1 November 1918: Kecelakaan Kereta Malbone Street yang Dikemudikan Masinis Tak Berpengalaman, 93 Orang Tewas

Dalam tragedi Malbone Street Wreck, 650 penumpang kereta tersebut mengalami kecalakaan nahas yang tercatat dalam sejarah.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 01 Nov 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 06:00 WIB
malbone street wreck
Situasi kereta setelah mengalami kecelakaan tragis Malbone Street Wreck. (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Brooklyn - Pada 1 November 1918, kereta tujuan Brighton-Beach yang dikemudikan seorang masinis tak berpengalaman membahayakan para penumpang. Melajukan keretanya di terowongan di bawah Jalan Malbone, Brooklyn, Amerika Serikat dengan sangat cepat.

Saat itu lima gerbongnya penuh sesak dengan sekitar 650 penumpang di dalamnya. Kereta tersebut akhirnya mengalami kecelakaan yang menewaskan 93 orang, dalam sebuah tragedi yang dinamakan Malbone Street Wreck.

Melansir dari Smithsonian Magazine, saat kereta melaju kencang di tikungan sebelum Jalan Malbone, gerbong kedua dan ketiga meluncur menabrak dinding baja dan beton terowongan, hingga bagian sampingnya terkelupas. Benturan "membuat sisi dan atap gerbong menjadi seperti kayu korek api dan tubuh manusia terpotong tak terbayangkan," lapor Brooklyn Daily Eagle.

"Kayu dan logam tajam keluar dari bagian bawah gerbong, menewaskan beberapa orang. Satu orang tertusuk batang besi yang melesat ke udara seperti lembing", demikian menurut laporan tersebut.

Seorang korban yang selamat sempoyongan keluar dari terowongan dengan mantel dan celana robek, serta kehilangan salah satu sepatunya, tulis seorang wartawan New York Times. Wajahnya yang terluka berdarah, dan lengan kirinya menggantung tak berdaya. Topi, kerah, dan dasinya hilang. Orang-orang memberi jalan untuknya sebelum dimasukkan ke dalam ambulans. Orang-orang yang tidak bisa bergerak terbaring di jalan darurat beton di sisi terowongan. Mereka yang bisa bergerak, berlari. Bukan karena panik," tulis seorang reporter Eagle, "tetapi karena horor atau kengerian yang begitu mengerikan sehingga mereka tidak tahan melihat peristiwa itu."

Para petugas pemadam kebakaran menurunkan diri mereka ke bawah rel dengan tangga dan menerobos melewati reruntuhan. Seperti "berang-berang," tulis seorang wartawan, mereka bergerak melalui kayu dan logam untuk menjangkau para korban yang terluka. Para sukarelawan dari Women's Motor Corps (Korps Motor Wanita mengantar para korban yang selamat ke rumah sakit dan jenazah ke kamar mayat. Yang lainnya menenangkan mereka yang sekarat di tempat kejadian.

Di kamar mayat Brooklyn keesokan harinya, 83 jasad terbaring dalam satu barisan di sepanjang dinding. Para saksi yang panik membuka jenazah-jenazah tersebut, mencari orang-orang yang mereka kenal. Beberapa di antaranya dalam kondisi sangat rusak, dan kekuatan tabrakan telah merobek pakaian atau perhiasan yang dapat dikenali dari mayat lainnya, identifikasi berjalan lambat. Laporan-laporan menggambarkan seorang wanita melihat ke dalam kamar mayat, menangis, dan melarikan diri. Seorang wanita lainnya pingsan, dan kemudian mulai berdoa ketika dia melihat jenazah putranya. “Saya lebih memilih berada di tempat mana pun di dunia ini daripada di sini," kata salah satu petugas yang bertugas.

Korban selamat Margaret Brennan, 16 tahun, berada di gerbong keempat, demikian dilaporkan Eagle. Dia dirawat rumah sakit akibat dua kakinya patah dan tengkorak kepalanya retak.

Vera Murphy, seorang wanita muda anggota Angkatan Laut, juga terluka parah. Dia sedang menaiki kereta bawah tanah bersama saudara perempuannya Grace, seorang asisten kepala sekolah, yang tidak selamat dari kecelakaan kereta itu.

Menurut edukator museum senior di New York Transit Museum, Katherine Reeves, banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Operator kereta, Edward Luciano, sejatinya dilatih sebagai petugas operator, tetapi karena pemogokan masinis ia ditugaskan untuk mengemudikan kereta. Sebelum kecelakaan, Luciano baru menjalani dua jam pengarahan dan mengambil satu shift. Selain itu, beberapa hari sebelumnya sang putri yang berusia 3 tahun meninggal dunia karena flu Spanyol --wabah yang melanda negara itu, dan dia juga terserang penyakit tersebut.

Tidak Ada Pihak yang Dinyatakan Bersalah dalam Pengadilan

malbone street wreck
Potret kereta yang mengalami Malbone Street Wreck. (Wikimedia Commons)

Setelah kecelakaan itu, Kota Brooklyn mengadili enam orang secara total atas tuduhan pembunuhan, kata edukator museum senior di New York Transit Museum, Katherine Reeves. Enam orang tersebut meliputi Luciano, pengawas divisi selatan Brooklyn Rapid Transit (BRT), presiden dan wakil presiden BRT, kepala insinyur Brighton Line, dan presiden New York Consolidated Railroad, yang merupakan anak perusahaan BRT. Tidak ada yang dinyatakan bersalah.

“Pembelaan yang dilakukan tidak berfokus pada kesalahan manusia atau desain rel yang buruk, tetapi lebih pada kereta yang mengalami kesalahan mekanis,” kata Reeves. “Meskipun tampaknya bukan itu yang terjadi, bahkan menurut penyelidikan BRT sendiri. Namun hal itu tidak dibicarakan dalam persidangan... pihak penuntut bahkan tidak mempertanyakan pernyataan pihak pembela tentang kesalahan mekanis.”

Dalam liputan seputar persidangan, media berfokus pada detail emosional dari persidangan, termasuk anak perempuan Luciano yang masih kecil menangis memanggil "Papa," dan seorang penjahit yang lumpuh sebagian berjalan dari kursi roda ke kursi saksi.

Publik yang marah menginginkan seseorang untuk disalahkan atas bencana yang mengerikan itu. Reeves menambahkan, "Ketika pihak penuntut tidak dapat mengajukan tuntutan, hal ini pasti membuat frustasi mereka yang kehilangan orang yang dicintai dan yang mendengar cerita tersebut. Ini adalah sebuah tragedi secara keseluruhan, dari semua sisi.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya