, Berlin - Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh asosiasi perdagangan untuk sektor teknologi informasi Jerman, Bitkom, 80 persen bisnis di Jerman dilaporkan terkena dampak serangan siber berupa pencurian data, spionase atau sabotase industri dalam 12 bulan terakhir.
Bitkom mengatakan, seperti dikutip dari DW Indonesia, Minggu (8/9/2024), 45% perusahaan mengatakan mengalami serangan siber atau tindakan mata-mata industri lainnya yang berasal dari China. Sementara itu, survei Bitkom juga menunjukkan, 39% serangan diduga berasal dari Rusia.
Baca Juga
Berdasarkan hasil survei Bitcom yang dirilis minggu lalu, perekonomian Jerman diperkirakan menderita kerugian hingga €267 miliar atau sekitar Rp4.586 triliun dalam 12 bulan terakhir akibat tindakan spionase industri, termasuk kejahatan dunia maya. Angka tersebut naik 29% dibandingkan tahun sebelumnya.Â
Advertisement
Presiden Bitkom Ralf Wintergerst mengatakan, angka-angka tersebut menunjukkan "betapa dunia saat ini penuh konflik dan ketegangan."
Wintergerst mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman dan China saling terkait erat dalam perekonomian global dan situasi ini kemungkinan akan tetap terjadi pada tahun-tahun mendatang.
"Apa yang telah dibangun selama beberapa dekade dalam hal rantai pasokan, usaha patungan, dan struktur lainnya tidak dapat diubah dalam beberapa tahun. Ini sungguh mustahil,"Â kata Wintergerst.
Wintergerst mengatakan perusahaan harus menyisihkan lebih banyak uang untuk melindungi diri dari kejahatan dunia maya dan spionase industri di tengah memburuknya situasi ancaman terhadap perekonomian Jerman.
Adapun perusahaan-perusahaan yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah menaikkan jumlah dana rata-rata yang dialokasikan untuk keamanan digital dalam anggaran mereka menjadi 17%, dibandingkan dengan 14% pada tahun lalu.
Kendati demikian hanya sepertiga perusahaan mengatakan bahwa mereka memiliki rencana darurat jika terjadi insiden keamanan dalam rantai pasokan mereka.
Â
Alokasi Dana Pengamanan Data Naik hingga 17 Persen
Sejauh ini China diketahui tetap menjadi mitra ekonomi penting bagi Jerman, namun juga diakui sebagai saingan utama.
Antara lain, ada kekhawatiran besar di kalangan industri dalam beberapa bulan terakhir setelah terungkap bahwa peretas China telah memata-matai raksasa otomotif Jerman, Volkswagen, selama bertahun-tahun.
Jerman dan negara-negara Barat lainnya juga semakin cenderung jatuh ke dalam perangkap ketergantungan berlebihan kepada China untuk produk-produk penting, seperti Jerman dulu tergantung pada Rusia di pasar energi.
Meskipun demikian, investasi Jerman di China terus meningkat, meskipun ada peringatan dari pemerintah agar dunia usaha "mengurangi risiko"Â hubungan dengan China, yang merupakan raksasa industri di Asia dan di pasar global.
Advertisement