Marius si Bayi Jerapah 2 Tahun Ditembak, Jadi Makanan Singa

Sungguh malang nasib Marius, bayi jerapah berusia 2 tahun yang ditembak mati dengan pistol oleh pihak Kebun Binatang Copenhagen.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Feb 2014, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2014, 15:00 WIB
jerapah-140210b.jpg
Sungguh malang nasib Marius, bayi jerapah berusia 2 tahun yang ditembak mati dengan pistol oleh pihak Kebun Binatang Copenhagen, Denmark pada Minggu, 9 Februari 2014 pagi waktu setempat. Juru bicara Kebun Binatang Copenhagen, Tobias Stenbaek Bro mengatakan, Marius dibunuh untuk mengurangi populasi koleksi hewan dengan gen mirip.

Selain itu, alasan lainnya untuk menghindari terjadinya perkawinan saudara atau incest antarhewan.

"Pembunuhan terhadap Marius dilakukan atas saran yang diberikan oleh European Association of Zoos and Aquaria (EAZA) -- Asosiasi Kebun Binatang dan Aquaria Eropa, karena jumlah jerapah ber-gen mirip yang kami miliki sudah banyak," ungkap Tobias seperti dikutip Liputan6.com dari Washington Post, Senin (10/2/2014).

Selain itu, Tobias juga mengungkapkan bahwa pembunuhan terhadap hewan guna mengontrol populasi dilakukan, karena mengebiri dan mengangkat rahim hewan dianggap dapat memberi efek samping negatif. Sebab akan mempengaruhi organ-organ dalam hewan tersebut.

Berbagai protes pun bermunculan terkait kematian Marius. Lebih dari 20 ribu orang sempat menandatangani sebuah petisi online, yang dibuat dengan harapan dapat mengubah keputusan kebun binatang agar tak membunuh Marius.

Meski dihujani protes, kebun binatang Copenhagen tetap melanjutkan niat awalnya membunuh Marius. Mereka membunuh Marius, memotong-motong dagingnya, dan diberikan sebagai makanan para singa koleksi kebun binatang itu.

Bahkan pihak kebun binatang memperbolehkan para pengunjung untuk menyaksikan saat-saat Marius dikuliti dan saat dia dijadikan makanan singa.

Pihak kebun binatang menganggap pemberian izin tersebut sangat tepat karena dapat menambah ilmu pengetahuan anak-anak yang saat pada saat itu mengunjungi kebun binatang. "Saya sebenarnya bangga karena menurut aya kami telah memberikan anak-anak pemahaman yang mendalam tentang anatomi jerapah yang tidak akan mereka dapatkan dari gambar," beber Tobias.

Tak Dijual

Tak hanya itu, berbagai tawaran baik dari berbagai pihak untuk menampung jerapah berjenis kelamin laki-laki itu juga berdatangan. Namun semua tawaran tersebut ditolak karena berbagai alasan.

"Kebun binatang di bawah naungan EAZA hanya bertugas menangani binatang, kami tidak memiliki binatang tersebut. Jadi kami tidak bisa menjual binatang tersebut kepada pihak-pihak di luar organisasi yang tidak memiliki aturan-aturan yang sama dengan EAZA," jelas Tobias.

Berlandaskan aturan tersebut, sebuah tawaran dari seseorang untuk membeli Marius dengan harga 500 ribu euro atau lebih dari Rp 8 miliar pun ditolak. Marius pun tak jadi dijual.

Direktur Ilmiah kebun binatang Copenhagen, Bengt Holst membeberkan pihaknya juga menolak tawaran untuk menampung Marius dari 2 kebun binatang, Yorkshire Wildlife Park di Inggris dan sebuah kebun binatang di utara Swedia.

Kebun binatang Copenhagen menolak tawaran sebuah kebun binatang di Swedia karena kebun binatang itu bukan anggota EAZA. Selain itu, mereka juga tidak sanggup memenuhi standar pemeliharaan hewan yang tinggi.

Tawaran Yorkshire Wildlife Park di Inggris untuk menampung Marius juga ditolak karena kebun binatang tersebut sudah memiliki seekor jerapah dengan gen serupa seperti Marius.

"Kami menolak tawaran Yorkshire Wildlife Park, meski taman konservasi itu anggota EAZA, karena saudara Marius ada di sana dan tempat yang tersedia di sana lebih baik digunakan untuk jerapah dengan gen yang berbeda," tutur Holst.

Menanggapi penolakan tersebut, pihak Yorkshire Wildlife Park mengaku sedih dengan keputusan yang diambil pihak kebun binatang Copenhagen.

"Kami sedih karena Marius harus mati, namun kami tidak bisa berkata apa-apa," papar pihak Yorkshire Wildlife Park.

Protes ternyata juga dilayangkan oleh sebuah organisasi pembela hak asasi hewan dari Swedia, yang mengatakan pembunuhan terhadap hewan sering dilakukan oleh pihak kebun binatang itu.

"Hewan-hewan dibunuh oleh pihak kebun binatang karena sudah tak ada ruang lagi sering dilakukan. Hal itu sudah bukan rahasia lagi. Kebun binatang juga tak segan membunuh hewan-hewan yang tidak memiliki gen 'menarik', " kata organisasi itu.

"Satu-satunya cara untuk menghentikan aksi kejam itu adalah dengan tidak lagi mengunjungi kebun binatang" tambah jubir dari organisasi itu. (Tnt/Mut)

Baca juga:

Usut `Keganjilan` KBS, Walikota Risma Tambah CCTV

[VIDEO] Lagi, Harimau Putih Mati di KBS

[VIDEO] Kabar Buruk! Komodo dan Rusa Bawean KBS Mati

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya