Sosok Marshanda di Mata Psikolog

Dengan kondisi yang kini dialaminya, bagaimana tanggapan psikolog tentang kepribadian Marshanda?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 08 Agu 2014, 11:31 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2014, 11:31 WIB
Marshanda
(ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta Di awal kemunculannya pada pertengahan 2002 silam, masyarakat mulai mengenal sosok Marshanda sebagai artis remaja yang cantik, pintar dalam berakting, dan pintar juga dalam hal pendidikan. Namun, semua itu berubah 180 derajat, saat 2009 pemeran Lala di sinetron`Bidadari` ini tiba-tiba `ngamuk` di situs berbagi video Youtube.

Lima tahun berselang, Marshanda yang kini telah berubah menjadi `single parent`, menghebohkan masyarakat luas atas kasus perseteruannya dengan sang ibu kandung, Rianty Sofyan. Kabar yang beredar, Marshanda dipasung ibunya di rumah sakit di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tak terima dizalimi oleh ibunya, Chaca begitu ia akrab disapa, bertekad memejahijaukan Rianty Sofyan.

Dengan kondisi yang kini dialaminya, bagaimana tanggapan psikolog tentang kepribadian Marshanda?

Dr. Rose Mini A.p., M.Psi mengatakan, banyak di antara kita hidup seseorang yang terlihat ramai dan seolah-olah memiliki banyak teman, namun sebenarnya dia kesepian (lonely). Dan bisa saja, Marshanda adalah sosok yang seperti ini, mengingat kasus seperti ini bukan baru-baru ini terjadi. 

"Sosok yang seperti ini, sebenarnya dia sendiri dan merasa tidak ada kedekatan yang kuat antara dia dan orang lain. Melihat orang seperti ini sangatlah gampang. Cukup dengan mengajaknya mengobrol dalam waktu yang cukup lama," kata Rose Mini saat diwawancarai Health Liputan6.com di Gedung Satmarindo, Jalan Ampera Raya Nomor 5, Cilandak, Jakarta Selatan, ditulis Kamis (7/8/2014)

Ada juga sosok orang yang dikerumuni orang banyak, tapi dia tidak merasakan kehangatan, tidak merasa cukup ramai, dan dia tetap merasa sendiri. "Kita juga harus tahu bahwa apa yang terlihat secara fisik, belum tentu bisa menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya," kata Rose Mini menambahkan.

Sepenglihatan Rose Mini, Marshanda memerlukan seorang yang mampu mendampinginya, yang bisa dijadikan tempat curhat dan berbagi uneg-uneg. Sebab, sudah terlalu lama Marshanda menjadi sentral, di mana segala sesuatu diurus dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

"Sehingga, apa pun yang dilakukannya adalah kerja tim. Padahal, pada hal-hal tertentu, orang itu harus membuat suatu keputusan untuk dirinya sendiri, dan mampu melakukan analisa sendiri," kata Rose Mini menambahkan.

Lebih lanjut Rose Mini menjelaskan, apabila seorang anak tidak dibiasakan melakukan suatu hal seorang diri, dan selalu dibantu oleh banyak orang, kemampuannya untuk menganalisa dan mengambil keputusan menjadi kurang.

"Sama kayak dia ketika melihat sebuah masalah yang kemudian menganalisanya menjadi kurang. Karena biasanya, kalau ada masalah selama ini, banyak orang yang ikut mengerumuni, dan melihat masalah yang dihadapinya seperti apa," kata Rose Mini,

Akibat dari ketidaktajaman Marshanda dalam menganalisa suatu masalah, ia pun tidak akan mampu menghasilkan sebuah solusi yang tepat untuk masalah tersebut.

"Ketika kecil, apa yang terjadi padanya semuanya dibantu, termasuk oleh orangtuanya dan lingkungannya. Sekarang ini kebalikannya, dia harus melakukan apa-apa seorang diri," kata Rose Mini menerangkan.

Karena kondisi ini, bisa saja saat memutuskan untuk bercerai dari Ben Kasyafani, wanita yang sempat berjilbab ini tidak berkonsultasi terlebih dulu dengan keluarganya, dan mengambil keputusan itu seorang diri.

"Ditambah pula dia ini sangat mudah menjadi sosok yang implusif, di mana seolah-olah dia ingin menjadi seseorang bebas dan merdeka. Ini juga yang membuat dia seolah-olah `Saya bisa lho, melakukan ini tanpa kalian`," kata Rose Mini lagi.

Berikut wawancara videonya:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya