Daftar 13 Rumah Sakit yang Gunakan Radioisotop

Ada 13 rumah sakit di Indonesia menggunakan radioisotop

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 21 Nov 2014, 18:45 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2014, 18:45 WIB
Menkes Minta 3 RS Segera Akreditasi Internasional
Tiga rumah sakit, RS Jantung, RSIA Harapan Kita dan RS Kanker Dharmais diminta Menkes menjadi rumah sakit rujukan nasional

Liputan6.com, Jakarta Tiga belas rumah sakit di Indonesia telah menggunakan radioisotop untuk fasilitas kesehatan. Radioisotop yang digunakan sebagai sumber radiasi atau sumber penyinaran, telah dirasakan oleh banyak pasien.

Ada pun daftar 13 rumah sakit seperti dijelaskan oleh Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto adalah:

1. Rumah Sakit Adam Malik, Medan
2. Rumah Sakit Jamil, Padang
3. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto
4. Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta
5. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
6. Rumah Sakit MRCCC Jakarta
7. Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
8. Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta
9. Rumah Sakit Pertamina Jakarta
10. Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
11. Rumah Sakit Karyadi, Semarang
12. Rumah Sakit Ulin, Banjarmasin
13. Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta

Namun sayang, saat ini Indonesia sendiri tengah mengalami krisis radioisotop untuk kesehatan. Padahal, di bidang kesehatan, radioisotop dimanfaat untuk mendiagnosa dan terapi suatu penyakit seperti kanker, jantung, dan aliran darah.

Menurut Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto, alasan utama terjadinya kondisi ini karena PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) yang sebelumnya bernama PT Batan Teknologi tidak lagi memproduksi radioisotop sejak 2013.

"Akibatnya, Indonesia harus mengimpor dari Australia dan Polandia dengan harga dua kali lipat lebih mahal," kata dia di Kantor Pusat BATAN, Lantai 2, Gedung A, Jalan KH. Abdul Rokhim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (21/11/2014)

Dalam kesempatan itu, dia pun membeberkan berapa kisaran harga dari radioisotop. "Misalnya yang ada di RSHS, itu harganya mencapai Rp 28 juta kisaran 400 milicurrie, dan itu belum termasuk pajak. Sedangkan produk lokal, harganya hanya Rp 18 juta," kata dia.

Dari hasil pertemuan Forum Kerjasama Nuklir Negara Asia di Australia baru-baru ini, diketahui kalau banyak negara-negara Asia juga mengalami hal serupa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya