5 Tempat di Bumi Miliki Kadar Oksigen Rendah

Faktor utama yang menyebabkan kadar oksigen rendah di suatu tempat adalah ketinggian wilayah tersebut. Semakin tinggi suatu lokasi dari permukaan laut, semakin rendah tekanan atmosfernya, yang berarti udara menjadi lebih tipis dan kadar oksigen berkurang.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 08 Mar 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2025, 05:00 WIB
Gunung Kilimanjaro. (Photo credit: AFP Photo/Mladen Antonov)
Gunung Kilimanjaro. (Photo credit: AFP Photo/Mladen Antonov)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Oksigen adalah elemen fundamental bagi kehidupan sebagian besar makhluk hidup di Bumi. Selain itu, oksigen juga sering dijadikan indikator kelayakhunian sebuah planet di luar angkasa.

Namun, tahukah kamu bahwa ada beberapa tempat di Bumi yang memiliki kadar oksigen sangat rendah? Kondisi ini tentu memberikan dampak signifikan terhadap ekosistem dan kehidupan yang ada di sana.

Faktor utama yang menyebabkan kadar oksigen rendah di suatu tempat adalah ketinggian wilayah tersebut. Semakin tinggi suatu lokasi dari permukaan laut, semakin rendah tekanan atmosfernya, yang berarti udara menjadi lebih tipis dan kadar oksigen berkurang.

Kondisi ini menyebabkan berbagai tantangan bagi makhluk hidup yang tinggal di sana, baik manusia maupun hewan. Melansir laman Science pada Jumat (07/03/2025), berikut beberapa tempat di Bumi yang memiliki kadar oksigen rendah.

1. La Rinconada, Peru

La Rinconada dijuluki sebagai "Hypoxia City" karena merupakan salah satu kota tertinggi di dunia yang dihuni oleh manusia secara permanen. Kota ini terletak di ketinggian sekitar 5.100 meter di atas permukaan laut, yang menyebabkan kadar oksigen hanya mencapai sekitar 50 persen dari tingkat normal di permukaan laut.

Kondisi ini terjadi karena tekanan udara yang rendah akibat ketinggian ekstrem, yang membuat udara menjadi lebih tipis dan jumlah oksigen yang tersedia untuk dihirup sangat sedikit. Akibatnya, penduduk di La Rinconada harus beradaptasi dengan lingkungan yang keras.

Mereka cenderung memiliki jumlah sel darah merah lebih tinggi untuk membantu mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Selain tantangan biologis, La Rinconada juga terkenal dengan kondisi kehidupan yang sulit.

Sebagian besar penduduknya bekerja di tambang emas informal tanpa perlindungan kesehatan yang memadai. Minimnya infrastruktur dan lingkungan yang ekstrem membuat kehidupan di kota ini penuh dengan tantangan.

2. Dataran Tinggi Tibet, Tiongkok

Dataran Tinggi Tibet, yang sering disebut sebagai "Atap Dunia," memiliki ketinggian rata-rata lebih dari 4.500 meter di atas permukaan laut. Ketinggian ini menyebabkan kadar oksigen di udara hanya sekitar 60 persen dari kadar oksigen di daerah permukaan laut.

Penduduk Tibet telah beradaptasi dengan lingkungan ini melalui perubahan fisiologis alami yang diwariskan secara turun-temurun. Mereka memiliki kapasitas paru-paru yang lebih besar dan tingkat hemoglobin yang lebih tinggi, yang memungkinkan tubuh mereka lebih efisien dalam menggunakan oksigen.

Selain itu, budaya Tibet juga memiliki berbagai praktik yang membantu mereka beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang menantang, seperti pola makan yang kaya energi dan minuman khas seperti teh mentega yak, yang membantu mempertahankan suhu tubuh.

 

Promosi 1

El Alto, Bolivia

3. El Alto, Bolivia

El Alto merupakan salah satu kota tertinggi di dunia yang dihuni oleh sekitar satu juta orang. Kota ini terletak di dataran tinggi Altiplano dengan ketinggian rata-rata mencapai 4.000 meter di atas permukaan laut.

Seperti halnya wilayah dataran tinggi lainnya, tekanan atmosfer di El Alto sangat rendah, yang menyebabkan kadar oksigen yang tersedia lebih sedikit. Penduduk El Alto, sebagian besar berasal dari suku Aymara, telah mengalami adaptasi fisiologis yang mirip dengan masyarakat Tibet.

Namun, bagi pendatang baru, efek kadar oksigen rendah ini sering menyebabkan gejala seperti pusing, sesak napas, dan kelelahan, yang dikenal sebagai acute mountain sickness (AMS) atau mabuk ketinggian. Selain tantangan oksigen rendah, El Alto juga menghadapi masalah sosial dan ekonomi yang kompleks.

Kota ini menjadi pusat migrasi dari daerah pedesaan Bolivia, sehingga tingkat urbanisasinya cukup tinggi.

4. Puncak Kilimanjaro, Tanzania

Puncak Kilimanjaro, yang memiliki ketinggian 5.895 meter di atas permukaan laut, adalah salah satu gunung tertinggi di dunia yang dapat didaki tanpa peralatan khusus. Namun, ketinggiannya yang luar biasa menyebabkan kadar oksigen di udara menurun drastis hingga sekitar 50 persen dari jumlah oksigen di permukaan laut.

Bagi pendaki yang tidak terbiasa dengan lingkungan ini, mendaki Kilimanjaro bisa menjadi tantangan besar. Gejala mabuk ketinggian, seperti mual, sakit kepala, dan kelelahan, sering dialami oleh mereka yang naik terlalu cepat tanpa aklimatisasi yang memadai.

Namun, penduduk lokal yang dikenal sebagai porter dan pemandu pendakian telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan ini. Mereka dapat berjalan dengan cepat di ketinggian tanpa mengalami efek samping yang serius, berkat adaptasi fisiologis mereka yang memungkinkan tubuh mereka menggunakan oksigen secara lebih efisien.

5. Gunung Everest, Nepal dan Tibet

Puncak Gunung Everest, yang memiliki ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut, merupakan tempat dengan kadar oksigen terendah yang dapat dihuni manusia, meskipun hanya untuk waktu yang terbatas. Di ketinggian ini, kadar oksigen hanya sekitar 30 persen dari yang ditemukan di permukaan laut.

Para pendaki yang ingin mencapai puncak Everest biasanya menggunakan tabung oksigen tambahan untuk bertahan. Tanpa bantuan oksigen, manusia hanya dapat bertahan beberapa jam di "Zona Kematian" (di atas 8.000 meter), di mana tubuh mulai mengalami kegagalan fungsi akibat kekurangan oksigen.

Penduduk asli di daerah ini, seperti suku Sherpa, memiliki adaptasi biologis yang luar biasa. Mereka memiliki lebih banyak kapiler darah di jaringan otot mereka.

Hal ini membantu meningkatkan efisiensi oksigenasi tubuh mereka, memungkinkan mereka bertahan hidup dan bekerja di lingkungan yang sangat ekstrem ini.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya