yang sangat besar dan telah mengganggu perdagangan dan industri seperti konstruksi.
Korban jiwa di Jalur Gaza telah menekan hubungan dengan AS, sekutu terpenting Israel.
Bentrokan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon telah memicu pengungsian puluhan ribu orang selama berbulan-bulan di kedua belah pihak; pertempuran yang lebih intens akan memperburuk kesulitan bagi warga sipil.
Bagi Hizbullah, ada risiko politik, terutama pada saat ekonomi Lebanon sedang dalam kesulitan sejak krisis keuangan pada tahun 2019 dan hampir tiga perempat penduduknya kini hidup dalam kemiskinan.
Hizbullah memiliki dukungan inti yang kuat di negara tersebut, tetapi intervensinya di Suriah juga membuatnya memiliki banyak musuh – dan hal itu dapat mengasingkan lebih banyak orang jika dianggap menyeret negara tersebut ke dalam perang pihak lain.
Bagi Iran, Hizbullah dianggap sebagai aset paling berharga yang dimilikinya untuk memproyeksikan pengaruh dan menggagalkan kepentingan AS di Timur Tengah. Aset tersebut dapat sangat terkuras dalam konflik yang berkepanjangan.