Banyak Warga Umrah, RS Sardjito Siapkan Ruang Antisipasi MERS

Banyaknya warga Yogyakarta yang umrah membuat Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta mengantisipasi adanya pasien terduga virus MERS-CoV.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Mei 2014, 14:56 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2014, 14:56 WIB
Banyak Warga Umrah, RS Sardjito Siapkan Ruang Antisipasi MERS
(Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta Banyaknya warga Yogyakarta yang umrah membuat Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta mengantisipasi adanya pasien terduga virus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV). Bahkan RS Sardjito sudah menyiapkan delapan kamar untuk antisipasi pasien MERS CoV.

Menurut Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Paru Rs Sardjito, dr Sumardi, empat kamar di antaranya untuk pasien gawat MERS-CoV yang lengkap dengan alat bantu pernapasan. Dan ruang isolasi RS Sardjito dianggap cukup mumpuni untuk penanganan penyakit tersebut.

"Fasilitas untuk kamar memang harus kedap atau tekanan negatif. Jadi semua udara disalurkan ke alat penyaring sehingga terbebas virus ini. Selain itu, para perawat yang akan masuk dalam RS juga menggunakan pakaian khusus," kata Sumardi di RS Sardjito, Selasa (13/05/2014).

Langkah yang dilakukan RS Sardjito memang sudah dilakukan sejak munculnya flu H1N1 dan flu burung pada awal tahun ini. Munculnya virus baru dari Timur Tengan ini membuat pemerintah daerah mengantisipasi dengan bekerjasama RS Sardjito. Penyiapan kamar ini diperlukan karena banyak warga Yogyakarta yang melakukan perjalanan umrah.

Sumardi menyebutkan, orang yang berisiko virus jenis ini adalah yang kekebalan tubuhnya rendah. Terutama bagi pasien dengan riwayat penyakit yang kronis.

"Warga Yogyakarta banyak yang umrah memang ada risiko. Cuma ada yang besar dan kecil. Berisiko besar jika daya tahan tubuhnya rendah. Manula dan balita yang kekebalan tubuh tidak sempurna rentan terhadap penyakit ini. Berisiko kekebalan yang tidak sempurna akan tertular. Punya penyakit kronis, diabetes, ada risiko tertular, jantung, asma, perokok berat dengan penyakit paru kronik berisiko tertular MERS," ujar Sumardi.

Sumardi menjelaskan, warga yang tidak mempunyai penyakit kronis dan dalam keadaan sehat serta prima sangat kecil kemungkinan tertularnya penyakit ini. Ia meminta kepada warga Yogyakarta tidak khawatir dengan virus ini dengan menjaga kesehatan tubuh.

"Kalau sehat tidak punya penyakit bisa teratasi. Jadi kekebalan sangat penting. Kalau kekebalan tubuh baik, dua tiga hari flunya hilang. Kalau pas lagi down bisa lima hari. Mers hanya gejala saja maka gejala ini bisa hilang jika kondisi badan sehat dan prima," katanya.

Sumardi menyebut warga Yogyakarta yang ingin bepergian ke Arab tidak perlu khawatir. Ia hanya meminta warga tersebut untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Selain itu juga harus mengonsumsi makanan yang bergizi.

Asma Selalu Pakai Masker


Bagi penderita asma diharuskan menggunakan masker mulai dari pemberangkatan hingga perjalanan pulang. "Tips bagi yang faktor risiko asma misalnya sejak awal pakai masker. Diganti setiap saat jadi persiapan masker banyak. Mulai dari berangkat sampai pulang. Gizi ditingkatkan karena umrah itu ibadah fisik. Banyak makan daging telur, buah-buahan, itu bisa meningkatkan daya tahan tubuh," ujar Sumardi.

Sumardi menilai, sebenarnya tidak perlu ada travel warning ke Arab meski sudah banyak korban berjatuhan. "Kita selalu mengikuti ketentuan WHO. Kita tidak membuat travel warning. Selama nggak ada dari WHO, ya kita ikut aja. Virus baru ini tidak ada obatnya. Vaksin bisa dibuat seperti mbuat flu babi," kata Sumardi. /Abd

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya