Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik Jarak Pendek ke Laut Jepang, Peringatan untuk AS-Jepang?

Militer Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) menguji coba beberapa short-range ballistic missiles (rudal balistik jarak pendek) ke Laut Jepang pada Selasa (14/1/2025) pagi.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 14 Jan 2025, 18:37 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2025, 18:37 WIB
Bendera Korea Utara (AFP)
Bendera Korea Utara (AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Pyongyang - Militer Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) menguji coba beberapa short-range ballistic missiles (rudal balistik jarak pendek) ke Laut Jepang pada Selasa (14/1/2025) pagi. Peluncuran itu dilakukan sehari setelah menteri luar negeri Jepang mengadakan pembicaraan di Korea Selatan, dengan para pejabat tinggi saat sekutu Asia berupaya memperkuat hubungan menjelang kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.

"Korea Utara meluncurkan beberapa rudal yang diduga jenis rudal balistik jarak pendek pada Selasa," kata militer Korea Selatan, sepekan setelah Pyongyang melaporkan peluncuran sistem rudal hipersonik baru.

"Militer Korea Selatan mendeteksi beberapa proyektil yang diduga sebagai rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan ke Laut Timur," kata militer Korea Selatan, merujuk pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang seperti dikutip dari france24.

Para ahli mengatakan peluncuran terbaru pada hari Selasa (14/1) itu dapat mengirimkan pesan kepada pemerintahan Trump yang akan datang.

"Peluncuran rudal tersebut dapat ditujukan ke AS," kata Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul.

"Peluncuran tersebut dapat mengindikasikan adanya niat untuk menekan pemerintahan Trump menjelang masa jabatan kedua."

Adapun peluncuran rudal itu dilakukan sehari setelah menteri luar negeri Jepang Takeshi Iwaya mengadakan pembicaraan di Korsel dengan para pejabat tinggi saat negara tetangga Asia itu berupaya memperkuat hubungan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump kembali menjabat.

Militer Seoul mengatakan peluncuran itu berlangsung Selasa (14/1) sekitar pukul 09:30 waktu setempat (00.30 GMT).

Dikatakan bahwa mereka mempertahankan "kesiapan penuh" dan berbagi informasi tentang peluncuran tersebut dengan Amerika Serikat dan Jepang sambil "memperkuat pengawasan dan kewaspadaan" untuk peluncuran lebih lanjut.

 

Sepekan Setelah Peluncuran Rudal Sebelumnya

Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)
Ilustrasi peluncuran rudal Korea Utara (AFP PHOTO)... Selengkapnya

Pekan lalu, Pyongyang menembakkan apa yang disebutnya sebagai sistem rudal hipersonik baru yang ditujukan untuk menghalangi saingan negara itu di Pasifik.

Lokasi tempat uji coba tidak diungkapkan tetapi gambar yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara KCNA menunjukkan pemimpin Kim Jong Un mengamati peluncuran minggu lalu bersama putrinya yang masih remaja, Ju Ae.

Kim Jong Un mengatakan rudal itu terbang sejauh 1.500 kilometer (930 mil) -- melampaui angka 1.100 kilometer (680 mil) yang diberikan oleh militer Korea Selatan -- dan melaju dengan kecepatan 12 kali kecepatan suara sebelum mendarat di lautan.

KCNA mengutip penggunaan "senyawa serat karbon baru" pada mesin rudal, yang menurut para ahli dapat memungkinkan Pyongyang untuk menyerang target lebih jauh dengan teknologi yang saat ini hanya dapat diakses oleh Amerika Serikat, Rusia, dan China.

Peluncuran tersebut juga menggunakan "metode baru yang komprehensif dan efektif" untuk sistem kendali penerbangan dan pemandunya, lapor KCNA.

Peringatan Bagi AS?

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AS)
Ilustrasi Amerika Serikat (AS)... Selengkapnya

Peluncuran rudal hipersonik yang diduga dilakukan pekan lalu merupakan peluncuran pertama Korea Utara sejak Donald Trump memenangkan pemilihan umum AS pada November 2024, dan peluncuran tersebut dilakukan saat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang mengunjungi Korea Selatan.

Dalam perjalanannya ke Korea Selatan --pesaing berat Korea Utara, Blinken mengatakan Rusia meningkatkan kerja sama dengan Pyongyang, seraya menambahkan bahwa mereka bekerja lebih erat dalam teknologi luar angkasa yang canggih.

Blinken juga menyuarakan kekhawatiran baru bahwa Rusia, anggota Dewan Keamanan PBB yang memegang hak veto, akan secara resmi menerima Korea Utara sebagai negara nuklir, yang merupakan pukulan bagi konsensus global bahwa Pyongyang harus mengakhiri programnya.

Sebelumnya, pada akhir Oktober, Korea Utara menguji coba apa yang disebutnya sebagai intercontinental ballistic missile (ICBM) atau rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat yang paling canggih dan kuat. Beberapa hari kemudian, negara itu menembakkan salvo rudal balistik jarak pendek.

Sebagai tanggapan, Korea Selatan menembakkan rudal balistik ke laut sebagai unjuk kekuatan.

Intelijen AS dan Korea Selatan juga percaya bahwa Korea Utara akhir tahun lalu mengirim ribuan tentara untuk berperang melawan Ukraina dan telah menderita ratusan korban. Namun, baik Korea Utara maupun Rusia belum secara resmi mengonfirmasi bahwa pasukan Pyongyang berperang untuk Moskow.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya