Liputan6.com, Jakarta - Wahana antariksa Solar Orbiter berhasil mendapatkan gambaran baru yang menakjubkan tentang matahari. Wahana antariksa milik Badan Antariksa Eropa (ESA) ini berhasil mengambul foto-foto dengan resolusi yang luar biasa.
Melansir laman SciTechDaily pada Jumat (17/01/2025), para ilmuwan menciptakan mosaik yang sangat detail dengan menggabungkan 25 gambar resolusi tinggi. Hasilnya, penelitian ini menampilkan permukaan Matahari termasuk bintik matahari dan pola granulasi.
Sebelumnya, wahana antariksa ini sukses mengungkap lapisan luar atau korona Matahari merupakan lanskap yang dinamis dengan beberapa tekstur menarik, mulai dari 'lumut' hingga 'hujan'. Melansir aman IFL Science pada Jumat (17/01/2025), video terbaru yang diluncurkan Solar Orbiter dan NASA menunjukkan penampakan jarak dekat korona Matahari yang sedang aktif.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, erupsi dahsyat yang merilis banyak partikel ke sistem Tata Surya tertangkap dalam sebuah video. Pada September 2023, Solar orbiter juga mendeteksi erupsi yang lebih kecil, disertai lumut dan hujan pada korona.
Lingkaran korona dengan erupsi dan lumut yang bergejolak menciptakan efek lain, yakni hujan korona. Suhu lingkaran ini sangat tinggi, sekitar 1 juta derajat Celsius.
Beberapa plasma mendingin dan berkat gravitasi kembali turun dalam gumpalan gelap dengan kepadatan tinggi yang menyebabkan hujan. Suhunya masih panas, tetapi jauh lebih rendah, sekitar 10.000 derajat Celsius.
Solar Orbiter mengambil video korona matahari dari jarak dekat pada 27 September 2023. Beberapa hari setelahnya, pengamatan mencapai jarak terdekat dari matahari, yakni 43 juta km pada 7 Oktober 2023.
Jarak itu kurang dari satu per tiga jarak bumi ke matahari. Pada hari yang sama, pengamat matahari milik NASA, berada di jarak 7,26 juta km dari matahari.
Wahana Solar Orbiter diluncurkan ESA pada 2020 dengan misi mengungkap misteri lingkungan ekstrem di sekitar matahari. Solar Orbiter dilengkapi kamera mutakhir dan sensor terkini, ia bertugas mengambil gambar terdekat dari bintang di pusat tata surya kita.
Seperti pada International Space Station (ISS), di Solar Orbiter juga terdapat susunan panel surya yang panjangnya sekitar 18 meter. Total massa peluncurannya yaitu 1800 kilogram, sedangkan total massa muatan ilmiahnya mencapai 209 kilogram.
Bantuan Peluncuran
Solar Orbiter diluncurkan dengan bantuan roket Atlas V dari Cape Canaveral. Solar Orbiter memasuki fase penuhnya pada Maret 2021 dan sejak itu terus memberikan potret matahari yang menakjubkan.
Solar Orbiter dilengkapi dengan 10 instrumen, lengkap dengan orbit elips yang mengelilingi Matahari dengan titik terdekat (perihelion). Titik perihelion sekitar 40 juta kilometer dari matahari, yang lebih dekat dari orbit Merkurius.
Selama pendekatan jarak dekat tersebut, pesawat ruang angkasa tersebut terkena suhu lebih dari 1.290 derajat Fahrenheit atau 700 derajat Celsius. Insinyur dari Badan Antariksa Eropa harus mengembangkan banyak solusi teknis baru.
Hal ini membuat pesawat ruang angkasa cukup kokoh untuk bertahan dalam panas ekstrem tersebut. Solar Orbiter mengelilingi matahari dalam jalur elips, menyelesaikan satu putaran setiap lima hingga enam bulan.
Perihelion pertamanya dicapai pada Juni 2020, hal ini menjadi pemicu penemuan api unggun di Matahari. Misi Solar Orbiter dijadwalkan berlangsung setidaknya hingga 2027, tetapi mungkin akan diperpanjang hingga awal 2030-an.
Selama misinya, Solar Orbiter akan menaikkan orbitnya secara berkala melampaui bidang ekliptika tempat planet-planet di Bima Sakti. Hal ini dilakukan untuk melihat kutub matahari secara detail untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Kutub matahari memainkan peran penting dalam proses yang mendorong pembentukan medan magnet matahari.
(Tifani)
Advertisement