Kenali Dampak Belajar Banyak Bahasa Terlalu Dini

Belajar bahasa terlalu cepat dapat mempengaruhi cara Anda bereaksi terhadap bahasa berikutnya.

oleh Risa Kosasih diperbarui 18 Des 2015, 20:30 WIB
Diterbitkan 18 Des 2015, 20:30 WIB
Balita Tak Butuh Mainan Canggih Agar Cerdas
Kebanyakan orangtua mungkin setuju bila mainan canggih dapat menstimulasi otak anak. Nyatanya, hal ini keliru.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru di Kanada menunjukkan bagaimana belajar bahasa terlalu cepat dapat memengaruhi cara Anda bereaksi terhadap bahasa berikutnya yang diperkenalkan pada Anda di kemudian hari. 

Bahasa yang Anda pelajari pertama kali meninggalkan dampak tertentu dalam bentuk pola di otak Anda yang mungkin tidak pernah hilang. Dampak ini bakal 'terkunci' di otak bahkan ketika sudah tak menggunakan bahasa itu lagi.

Para peneliti dari McGill University dan Montreal Neurological Institute mengamati tiga kelompok remaja. Kelompok pertama hanya berbicara bahasa Perancis, kelompok kedua bisa berbicara Prancis dan Mandarin dan kelompok ketiga yang terdiri dari bayi yang diadopsi yang awalnya berbicara Mandarin tetapi sekarang berbicara hanya Prancis.

Dikutip dari portal kesehatan Health Aim, pada Jumat (18/12/2015), pemindaian dengan metode MRI kemudian dilakukan untuk mengamati aktivitas otak ketika pseudo-kata Prancis dimainkan. Pengamatan ini menarik, karena ada wilayah-wilayah otak yang sama terlihat menyala bagi mereka yang berbicara bahasa Prancis dan Mandarin serta mereka yang hanya berbicara bahasa Prancis tapi tahu Mandarin ketika masih bayi.

Anak-anak yang tahu bahasa Mandarin saat bayi tetapi tidak memakainya, peta otak mereka menunjukkan penanganan kata-kata seolah-olah mereka masih bisa berbicara dua bahasa. Menurut peneliti, hasil ini sangat baik untuk mengambil penelitian lebih lanjut dalam memahami cara orang belajar bahasa dan bagaimana bisa berubah saat kita tumbuh dan bertambah tua.

"Dalam pengujian, anak-anak yang diadopsi memiliki latar belakang yang menarik karena mereka terpapar satu bahasa sejak lahir, tapi benar-benar tak melanjutkan menggunakan bahasa itu di usia muda ketika mereka diadopsi ke dalam keluarga yang berbicara bahasa yang berbeda," kata Lara Pierce, anggota dari tim peneliti.

Dia mengatakan bahwa riset ini membantu kita memahami mengapa anak-anak itu jauh lebih mudah untuk belajar bahasa tetapi kesulitan saat dia mulai beranjak dewasa.  

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya