PBB Sebut Kerugian Akibat Perang Suriah Mencapai USD 800 Miliar

Lebih dari 600.000 warga Suriah tewas dalam perang dan 113.000 lainnya hilang secara paksa. Nasib mereka tidak diketahui.

oleh Tim Global Diperbarui 23 Feb 2025, 09:10 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 09:10 WIB
Rayakan Tumbangnya Rezim Bashar al-Assad, Warga Suriah di Berbagai Negara Turun ke Jalan
Pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis menggulingkan penguasa lama Suriah, Bashar al-Assad. Tampak dalam foto, anggota komunitas Suriah melambaikan bendera Suriah dan menyalakan suar pada tanggal 8 Desember 2024 di Berlin, Jerman, untuk merayakan berakhirnya kekuasaan rezim Bashar al-Assad. (RALF HIRSCHBERGER/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Damaskus - Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNDP mengatakan dalam sebuah laporan baru pada Kamis (20/2.2025) bahwa dibutuhkan setidaknya satu dekade bagi Suriah untuk kembali ke tingkat ekonomi sebelum perang.

Jika tren pertumbuhan yang lambat saat ini terus berlanjut, pemulihan ekonomi bisa memakan waktu lebih dari 50 tahun.

"Saya harus mengatakan bahwa angka yang paling mengejutkan saat ini adalah jika Suriah terus tumbuh pada rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir – yang merupakan pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) sebesar 1,3 persen per tahun – Suriah akan kembali ke PDB yang dicapai pada 2010 dalam 55 tahun," kata Abdallah Al Dardari, asisten administrator UNDP dan direktur Biro Regional untuk Negara-negara Arab, yang menerbitkan laporan berjudul 'Dampak Konflik di Suriah' seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Al Dardari, yang berbicara kepada wartawan melalui telekonferensi dari Nairobi, mengatakan banyaknya korban jiwa dan kerusakan material, ditambah dengan devaluasi total mata uang nasional, menipisnya cadangan devisa, meluasnya pengangguran, dan 90 persen penduduk jatuh ke dalam kemiskinan, menjadikan pemulihan sebagai tugas yang sangat berat.

Menurut laporan ini, pada tahun sebelum pecahnya perang, PDB Suriah adalah USD 62 miliar, dan tingkat pertumbuhannya melebihi 5 persen dibandingkan lima tahun sebelumnya. Saat ini PDB negara tersebut kurang dari setengah PDB-nya sebelum perang, yaitu sekitar USD 29 miliar.

"Perkiraan total PDB yang hilang selama periode 2011 hingga 2024 mencapai sekitar USD 800 miliar (berdasarkan harga pada 2010)," ungkap laporan PBB menyebutkan dampak ekonomi akibat perang. Nilainya setara Rp13,04 kuadriliun.

Kemunduran Pembangunan Manusia

Kelompok pemberontak Suriah merayakan kemenangan di dekat Menara Jam di Homs pada Minggu (8/12/2024), setelah pasukan pemberontak memasuki kota ketiga Suriah pada malam hari. (Aaref WATAD / AFP)
Kelompok pemberontak Suriah merayakan kemenangan di dekat Menara Jam di Homs pada Minggu (8/12/2024), setelah pasukan pemberontak memasuki kota ketiga Suriah pada malam hari. (Aaref WATAD / AFP)... Selengkapnya

Al Dardari mengatakan Suriah juga menderita dalam hal pembangunan manusia karena mengalami kemunduran 40 tahun dalam hal harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pendapatan per kapita.

Dia mengatakan laporan tersebut juga menawarkan beberapa skenario untuk pemulihan dan pertumbuhan, tetapi semuanya memerlukan investasi dalam jumlah besar agar bisa sukses.

"Hal ini memerlukan perbaikan luar biasa dalam administrasi publik, tata kelola, transparansi, akuntabilitas, kapasitas kelembagaan, dan sebagainya," kata dia, seraya menambahkan bahwa status quo tidak dapat dipertahankan.

Al Dardari menuturkan bahwa sanksi internasional juga dapat memberikan efek mengerikan terhadap kemampuan Suriah untuk menarik miliaran investasi yang diperlukan untuk membangun kembali infrastruktur dan perekonomiannya.

"Kita perlu mempertimbangkan sanksi secara serius seiring dengan berjalannya reformasi," ujarnya. "Kita perlu memastikan bahwa sanksi ditangani dengan cara yang memungkinkan Suriah untuk mengurus semua reformasi dan persyaratan ini."

Al Dardari menegaskan PBB siap memberikan bantuan teknis yang diperlukan guna mengimplementasikan skenario pemulihan ekonomi yang dipaparkan laporan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya