Liputan6.com, Jakarta Istilah hipotiroid kongenital mungkin asing di telinga Anda, namun kondisi kurangnya hormon tiroid di dalam tubuh ini terjadi pada setiap satu dari 3000 bayi yang terlahir di Indonesia. Gangguan ini menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan perkembangan mental bahkan sampai keterbelakangan mental pada anak.
Angkanya memang tak besar namun bukan berarti mengabaikan namun harus jadi perhatian seperti diungkapkan Direktur Bidang Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Lily S Sulistyowati, MM.
Oleh karena itu, kini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan perusahaan Merck bekerjasama memberikan sosialisasi dan advokasi kepada tenaga kesehatan seperti dokter anak dan bidan tentang pentingnya melakukan skrining hipotiroid konginetal kepada bayi yang baru lahir guna mengetahui apakah hormon tiroid normal atau tidak.
"Dengan dijalanankan skrining hipotiroid konginetal kita bisa melakukan hal ini di hulu," terangnya dalam penutupan Pertemuan Advokasi Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) di Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (13/11/2014).
Jika memang benar positif hipotiroid konginetal bisa segera dilakukan pengobatan pada bayi sehingga ia akan tumbuh normal seperti anak pada umumnya.
"Sehingga anak tidak menjadi beban bagi keluarga dan finansial pada kemudian hari," terang Lily pada kesempatan yang sama.
Selain itu, edukasi juga akan diberikan kepada perempuan berusia subur dan hamil di daerah yang tinggi kadar kurang yodium untuk memeriksakan kadar tiroid dalam tubuhnya. Selain itu, Pentingnya skrining hipotiroid konginetal akan disebarkan lewat sosial media ke seluruh masyarakat.