Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak mengenal sosok cantik Dena Rachman saat ini. Artis transgender tersebut dikenal sebagai seorang pecinta fesyen dan baru terjun dalam bisnis sepatu.
Baca Juga
Lewat produk berlabel DRAMA, Dena mencoba memperkenalkan hasil rancangan sepatunya. Kepada Liputan6.com, mantan penyanyi cilik Reynaldi ini membeberkan pandangannya soal isu pelayanan kesehatan terhadap LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) sampai bagian tubuh paling seksinya.
Berikut wawancara eksklusif dengan Dena Rachman.
Advertisement
Sebenarnya, apa menu makanan seorang Dena sehari-hari?
Kalau bangun tidur biasanya yang dicari kopi. Sarapan tergantung, kadang roti, kadang malah tidak sarapan.
Kalau makan siang, tergantung aktivitas juga. Kadang late lunch juga. Saya gak menghindari nasi, soalnya saya suka makan dan kurang suka ngemil. Makan ya makan besar, untuk makan siang dan makan malam.
Ada buah-buahan yang jadi cemilan sehat dan wajib di bawa?
Tidak ada, hanya di rumah selalu menyediakan apel sama jeruk. Ada mangga karena papa suka mangga.
Sebetulnya saya suka buah yang aneh-aneh. Misalnya tiba-tiba mau sirsak, kiwi, lengkeng, buah naga, atau manggis. Makanya waktu saya tinggal di Italia, saya senang punya pilihan buah yang macam-macam.
Makanan khas keluarga Dena apa sih?
Dalam keluarga, kita suka makan ikan, lalapan, sambel, dan harus ada tempe dan tahu. Daging ada tapi jarang.
Kalau disuruh memilih, makanan Italia atau Jepang?
Susah ya, karena suka dua-duanya. Dulu Italia karena saya pada dasarnya suka raw food (makanan mentah), salad, keju dari Italia yang segar, dan rasa masakan sana tidak berlebihan. Mungkin karena orang Sunda kali ya.
Sama dengan Jepang, saya suka semua makanan Jepang terutama sashimi. Untungnya saya suka makan yang sehat dan dibiasakan makan sayur dari kecil. Karena saya merasa tak muda lagi, apalagi bukan pecinta olahraga, jadi menjaga kesehatan dengan makanan.
Asuransi Kesehatan LGBT
Saat memutuskan jadi LGBT, ada pelayanan yang berbeda tidak, misalnya dalam mengurus asuransi kesehatan?
Dulu tidak sih, saya juga tidak tau seharusnya bagaimana. Nah, kelemahan saya adalah saya kurang peka tentang hal itu. Sejauh ini lancar-lancar saja, tidak dipersulit dan tidak terjadi apa-apa.
Di sini juga belum seperti negara-negara yang mengakui advokasi untuk transgender. Kalau di Inggris, Thailand, dan baru-baru ini di Vietnam, mereka sudah punya fasilitas publik yang bagus, health care (pelayanan kesehatan) sudah terjamin, terbentuk dengan layak.
Jangan jauh-jauh soal health care, eksistensi saja masih ribet. Bagaimana ada pelayanan kesehatan, untuk isu tentang cara membuat asuransi kesehatan pada transgender saja saya pikir mereka belum memahaminya.
Mau pindah ke negara-negara tersebut?
Mau kalau ditanya, dan sepertinya enak. Tapi pada kenyataannya belum lah. Karena semua bisnis saya di sini. Buat saya ada bedanya tinggal di sana dengan di sini.
Kalau di suruh memilih, mau tinggal di mana?
Ingin tinggal di Los Angeles atau London. Karena semua selebriti tinggal di LA sepertinya. Bisa bertemu Gigi Hadid (model Victoria Secret), Kendall dan Kylie Jenner, sepertinya seru.
Tapi secara advokasi dan fasilitas publik untuk transgender, kita bisa lebih aman karena ada wadah untuk menampung saat kita butuh.
Kamu memilih bisnis sepatu, apakah kamu bisa keyakinan kalau kaki adalah bagian tubuh kamu paling seksi?
Gak tau deh. Tapi teman-teman aku di dunia fesyen suka bilang Wow, those leg! (wow, kakinya!). Tapi merasa sih. Jadi benar, kaki.
Bagaimana Dena menjaga kesehatan kulit?
Normal saja, mandi, spa, pakai scrub. Facial juga sebulan sekali, kuku aku rawat, pijit juga suka. Yang penting kesehatan kulit essensial.
Advertisement