Liputan6.com, Jakarta Saat ini, terjadi peningkatan jumlah individu yang mengalami kegemukan (obesitas) di sejumlah negara. Meningkatnya secara umum kemakmuran masyarakat di beberapa negara mengubah gaya hidup termasuk di dalamnya adalah perubahan pola makan dan jenis makanan menjadi penyebab banyaknya individu yang mengalami obesitas.
Kasus obesitas yang semakin banyak ditemukan ternyata tidak hanya terjadi pada kaum dewasa. Individu yang masih anak-anak bahkan balita banyak juga yang mengalaminya. Di samping itu,  kegemukan / obesitas anak-anak ternyata berhubungan dengan kegemukan / obesitas individu tersebut di usia dewasa. Monteiro & Victora (2005) dan kemudian  Owen, Martin, Whincup, Smith, & Cook (2005) menemukan bahwa anak-anak yang di usia sekolah mengalami kegemukan juga akan cenderung mengalami kegemukan di usia remaja dan di usia dewasanya. Sebaliknya, Salsberry & Reagan (2005) menemukan bahwa mereka yang di usia 2 tahun tidak mengalami kegemukan, akan cenderung memiliki berat badan normal di usia dewasa.
Baca Juga
Kegemukan, khususnya pada anak-anak, bagi beberapa pihak termasuk orangtua seringkali dianggap bukanlah suatu masalah. Banyak orangtua yang membiarkan bahkan mendorong anak-anak mereka menjadi gemuk. Bagi mereka, kondisi gemuk pada anak akan dikaitkan dengan beberapa hal positif. Ada yang mengungkapkan bahwa gemuk berarti sehat. Ada juga yang berpendapat bahwa gemuk berarti lucu dan ceria. Orangtua pun akan lebih merasa bersalah jika anaknya menjadi kurus dibanding menjadi gemuk. Hal ini karena anak yang tampak kurus akan lebih mudah dikaitkan dengan tuduhan pengabaian oleh orangtua terhadap asupan yang diperlukan anak.
Advertisement
Bila kurang gizi
Tentu saja, jika anak menjadi sangat kurus, akan muncul masalah yang perlu mendapat perhatian misalnya kurang gizi, cacingan, atau adanya penyakit. Pada kondisi semacam ini, orangtua perlu mendorong anak untuk mendapat tambahan gizi atau pengobatan jika ditemukan adanya suatu penyakit. Dengan demikian, berat badan anak akan dapat bertambah dan berada dalam kondisi normal.
Disamping itu, kondisi berat badan normal pada anak perlu diperhatikan agar juga tidak kemudian menjadi berlebihan (obesitas). Seperti halnya anak yang terlalu kurus, anak yang terlalu gemuk ternyata berpotensi menimbulkan masalah yang tidak dapat dianggap sepele.Selain masalah fisik misalnya gangguan pernafasan dan penyakit kardiofaskular (Ebbeling, Pawlak, & Ludwig, 2002; Water, 2011), masalah yang berpotensi muncul bagi individu yang di usia muda mengalami obesitas adalah masalah psikologis (depresi, kesepian, konsep diri negatif, kecemasan, dan masalah perilaku), masalah akademis (skor yang rendah pada matematika dan membaca), dan masalah sosial (mendapatkan stigma sosial yang negatif, menjadi korban bullying, dankesulitan menjalin relasi sosial) (Grimes-Robison & Evans, 2008; Water, 2011).
Dalam beberapa kasus, kegemukan memang berhubungan juga dengan faktor genetis dan juga adanya kondisi medis tertentu. Melakukan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi merupakan langkah yang dapat ditempuh dalam kasus-kasus seperti ini. Dalam kasus umum, untuk dapat mencegah atau mengatasi obesitas pada anak, peran orangtua mutlak dibutuhkan.
Advertisement
Bila anak obesitas
Orangtua yang memiliki anak yang mengalami obesitas dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Mengatur pola makan
Pengaturan pola makan secara umum meliputi pengurangan frekuensi dan banyaknya asupan (makan dan minum). Selain itu, yang tidak kalah penting juga melihat kembali jenis asupan. Saat ini, di beberapa negara, banyaknya obesitas disebabkan antara lain oleh banyaknya konsumsi fast food. Konsumsi fast food banyak dilakukan karena alasan kepraktisan di tengah berbagi aktivitas dan kesibukan yang dialami. Untuk menghindari kegemukan khususnya pada anak, pengaturan frekuensi, jumlah, dan jenis asupan perlu mendapatkan perhatian dari orangtua.
- Mengajak anak untuk lebih aktif bergerak.
Dibandingkan dua dasawarsa sebelumnya, sangat jelas terlihat bahwa orang di masa kini lebih sedikit bergerak. Banyaknya teknologi membuat banyak hal yang lebih mudah dilakukan oleh manusia tanpa harus mengeluarkan keringat. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak. Misalnya saja hadirnya teknokogi dalam dunia permainan anak yang membuat anak begitu asyik melakukan eksplorasi tanpa banyak menggerakkan fisiknya. Hal ini membuat kalori dalam tubuh anak menumpuk menjadi lemak dan akhirnya membuat banyak anak mengalami kegemukan. untuk mengantisipasinya, orangtua perlu mendorong dan mengajak anak lebih banyak bergerak termasuk saat bermain. Permainan-permainan di luar ruangan bersama dengan teman atau orang lain dapat menjadi pilihan yang baik.
Â
Yohanes Heri Widodo, M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara Yogyakarta
Â
Referensi
Ebbeling, C. B., Pawlak, D. B., & Ludwig, D. S. (2002). Childhood obesity: public-health crisis, common sense cure. The Lancet, 360(9331), 473–482.
Grimes-Robison, C., & Evans, R. R. (2008). Benefits and barriers to medically supervised pediatric weight-management programs. Journal of Child Health Care, 12(4), 329–343.
Monteiro, P. O. A., & Victora, C. G. (2005). Rapid growth in infancy and childhood and obesity in later life–a systematic review. Obesity Reviews, 6(2), 143–154.
Owen, C. G., Martin, R. M., Whincup, P. H., Smith, G. D., & Cook, D. G. (2005). Effect of infant feeding on the risk of obesity across the life course: a quantitative review of published evidence. Pediatrics, 115(5), 1367–1377.
Salsberry, P. J., & Reagan, P. B. (2005). Dynamics of early childhood overweight. Pediatrics, 116(6), 1329–1338.
Water, T. (2011). Critical moments in preschool obesity: The call for nurses and communities to assess and intervene. Contemporary Nurse, 40(1), 60–70.
Â