Liputan6.com, Jakarta Masalah obesitas anak dari tahun ke tahun tak kunjung mengalami penurunan. Tak hanya obesitas, penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung pun terus meningkat.Â
Sebuah studi dalam jurnal Pediatrics yang dipimpin oleh Dr Marc DeBoer, selaku associate professor of pediatrics di the University of Virginia mengumumkan berita baik perihal kondisi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas, dikutip dari laman Time, Kamis (11/02/2016).
Baca Juga
Mereka melakukan analisis data yang melibatkan sekitar 5 ribu remaja untuk mengetahui tanda-tanda sindrom metabolik (kombinasi sejumlah penyakit secara bersamaan) yang meningkatkan risiko penyakit jantung termasuk obesitas, gula darah tinggi, kadar trigliserida yang tinggi (yang sebagian besar berasal dari pati dan karbohidrat), tekanan darah tinggi, dan rendahnya tingkat HDL kolesterol baik dalam tubuh anak.
Advertisement
Secara keseluruhan DeBoer melihat penurunan sindrom metabolik pada remaja yang berdampak pada ukuran tinggi dan berat badan meningkat. "Ada penurunan dalam jumlah kalori secara konsisten yang berasal dari karbohidrat dan peningkatan kalori yang berasal dari lemak tak jenuh," jelas DeBoer.
Hal tersebut terjadi akibat para remaja mengurangi mengonsumsi daging dalam menu makanannya dan menambahkan ikan dan sayuran dalam pola makan mereka.
Ahli gizi pun melihat adanya pergerakan yang baik terhadap pola makan remaja yang benar-benar mengonsumsi lebih sedikit karbohidrat dan lemak tak jenuh.
Para peneliti pun mencoba melihat pola makan remaja yang dihubungkan dengan latihan fisik. Data yang ia miliki menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara waktu berolahraga dan sindrom metabolik.
"Dengan data ini saya ingin memberdayakan remaja untuk menunjukkan mengubah gaya hidup mereka bisa membantu mengurangi sindrom metabolik," ujarnya.
DeBoer berharap dengan studi ini para remaja termotivasi menuju gaya hidup sehat dan terhindar dari sindrom metabollik.
Â