Benarkah Ganja Tak Terbukti Turunkan IQ Remaja?

Kandungan ganja yang membuat para pemakainya kecanduan terbukti tidak berefek menurunkan IQ penggunanya.

oleh Bella Jufita Putri diperbarui 21 Jan 2016, 18:25 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 18:25 WIB
Enam Fakta Menarik Tentang Ganja yang Perlu Diketahui
Tak bisa dipungkiri, ganja telah mengalami bentuk pemberitaan yang tidak objektif dan cenderung negatif.

Liputan6.com, Jakarta Sekitar setengah dari masyarakat di Amerika menggunakan ganja selama beberapa waktu selama hidupnya. Kebanyakan mereka mulai mengenal ganja di masa remaja.

Beberapa studi menunjukkan bahwa ganja dapat dijadikan obat. Namun jika pemakaiannya disalahgunakan justru membahayakan otak di kemudian hari.

Studi pertama yang dilakukan sejumlah ilmuwan berhasil menganalisis penggunaan ganja dalam jangka panjang pada remaja. Studi tersebut lalu membandingkan perubahan IQ dengan saudara atau remaja yang bebas dari ganja. Studi mengemukakan tidak dapat mengukur penggunaan ganja dan IQ yang menurun.

Seperti dilansir dari laman Science, Kamis (21/1/2016), Valerie Curran, seorang psychopharmacologist di University College London mengatakan hasil studi keterkaitan ganja dan IQ yang telah dilakukan berulangkali di tempat berbeda, memiliki hasil yang sama.

Namun seorang ahli epidemiologi George Patton, dari University of Melbourne di Australia memperingatkan bahwa studi sejenis memiliki keterbatasan, bahkan walaupun studi mengatakan ganja aman untuk remaja.

Dalam studi baru, remaja yang melaporkan penggunaan ganja setiap hari selama 6 bulan atau lebih, tidak menunjukkan perubahan pada IQ mereka, dibandingkan dengan remaja yang menggunakan ganja kurang lebih dari 30 kali. "Indikasi ini jelas tidak membawa bukti bahwa ganja menyebabkan penurunan IQ," jelas Claire Mokryz, PhD, seorang mahasiswa dari Curran.

Pasalnya studi ini memiliki kelemahan dari kurangnya rincian terhadap seberapa sering penggunaan yang mereka lakukan juga jumlah ganja yang digunakan remaja. 

Sarah Feldstein Ewing, seorang psikiater dari Oregon Health & Science University - Portland, setuju terhadap kurangnya rincian studi. Ia mengatakan, "Meskipun kemungkinan besar temuan ini benar-benar akurat, kami kehilangan kesempatan untuk mendapatkan analisis yang tepat untuk meneliti kandungan ganja atau zat lain terhadap IQ," ujarnya.

Nicholas Jackson dari University of Southern California - Los Angeles, ahli statistik juga seorang penulis di New York beranggapan bahwa perlunya penelitian lebih lanjut perihal efek ganja pada otak. Hal tersebut bertujuan untuk melihat aspek lain yang mungkin muncul dan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari.

"Cara terbaik untuk mempelajari efek kognitif ganja dengan melihat bagaimana durasi, frekuensi, dan dosis dari penggunaan ganja yang mungkin mempengaruhi otak remaja," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya