Liputan6.com, Jakarta - Pluto pernah menjadi planet kesembilan di Bima Sakti. International Astronomical Union (IAU) menurunkan status Pluto menjadi planet kerdil pada 24 Agustus 2006.
Pluto resmi diklasifikasikan sebagai planet kerdil bersama dengan empat planet katai lain di tata surya. Planet kerdil adalah benda langit yang mengorbit langsung matahari, sehingga bentuknya dipengaruhi oleh gaya gravitasi objek lain.
Namun, tahukah kamu Pluto belum pernah menyelesaikan putarannya mengelilingi matahari di orbitnya sejak ditemukan 93 tahun yang lalu? Hingga saat ini, Pluto masih memerlukan waktu kurang lebih 155 tahun agar bisa menyelesaikan satu kali putaran mengelilingi matahari.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman Live Science pada Rabu (15/01/2024), Planet kerdil Pluto ditemukan pada 18 Februari 1930. Kala itu, seorang astronom asal Amerika Serikat bernama Clyde Tombaugh menemukan benda langit yang bergerak di luar orbit Neptunus.
Ia menggunakan Observatorium Lowell di Flagstaff, Arizona. Objek tersebut kemudian disebut Pluto, diambil dari sosok dewa penguasa kematian dalam mitologi budaya Yunani.
Dikutip dari laman NASA pada Rabu (15/01/2025), NASA menjelaskan bahwa jarak antara Pluto dan matahari adalah 6 miliar kilometer. Pluto sekitar 40 kali lebih jauh dibandingkan jarak bumi dan matahari.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa jarak antara sebuah objek angkasa terhadap bintang terbesarnya rupanya akan memengaruhi orbit dari objek itu sendiri. Oleh karena itu, jarak jauh tersebut sangat berpengaruh pada model dan gerak orbital Pluto.
Orbit Pluto lebih panjang daripada planet lainnya. Orbit planet kerdil ini juga miring sekitar 17,1 derajat dari bidang orbit milik bumi.
Orbit Pluto juga cenderung melebar hingga membentuk bentuk elips yang sangat ekstrem. Model orbit tersebut dinilai cukup unik dan elastis.
Akhirnya, objek angkasa yang dapat melakukannya tidak lagi dianggap sebagai planet. Para ilmuwan menyatakan jika jalur orbital terlalu renggang, sebuah objek di tata surya, seperti Pluto, dapat keluar dari tata surya.
Pluto memiliki kecepatan bergerak rata-rata 4,72 km per detik. Pluto diperkirakan membutuhkan waktu 248,09 tahun waktu bumi untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi matahari.
Artinya, Pluto baru akan menyelesaikan putaran penuh pertamanya pada 23 Maret 2178. Bahkan, Pluto memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengelilingi matahari dibandingkan planet terdekat darinya, Neptunus.
Neptunus ditemukan pada 23 September 1846. Planet biru ini butuh waktu memutari matahari untuk satu putaran selama 164,8 tahun bumi.
Neptunus selesai berevolusi pada 13 Juli 2011 sejak pertama kali ditemukan. Pluto, planet kerdil, memakan waktu 83,19 tahun lebih lama dibanding perputaran Neptunus ke matahari.
Planet Kerdil Terbesar
Status planet Pluto dicabut pada 2006, sehingga menjadi planet kerdil terbesar yang diketahui ada di tata surya. Salah satu alasan Pluto dikeluarkan dari jajaran planet Bima Sakti adalah ukurannya terlalu kecil untuk menjadi planet.
Ukuran Pluto sangat kecil dan timpang jika dibandingkan dengan planet-planet di Bima Sakti lainnya. Diameter Pluto hanya 2.390 km atau hanya 70 persen ukuran bulan atau 18 persen ukuran bumi.
Kecilnya massa dan ukuran Pluto membuat planet ini tidak normal. Pluto juga tidak lagi dianggap planet karena ia tidak bisa membersihkan orbitnya dari objek lain. Umumnya, planet dapat membersihkan lintasan orbitnya sendiri dengan gaya gravitasi yang dimilikinya.
Syarat mutlak tersebut dinamakan dominasi orbital, yakni sebuah kriteria khusus yang harus ada pada setiap planet di tata surya Bima Sakti. Dengan dominasi orbital, sebuah planet dapat menjadi objek angkasa dengan gravitasi dominan dalam jalur orbitnya sendiri.
Tidak boleh ada objek lainnya di sekitar planet, kecuali satelit alam atau bulan. Rupanya, Pluto tidak memiliki dominasi orbital.
Para astronom memperkirakan pembentukan Pluto tidak sama dengan pembentukan awal-awal planet di tata surya lainnya. Sekitar 4,6 miliar tahun lalu, tata surya hanyalah kumpulan gas dan awan debu yang dikenal sebagai nebula.
Gaya gravitasi yang cukup masif meruntuhkan dan melekatkan objek-objek angkasa. Kemudian, objek tersebut menjadi sebuah bintang besar di tengah nebula bernama matahari.
Dengan adanya matahari, partikel lainnya juga mulai berkumpul dan berputar membentuk bulatan objek angkasa lainnya. Sementara itu, Pluto terbentuk dari batuan padat.
Para ahli menilai, batuan ini menjadi yang pertama terbentuk dalam pembentukan di awal-awal tata surya. Batuan besar cikal bakal Pluto memiliki gravitasi yang cukup untuk mengikat material seperti es dan gas.
Namun pada proses selanjutnya, Pluto gagal menghasilkan massa yang cukup untuk membentuk sebuah gaya gravitasi besar layaknya planet-planet utuh lainnya. Studi mengenai pembentukan awal planet kerdil ini baru di teliti di zaman modern.
Pluto menjadi objek paling unik di tata surya Bima Sakti. Scott Kenyon, seorang ahli astronomi dan fisikawan dari Harvard Smithsonian Center menyebut teori planet setengah jadi ala Pluto dapat dibuktikan.
Meski ukurannya kerdil, objek seperti Pluto masih tetap berada dalam orbitnya walaupun belum dikatakan sempurna layaknya orbit planet lainnya.
(Tifani)
Advertisement