Liputan6.com, Jakarta Anda bisa saja berpikir sudah tahu semua hal yang diperlukan untuk melakukan diet atau menurunkan berat badan. Tapi, sebuah survei yang dilakukan baru-baru ini oleh sebuah lembaga kesehatan Orlando Health membuktikan ada satu hal yang sering terlupakan: kesehatan mental.
Baca Juga
Sebuah survei nasional yang dilakukan terhadap 1.000 orang Amerika, 31 persen responden mengatakan kesulitan mereka untuk menurunkan berat badan adalah karena kurang berolahraga. 26 persen lainnya percaya hal itu dikarenakan makanan yang mereka konsumsi, dan 17 persen lainnya menunjuk pada pengeluaran finansial yang dibutuhkan untuk mendapatkan gaya hidup yang sehat.
Hanya 10 persen dari responden yang menyebutkan kesulitan mereka untuk menurunkan berat badan adalah karena faktor psikologis.
Advertisement
"Ketika Anda berbicara pada siapapun mengenai penurunan berat badan, mereka akan mengatakan kalau Anda kurang berolahraga atau makan secara buruk," Diane Robinson, seorang neuropsikologis dan direktur program di Integrative Medicine di Orlando Health, mengatakan pada HUffington Post, ditulis Senin, 7/12/2015."Tapi kita juga harus memahami alasan kita makan."
Bagi banyak orang, makan ada suatu pengalaman emosional. Kita diberikan 'comfort foods' atau makanan pembuat nyaman saat keadaan sedang sulit, seperti misalnya patah hati, atau mengalami hari yang buruk.
Saat kecil, kita juga biasanya dihadiahi penganan manis saat berlaku baik. Kebanyakan hari raya juga berfokus pada makanan, dan tak jarang kita memiliki nostalgia atau koneksi pribadi terhadap suatu makanan.
"Tanpa kita sadari, kita dikondisikan untuk menggunakan makanan tidak hanya sebagai sumber nutrisi, tapi juga rasa nyaman," ujar Robinson. "Hal itu bukanlah sesuatu yang buruk, selama kita menyadarinya dan menghadapinya secara benar."
Setelah menikmati makanan yang lezat, otak melepaskan dopamin, suatu zat kimia yang diasosiakan dengan kenikmatan atau kesenangan. Tubuh Anda puas, dan Anda merasa enak.
Namun, keterikatan emosional terhadap makanan bisa menjadi masalah, apabila orang mulai mengandalkan makanan untuk bisa merasa senang.
Mayo Clinic mengatakan, "Kadang, keinginan terkuat untuk makan menyerang saat emosi Anda berada di titik terlemah."
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2014 dalam jurnal Frontiers in Psychology mengatakan bahwa memahami aspek emosional dari kebiasaan makan Anda dalah kunci untuk mempertahankan kesehatan holistik. Rasa lapar dan konsumsi makanan diatur tak hanya oleh faktor biologis semata: Emosi memainkan peran kritis dalam menentukan apa dan berapa banyak kita makan.
Untuk mengatasi hal ini, RObinson menyarankan untuk membuat jurnal makan. Dengan cara ini Anda bisa mengecek dan memeriksa kebiasaan makan Anda, dan mengetahui polanya secara jelas.
Saat Anda melihat ada pola yang tidak biasa dan tidak sehat dari kebiaaan makan Anda, Anda bisa mencermatinya dan mencari alasan dibalik hal tersebut. Hal ini akan membantu otak Anda tersinkronisasi dengan usaha lain yang Anda lakukan untuk menurunkan berat badan.