Politisi Jepang Minta Maaf ke Korban Budak Seks PD II

Pemimpin Japan Restoration Party Toru Hashimoto meminta maaf kepada para perempuan yang dipaksa menjadi budak seks pada masa Perang Dunia II atau yang dikenal jugun ianfu.

oleh Riz diperbarui 17 Mei 2013, 19:39 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2013, 19:39 WIB
politisi-jepang-budak-seks-130517c.jpg

Pemimpin Japan Restoration Party Toru Hashimoto meminta maaf kepada para para perempuan yang dipaksa menjadi budak seks pada masa Perang Dunia II atau yang dikenal jugun ianfu, atas pernyataan kontroversialnya yang menyebut layanan seks wanita jajahan merupakan suatu kebutuhan para tentara Jepang.

"Saya meminta maaf saat saya berbicara soal wanita penghibur," sesal Toru, politisi terkemuka Jepang itu yang juga menjabat Walikota Osaka, seperti dimuat Straits Times, Jumat (17/5/2013).

Dari lubuk hati terdalamnya, Toru mengaku menyesal. Ia pun berjanji tidak akan mengulanginya lagi. "Saya akan bilang pada mereka, saya memohon maaf. Itu tindakan yang memalukan dan tak boleh lagi terulang," jelasnya.

Pada masa Perang Dunia II, ada sekitar 200 ribu perempuan yang dijadikan jugun ianfu. Dalam lansiran BBC, wanita-wanita itu berasal dari Indonesia, China, Korsel, Filipina, dan Taiwan.

Toru mengungkap, Jepang bukanlah satu-satunya pihak di era itu yang melakukan eksploitasi seksual terhadap para wanita malang ini. Ada negara lain yang melakukan hal serupa.

"Semua orang berbuat buruk. Saya rasa orang Jepang mesti menolak jika ada kesalahpahaman mengenai fakta-fakta di dunia," cetusnya.

Sebelumnya Toru menyebut perbudakan seks sangat dibutuhkan tentara Jepang di garis depan. "Comfort women sangat dibutuhkan tentara Jepang semasa Perang Dunia II," ujar Toru yang juga pemimpin Japan Restoration Party, seperti dimuat media Jepang The Asashi Shimbun.

Comfort women yang dimaksud Toru adalah wanita pemuas nafsu bagi tentara Jepang yang jauh dari istri dan keluarga. Toru mengungkap, penggunaan kata comfort women untuk memperhalus dan menjaga perasaan negara asal korban.

Dijelaskan dia, dalam kondisi menegangkan saat PD II, para tentara Jepang sangat membutuhkan pelampiasan. Karenanya, mereka menjadikan para wanita negara jajahannya sebagai budak seks.

"Saat kondisi peluru melayang seperti hujan dan angin dan maut mengancam, tentara Jepang membutuhkan wanita pemuas. Semua orang akan mengerti hal ini," ungkap Toru.

Dikecam

Ucapan kontroversial Toru ini memicu kemarahan banyak orang dari dalam maupun di luar negeri. Kang Jian, seorang pengacara China yang membela para mantan budak seks mengatakan Jepang mesti diadili untuk kejahatannya di masa lalu seperti yang dilakukan terhadap Jerman.

Sementara Rechilda Extremadura, direktur eksekutif untuk kelompok pendukung mantan budak seks Filipina, menyebut permintaan maaf Hashimoto itu tak bisa diterima. "Dia harus meminta maaf langsung tanpa menuduh tentara negara lain juga melakukannya," kata Extremadura.

Setali tiga uang, Korea Selatan sebagai salah satu negara yang pernah dijajah Jepang geram atas penyataan Toru. Celotehan Toru yang menyebut wanita pemuas dari negeri jajahan dibutuhkan untuk para tentara Jepang, telah menoreh luka lama.

Negeri Ginseng ini pun meminta Jepang untuk mengajukan permohonan maaf secara resmi. "Pemerintah menuntut Jepang meminta maaf secara resmi," seperti dilansir Harian Korsel, Arirang.

Pemerintah Korsel menyebut, wanita penghibur untuk tentara adalah pelanggaran HAM sistematis yang dilakukan Jepang. (Riz)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya