Liputan6.com, N'Djamena - Prancis menyerahkan pangkalan militer terakhirnya di Chad pada Kamis (30/1/2025). Langkah ini mengakhiri kerja sama militer kedua negara, dua bulan setelah Chad memutuskan perjanjian pertahanannya dengan Prancis.
Dalam pernyataan pada Kamis, militer Chad mengumumkan bahwa militer Prancis menyerahkan pangkalan udara Sergent Adji Kossei di N'Djamena kepada otoritas lokal.
Advertisement
Baca Juga
Chad telah menjadi kekuatan kontraterorisme penting di kawasan itu dan merupakan salah satu dari negara terakhir di Afrika di mana Prancis mempertahankan kehadiran militernya dalam jumlah besar.
Advertisement
Meskipun Chad mengumumkan diakhirinya perjanjian pertahanan dengan Prancis, Kepala Komando Afrika Angkatan Bersenjata Prancis Pascal Ianni mengatakan penyerahan itu merupakan bagian dari keputusan Prancis untuk mengakhiri pangkalan militer permanen di Afrika Tengah dan Afrika.
"Perubahan struktural ini diperlukan untuk beradaptasi dengan evolusi dunia dan evolusi Afrika," sebut Ianni seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (2/2).
Prancis telah menyerahkan dua pangkalan militer lainnya – Faya di bagian utara dan Abeche di bagian timur Chad – pada akhir Desember dan awal Januari. Militer Prancis memiliki sekitar 1.000 personel di Chad.
Kepala Staf Angkatan Darat Chad Abakar Abdelkarim Daoud mengukuhkan bahwa kegiatan militer Prancis di Chad akan berakhir.
"Militer Chad mampu mengambil alih peran yang dimainkan militer Prancis di Chad," ujarnya.
Pasukan Prancis dalam beberapa tahun ini telah disingkirkan dari Niger, Mali, dan Burkina Faso setelah bertahun-tahun memerangi ekstremis bersama-sama dengan pasukan di kawasan itu.
Negara-negara tersebut telah beralih semakin dekat dengan Rusia, di mana tentara bayaran Rusia dikerahkan di seluruh Sahel.
Pada Desember lalu, Senegal dan Pantai Gading juga mengumumkan penarikan pasukan Prancis dari negara mereka, tidak lama setelah Paris merancang strategi baru yang akan secara drastis mengurangi kehadiran pasukan permanennya di Afrika.