Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari Vatikan.
Paus Fransiskus meninggal dunia. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu mengembuskan napas terakhirnya pada usia 88 tahun, Senin pagi (21/4) pukul 07.35 waktu setempat, di kediamannya di Casa Santa Marta.
Advertisement
Baca Juga
Pengumuman resmi disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo dari Kamar Apostolik.
Advertisement
"Dengan kesedihan mendalam, saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita Fransiskus. Seluruh hidupnya diabdikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya," ujar Farrell. Ia menambahkan bahwa Paus Fransiskus telah menjadi teladan sejati dalam menghayati Injil dengan keberanian dan cinta kasih universal, khususnya terhadap kaum miskin dan terpinggirkan.
Paus Fransiskus sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Poliklinik Agostino Gemelli sejak 14 Februari 2025 karena bronkitis. Kondisinya memburuk pada 18 Februari setelah didiagnosis menderita pneumonia bilateral. Setelah menjalani perawatan selama 38 hari, ia sempat kembali ke Vatikan, namun akhirnya menghembuskan napas terakhir di kediamannya.
Mengutip The Guardian, Senin (21/4/2025), sejumlah pemimpin negara menyampaikan belasungkawa mereka atas kepergian pemimpin umat Katolik dunia yang dikenal dengan kesederhanaan dan perhatian mendalam pada isu-isu sosial.
Perdana Menteri Belanda Dick Schoof, menyebut Paus Fransiskus sebagai "sosok rakyat" yang menyuarakan berbagai isu penting di era modern.
"Komunitas Katolik global mengucapkan selamat jalan kepada seorang pemimpin yang mengenali persoalan-persoalan penting zaman ini dan menyorotinya. Dengan gaya hidup sederhana, tindakan penuh kasih, dan pelayanan tanpa pamrih, Paus Fransiskus menjadi panutan bagi banyak orang — baik Katolik maupun non-Katolik. Kami mengenangnya dengan penuh rasa hormat," tulis Schoof melalui akun X (sebelumnya Twitter).
Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon juga mengungkapkan kesedihan mendalam atas kepergian Paus.
"Saya sedih mendengar Paus Fransiskus meninggal. Sosok penuh kerendahan hati ini meninggalkan warisan berupa komitmen teguh pada kaum rentan, keadilan sosial, dan dialog antaragama. Pikiran saya tertuju pada umat Katolik serta semua orang di Selandia Baru dan seluruh dunia yang berduka atas kepergiannya," tulis Luxon.
Paus yang Peka
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Paus Fransiskus sepanjang masa pontifikatnya selalu berpihak kepada mereka yang paling rentan.
"Di masa yang penuh perang dan kebrutalan ini, ia memiliki kepekaan terhadap orang lain, terutama mereka yang paling lemah. Dan ia melakukannya dengan penuh kerendahan hati," ungkap Macron.
Kanselir Jerman yang akan datang, Friedrich Merz, juga menyampaikan rasa kehilangan mendalam dan menegaskan bahwa Paus Fransiskus akan dikenang sebagai figur yang bekerja untuk membela kaum lemah di masyarakat.
"Paus Fransiskus telah menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia," tulis Merz di platform X.
Der Tod von Papst Franziskus erfüllt mich mit großer Trauer. Franziskus wird in Erinnerung bleiben für seinen unermüdlichen Einsatz für die Schwächsten der Gesellschaft, für Gerechtigkeit und Versöhnung. Demut und der Glaube an die Barmherzigkeit Gottes leiteten ihn dabei. Damit…
— Friedrich Merz (@_FriedrichMerz) April 21, 2025
Presiden Swiss Karin Maria Keller-Sutter turut memberikan penghormatan terakhir, menyebut Paus sebagai "pemimpin spiritual besar dan pejuang tanpa lelah untuk perdamaian."
He was a great spiritual leader, a tireless advocate for peace, and his human warmth was a comfort not only to Catholics. Pope Francis @Pontifex has left us. His legacy will remain. pic.twitter.com/zHcBjKbgYB
— Karin Keller-Sutter (@keller_sutter) April 21, 2025
Advertisement
