12 Maret 1968: Penemuan Minyak di Prudhoe Bay yang Mengubah Alaska

Penemuan minyak di Prudhoe Bay pada 12 Maret 1968 menjadi titik balik bagi Alaska. Ladang minyak terbesar di AS ini membawa perubahan ekonomi besar, namun juga meninggalkan jejak lingkungan yang tak terhapuskan.

oleh Alya Felicia Syahputri Diperbarui 12 Mar 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 06:00 WIB
Foto udara tahun 1968 menunjukkan salah satu sumur minyak pertama di wilayah Prudhoe Bay, sebelah utara Anchorage, Alaska. (AP/Arsip)
Foto udara tahun 1968 menunjukkan salah satu sumur minyak pertama di wilayah Prudhoe Bay, sebelah utara Anchorage, Alaska. (AP/Arsip)... Selengkapnya

Liputan6.com, Prudhoe Bay - Minyak ditemukan di Prudhoe Bay, sebuah wilayah terpencil di pesisir utara Alaska, pada 12 Maret 1968. Penemuan ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga memberikan dampak besar bagi negara bagian tersebut, mengubahnya secara signifikan, baik dari segi ekonomi maupun sosial.

Menurut laman History.com yang dikutip pada Rabu (12/3/2025), ketika Alaska bergabung dengan Amerika Serikat pada 1959, Alaska masih tergolong miskin dan bergantung pada subsidi pemerintah federal. Undang-Undang Kenegaraan Alaska mengizinkan negara bagian ini mengklaim 100 juta hektare tanah untuk dikembangkan secara mandiri. 

"Alaska sebaiknya mengklaim North Slope, wilayah di pesisir utara yang diduga memiliki cadangan minyak besar. Prudhoe Bay, dengan lanskap datar yang tertutup permafrost dan berbatasan dengan Samudra Arktik di utara serta Pegunungan Brooks di selatan, menjadi target utama eksplorasi. Namun, agar menguntungkan, ladang minyak yang ditemukan harus memiliki setidaknya satu miliar barel minyak," saran Tom Marshall, seorang ahli geologi perminyakan.

Prediksi Marshall terbukti benar. Meskipun North Slope tertutup es permanen, jutaan tahun lalu wilayah ini adalah laut dangkal yang hangat dan kaya akan kehidupan tumbuhan serta hewan. Sisa-sisa organik yang membusuk menciptakan cadangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di Amerika Serikat. Sejak 1977, ketika produksi minyak di Prudhoe Bay resmi dimulai, ladang ini telah menghasilkan 17 miliar barel minyak.

Pada awalnya, perusahaan minyak seperti The British Petroleum Company plc (BP) harus menggunakan pesawat kecil dan kereta luncur untuk mengangkut peralatan ke tundra yang membeku. Namun, seiring waktu, lanskap Prudhoe Bay berubah menjadi pusat industri yang sibuk. Pipa-pipa minyak membentang seperti "jaring baja" di area seluas 700 mil persegi sekitar 1.800 kilometer persegi. Pada puncak produksinya di 1980-an, Prudhoe Bay mampu menghasilkan dua juta barel minyak per hari.

Penemuan minyak ini membawa dampak besar bagi Alaska. Pemerintah negara bagian menggunakan pendapatan dari Prudhoe Bay untuk menghapus pajak penghasilan dan memberikan setiap penduduk cek tahunan senilai $1.000 sekitar Rp16 juta. Namun, tidak semua dampaknya positif. Pada 24 Maret 1989, kapal tanker Exxon Valdez kandas di Prince William Sound, menumpahkan 11 juta galon minyak mentah ke habitat alami yang masih perawan. Insiden ini menjadi tumpahan minyak terbesar dalam sejarah Amerika Serikat saat itu, sebelum akhirnya disusul oleh bencana Deepwater Horizon pada 2010. Minyak yang tumpah mencemari 1.300 mil sekitar dari garis pantai dan menghancurkan populasi satwa liar. Biaya pembersihan dan pemulihan mencapai hampir $4 miliar sekitar Rp65 triliun.

Pada abad ke-21, pengeboran minyak di Prudhoe Bay mulai melambat. Produksi ladang minyak ini mengalami penurunan sejak mencapai puncaknya pada 1988, dari dua juta barel per hari menjadi kurang dari 500 ribu barel per hari. BP akhirnya menjual kepemilikannya di Prudhoe Bay pada 2020, mengakhiri hubungan bisnis yang telah berlangsung selama beberapa dekade sejak perusahaan itu membuka kantor eksplorasi pertama di Alaska pada 1959.

 

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya