FBI: Tersangka Serangan Truk di New Orleans Saat Tahun Baru Bertindak Sendirian dan Pendukung ISIS

FBI mengatakan sebuah bendera ISIS ditemukan di pengait trailer truk yang dikemudikan Jabbar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Jan 2025, 08:01 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2025, 08:01 WIB
Penyelidikan Masih Berlangsung, Lokasi Tabrak Kerumunan dan Penembakan Massal di New Orleans Dijaga Ketat
Badan Investigasi Utama atau FBI menyatakan mereka sedang menyelidiki tragedi pada malam pergantian tahun tersebut. (ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/AFP)

Liputan6.com, Washington, DC - Seorang veteran Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang menabrakkan truk ke kerumunan perayaan Tahun Baru telah menyatakan kesetiaannya kepada ISIS, namun bertindak sendirian. Demikian pernyataan FBI pada Kamis (2/1/2025).

Tersangka yang ditembak mati di lokasi setelah melepaskan tembakan ke arah polisi diidentifikasi sebagai Shamsud-Din Jabbar, seorang pria berusia 42 tahun asal Texas yang pernah bertugas di Afghanistan. Dia mengemudi dari Houston ke New Orleans pada 31 Desember 2024 dan mengunggah lima video di Facebook antara pukul 01.29 hingga 03.02 pada pagi hari serangan, di mana dia menyatakan dukungannya terhadap ISIS.

"Dalam video pertama, Jabbar menjelaskan bahwa sebelumnya dia berencana untuk melukai keluarga dan teman-temannya, namun khawatir liputan media tidak akan fokus pada perang antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir," kata Wakil Asisten Direktur FBI Christopher Raia seperti dikutip CNA, Jumat (3/1).

Dalam video-video tersebut Jabbar mengungkapkan bahwa dia telah bergabung dengan ISIS sebelum musim panas. Dia juga menyampaikan surat wasiatnya, yang menunjukkan dia memang sudah merencanakan tindakannya dengan matang.

"Ini adalah tindakan terorisme," tutur Raia. "Tindakan ini sudah direncanakan dan merupakan perbuatan keji."

FBI mengungkapkan tidak ditemukan kaitan antara serangan di New Orleans dengan kejadian di Las Vegas pada hari yang sama, di mana sebuah Tesla Cybertruck yang dipenuhi dengan kaleng bensin dan mortir kembang api besar meledak di luar Trump International Hotel Las Vegas, hanya beberapa pekan sebelum pelantikan presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari.

Korban yang terluka dalam serangan di New Orleans termasuk dua petugas polisi yang tertembak oleh tersangka, yang terjadi hanya tiga jam setelah pergantian tahun di Bourbon Street, kawasan bersejarah French Quarter.

"Sedikitnya 15 orang tewas, termasuk tersangka," sebut FBI.

Di antara para korban tabrakan truk ke kerumunan terdapat ibu dari seorang anak berusia 4 tahun yang baru pindah ke apartemen baru setelah mendapatkan promosi pekerjaan, seorang karyawan keuangan dari New York, atlet pelajar yang berprestasi yang sedang pulang ke rumah untuk liburan, dan seorang calon perawat berusia 18 tahun dari Mississippi.

 

Peningkatan Keamanan

Penyelidikan Masih Berlangsung, Lokasi Tabrak Kerumunan dan Penembakan Massal di New Orleans Dijaga Ketat
Pelaku berhasil dilumpuhkan usai setelah mencoba menghindari blokade polisi. (ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/AFP)

Sementara itu, otoritas di sejumlah kota AS lainnya mengatakan telah meningkatkan keamanan, termasuk di Trump Tower dan Times Square di New York City, sambil menambahkan bahwa tidak ada ancaman yang langsung terdeteksi.

Di Washington DC, polisi juga mengatakan telah meningkatkan kehadiran mereka saat ibu kota bersiap menjadi tuan rumah tiga acara besar bulan ini, yakni sertifikasi kemenangan pemilihan Trump pada 6 Januari, pemakaman kenegaraan mantan Presiden Jimmy Carter pada 9 Januari, dan pelantikan Trump pada 20 Januari.

Catatan publik menunjukkan Jabbar bekerja di sektor real estate di Houston. Dalam video promosi yang diunggah empat tahun lalu, Jabbar menggambarkan dirinya sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Beaumont, sebuah kota sekitar 130 km di sebelah timur Houston.

"Jabbar bertugas di Angkatan Darat reguler dari Maret 2007 hingga Januari 2015 dan kemudian di Angkatan Darat Cadangan dari Januari 2015 hingga Juli 2020," ungkap juru bicara Angkatan Darat AS.

Dia dikerahkan ke Afghanistan dari Februari 2009 hingga Januari 2010 dan mengakhiri dinas dengan pangkat sersan staf.

Para ahli mengatakan meskipun ISIS telah dilemahkan di lapangan, namun mereka terus merekrut simpatisan secara daring.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya