Liputan6.com, Jakarta Zaman sudah maju, banyak orang yang sudah melek internet namun masalah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di Indonesia angkanya masih tinggi. Bahkan menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara dengan perilaku BABS tertinggi di dunia.
Data ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh UNICEF dan WHO di tahun 2014 dalam Joint Monitoring Program. "Sekitar 55 juta orang Indonesia yang masih melakukan BABS," ungkap Ketua Program Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) UNICEF Indonesia, dokter Aidan Cronin saat di Hotel Art Hotel Jakarta pada Rabu (19/11/2014).
Namun ada bahaya dibalik tingginya perilaku BABS salah satunya menyebabkan kematian pada anak. Diantaranya adalah terkena penyakit diare, muntaber, dan pneumonia. Selain itu kondisi air jadi tercemar.
Advertisement
"BABS juga memperbesar risiko terganggunya pertumbuhan fisik pada anak sehingga tidak optimal pada usianya," tambah Aidan.
Ada berbagai faktor penyebab tingginya angka BABS. Menurut salah satu anggota tim dari WASH UNICEF Indonesia, Lilik Trimaya paling tidak ada tiga hal yang penyebabnya.
Pertama, masyarakat menganggap sanitasi itu tidak terlalu penting. Kedua, kurang banyak pihak yang mau terlibat dalam aksi ini. Ketiga, buang air baik besar maupun kecil selalu dibersihkan dengan air padahal di beberapa daerah memiliki kondisi geografis kekurangan air.