Liputan6.com, Jakarta Rupanya bukan cuma buku sastra yang terkadang bikin si pembaca stres. Buku pengembangan diri juga memiliki dampak yang sama, pembaca jadi lebih sensitif terhadap stres. Bahkan menunjukkan gejala depresi lebih tinggi.
Buku pengembangan diri laku keras di Amerika Serikat pada 2009. Di tahun yang sama pula terjadi peningkatan penduduk yang mendadak stres dan depresi.
Secara garis besar, dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan ke dalam jurnal Neural Plastisitas dengan melibatkan 30 responden, peneliti dari University of Montreal di Kanada menemukan, pembaca buku pengembangan diri lebih banyak mengeluarkan hormon stres ketika dihadapkan dengan situasi yang membuat mereka tertekan.
Advertisement
Salah seorang peneliti Sonia Lupien mengungkapkan, dia dan tim juga mengukur beberapa elemen dari 30 responden tersebut. Memeriksa kadar kortisol dalam liur, disiplin diri, stabilitas emosional, kepercayaan diri, dan gejala depresi.
"Hasil penelitiannya, pembaca buku tersebut lebih rentan meningkatkan reaktivitas stres dibanding pembaca bukan pengembangan diri," kata Sonia dikutip dari situs Times of India, Sabtu (21/11/2015). (*)