Edusains, Cara Pemkot Padang Panjang Ajarkan Bahaya Rokok ke Anak

Pemkot Padang Panjang memiliki cara khusus dalam menekan angka perokok pada anak dan remaja melalui edukasi yang dikemas dengan sains.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Mei 2014, 14:15 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2014, 14:15 WIB
 Ilustrasi Rokok
Ilustrasi Rokok (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Padang Mengajari bahaya merokok ke anak bukanlah hal yang mudah di Sumatra Barat (Sumbar). Apalagi di beberapa kota yang memiliki hawa sejuk seperti Padang Panjang ini, rokok sering disebut alat penghangat tubuh.

Seperti disampaikan Wakil Walikota Padang Panjang Mawardi bahwa  masyarakat di kawasan berbukit tersebut di semua usia umumnya perokok. "Hampir setiap RT, sejak 10 tahun semua perokok. Tidak ada keluarga yang tidak merokok."

Untuk itu, Pemkot Padang Panjang memiliki cara khusus dalam menekan angka perokok pada anak dan remaja. Melalui edukasi yang dikemas dengan sains yang menarik, anak diajarkan tentang bahaya rokok.

"Seperti misalnya, kami edukasi anak SD dengan memperlihatkan bahwa cacing yang dimasukkan ke asap rokok itu bisa mati. Tapi cara ini kurang berhasil untuk anak SMP atau SMA karena pendidikan mereka lebih tinggi. Untuk para remaja, kami pernah memberikan contoh ikan yang mati dalam 7 menit setelah diberi rokok," kata Ketua Forum Kota Sehat, Padang Panjang, Hariyanto saat kunjungan media di kantor Balaikota, Padang Panjang, Sumatera Barat, Rabu (21/5/2014).

Hal ini, lanjut Hariyanto, berbuah positif pada penurunan jumlah perokok di Padang Panjang. Bagaimana tidak, Hariyanto mengaku, pada 2009 jumlah orang sakit yang datang ke puskesmas mencapai 937 orang. Setelah tahun 2010 hingga 2011, hanya ada 463 orang. Yang menarik, pernah ada Komandan Brimob yang mengaku berhenti merokok karena anaknya.

"Adanya edusains ini, anak-anak jadinya mengerti. Dan lucunya, mereka jadi suka mengusir orangtua yang suka merokok dalam rumah. Kayak Komandan Brimob yang cerita ke kami. Anaknya itu sekolah di PAUD sekitar sini, melihat ayahnya merokok dia bilang, `Ayah nggak baik merokok. Kata ibu guru bisa sakit. Kalau merokok di luar jangan di dalam rumah`. Mungkin karena tidak tega dan malu pada anaknya, Komandan itu akhirnya menyatakan berhenti merokok," ujarnya.

Hariyanto menambahkan, edusains ini diberikan setiap bulannya dengan cara dan waktu yang berbeda. "Untuk Paud 2 kali sebulan, anak TK edusains 2 kali sebulan dan SLTP serta SLTA sebulan sekali. /Abd

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya