China Eksekusi Mati 2 Pembunuh Massal

Vonis hukuman mati mengundang pro dan kontra. Apa kata mereka yang menentang dan mendukung?

oleh Tim Global diperbarui 23 Jan 2025, 07:01 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 07:01 WIB
Ilustrasi bendera China.
Ilustrasi Bendera China. (Dok. AFP/STR)... Selengkapnya

Liputan6.com, Beijing - China mengalami insiden pembunuhan massal paling mematikan dalam satu dasawarsa terakhir pada November. Tujuh puluh hari kemudian, pada Senin (20/1/2025), China menghukum mati pelakunya, bersama dengan pembunuh lainnya yang bertanggung jawab atas serangan berikutnya.

Kecepatan pengambilan keputusan dan vonis hukuman mati itu, mendapat tepuk tangan dari netizen China, namun menuai kritik dari analis hukum yang berpendapat, eksekusi cepat para pembunuh akan gagal mencegah kejahatan pada masa depan.

Fan Weiqiu (62) mengendarai mobilnya ke arah kerumunan orang di sekitar Stadion Zhuhai di Provinsi Guangdong, menewaskan 35 orang dan melukai 43 orang.

Pada persidangannya tanggal 27 Desember, Fan menyatakan bahwa dia didorong oleh ketidakpuasan terhadap penyelesaian perceraiannya. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati pada hari yang sama, menyebut motivasinya "sangat kejam dan sifat kejahatannya sangat mengerikan."

Pesan dukungan terhadap eksekusi Fan diunggah di media sosial Weibo. Salah satu pengguna, Dokter Gigi Wu Bin mengomentari bahwa kematian penjahat itu "memuaskan semua orang".

Pengguna lain dari Hong Kong, berjuluk A Girl's Runaway Dream, menulis, "Saya mendukung keputusan itu! Jangan biarkan orang-orang jahat ini terus bersuara pada tahun baru Imlek. Saya berharap mereka beristirahat dengan damai. Keadilan tidak pernah terlambat!"

Meski demikian, sejumlah kecil netizen menyatakan skeptis terhadap hukuman mati. Pengguna Weibo, Shumu Yangshenwo di Provinsi Hainan menulis, "Kapan China bisa menghapuskan hukuman mati sebagai bentuk penyiksaan?."

Pelaku kejahatan lain, Xu Jiajin, dihukum mati pada Senin karena membunuh delapan orang dan melukai 17 lainnya di almamaternya, sebuah sekolah teknik di Wuxi.

Remaja berusia 21 tahun itu mendatangi kampusnya untuk membalas dendam setelah gagal dalam ujian akhir dan tidak menerima ijazah kelulusannya.

Komunitas online turut menyebarkan pesan yang ditulis oleh Xu, "Saya berharap kematian saya akan memajukan undang-undang ketenagakerjaan. Jangan salahkan saya, tetapi beberapa masalah harus diselesaikan."

Eksekusi Xu terjadi hanya 66 hari menyusul kejahatan dan pembacaan vonisnya. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya